Petani Gabus Wetan Ragu Tanam Padi 3 Kali

Kamis 22-09-2016,02:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

GABUS WETAN - Mengejar target swasembada beras, pemerintah mewajibkan petani tanam padi tiga kali setahun. Namun, program yang digulirkan Kementerian Pertanian RI tersebut sepertinya bakal sulit diwujudkan secara serempak di Bumi Wiralodra. Pasalnya, mayoritas petani khususnya di wilayah Kabupaten Indramayu Bagian Barat (Inbar) masih ragu untuk melaksanakan pola tanam IP 300 atau padi-padi-padi tersebut. Mereka khawatir, pola tanam padi secara beruntun itu bisa mengakibatkan kerusakan tanah dan rentan terjangkit hama maupun organisme pengganggu tanaman (OPT). Sebab dengan tanam padi tiga kali setahun, tidak ada kesempatan bagi sawah beristirahat yang berguna untuk memutus siklus hidup hama dan penyakit dalam tanah. “Pertama itu, tanah juga kan butuh rehat. Kalau dijor terus, kami khawatir serangan hama dan penyakit malah akan meningkat,” kata Carmun, petani asal Kecamatan Bongas, kepada Radar, Rabu (22/9). Keraguan berikutnya, lanjut dia, tidak ada jaminan ketersediaan air, benih sampai pupuk selama petani melaksanakan pola tanam IP 300. Berbeda dengan situasi saat ini yang didukung oleh iklim kemarau basah dan dukungan penuh dari banyak pihak. Kemudian, tanam padi tiga kali sulit terwujud oleh para petani penggarap yang menyewa sawah dari pihak kedua atau ketiga. “Umumnya, banyak petani yang sewa sawah dengan perjanjian dua kali tanam. Maka jika ada perubahan itu butuh waktu atau direncanakan sebelumnya,” terang dia. Dari berbagai alasan itu, Carmun mengungkapkan, yang paling membuat petani ragu adalah turunnya harga gabah jika musim panen padi berlangsung terus-terusan. “Wong panen padinya serempak saja harga gabah turun,” sambungnya. Sejatinya, petani tidak kebaratan untuk melaksanakan program tersebut sepanjang ada jaminan dari pemerintah selain asuransi tani yang kini sedang berjalan. Jaminan utama adalah ketersediaan infrastruktur pertanian yang memadai, pendampingan dari para ahli serta stabilnya harga gabah. Ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur, Waryono Batak, menuturkan, pola tanam bertahap dan berkesinambungan lebih tepat diimplementasikan. Melalui pola tanam yang bergiliran antara satu wilayah dengan lainnya secara bertahap, maka ketersediaan air, pupuk juga bisa lebih terjamin. “Tidak akan terjadi rebutan air yang biasanya menimpa petani pemilik sawah yang berada di ujung,” kata dia. Selama ini pola tanam serentak cenderung tidak menguntungkan petani. Saat musim tanam dan panen kesulitan mencari buruh. Ketika panen raya tiba, giliran harga gabah yang terjun bebas sehingga bertani menjadi tidak menguntungkan bagi petani kecil. “Jadi menurut saya, pola tanam bertahap bisa menjadi solusi bagi petani,” tandasnya. (kho)      

Tags :
Kategori :

Terkait