Pindang Ikan Gunungsari Terkenal di Daerah Priyangan

Sabtu 27-08-2016,20:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

WALED  - Menarik, desa ini tidak terletak di pinggir laut. Bahkan, di belakang desa dikelilingi Bukit Maneungteung yang merupakan gugusan perbukitan anak Gunung Ciremai. Namun, mayoritas penduduknya bermatapencaharian pengolah pindang ikan. Ya, itulah keunikan Desa Gunungsari, Kecamatan Waled Kabupaten Cirebon. Berdasarkan data dari pemerintah desa setempat, dari tiga ribuan jumlah penduduk di desa yang dipimpin oleh Yoyo Suharyo ini, 200 di antaranya pekerjaannya pengolah pindang ikan. Ikan yang diolah menjadi pindang, bukanlah jenis ikan yang hidup di air tawar. Namun, ikan yang ditangkap di laut lepas dan ikan yang dihasilkan dari aktivitas pertambakan air payau, seperti ikan tongkol dan bandeng. Kegiatan pengolahan pindang ikan ini sudah sejak lama dilakukan oleh masyarakat Gunungsari. Bahkan, masyarakat tetangga desa, yakni Desa Mekarsari pun melakukan hal yang sama. “Awalnya, masyarakat di sini hanya mengolah ikan asin, lambat laun malah ditinggalkan dan diganti dengan pengolahan pindang ikan,” kata Yoyo. Pihaknya tidak tahu persis awal mulanya. Tapi, pengolahan pindang ikan sudah dilakukan turun temurun. “Mungkin, pengolah pindang ikan yang ada saat ini adalah generasi ke-4,” bebernya. Pindang ikan hasil olahan masyarakat Gunungsari sudah terkenal di wilayah Priyangan, khususnya Tasikmalaya, Kuningan, Majalengka hingga Banjar. Bahkan, sebagian besar pasar pindang ikan di Cirebon dan sekitarnya, dikuasai pengolah pindang ikan Desa Gunungsari. “Sehari, berton-ton ikan tongkol dan bandeng diproduksi menjadi pindang ikan dan siap dipasarkan,” ujarnya. Bahan baku ikan yang diperoleh para pengolah berasal dari sejumlah kota besar di Indonesia, seperti Jakarta, Semarang dan Surabaya. Sementara, untuk lokal, berasal dari Losari Jawa Tengah. “Kalau ikan tongkol dari Muara Angke Jakarta, sedangkan ikan Bandeng dari Losari,” imbuhnya. Biasanya, para pengolah menjual pindang ikan seharganya Rp1.250 perekor atau Rp5.000 dapat empat ekor. Dengan kemajuan teknologi pengolahan ikan, saat ini Tim Penggerak PKK Desa Gunungsari mulai membuat nugget dari ikan. “Kita coba bikin terobosan, sehingga masyarakat tidak hanya pandai mengolah pindang, tapi bisa mengolah makanan secara modern,” ungkapnya. Sejauh ini, keberadaan pengolahan pindang ikan masih bertumpu pada kemampuan modal sendiri. Bahkan, bisa menyerap puluhan tenaga kerja lokal, sehingga mampu menggerakkan ekonomi masyarakat. “Kami ingin ada sentuhan perhatian pemerintah, sehingga kegiatan pengolahan pindang ikan di Desa Gunungsari tambah maju,” pungkasnya. (jun)  

Tags :
Kategori :

Terkait