Agak aneh juga membicarakan, atau malah mendukung, kandidat presiden baru Amerika. Karena saya tidak punya hak memilih. Tapi seru juga sih membahasnya… *** MEMBICARAKAN pemilihan presiden Amerika, rasanya seperti menonton Piala Dunia sepak bola. Sama-sama seru dibahas, dan tiba-tiba ada banyak komentator atau pakar nongol di Indonesia. Padahal, apa pun yang kita bicarakan, sepedas apa pun ucapan para komentator itu, pada akhirnya tidak ada efeknya secara langsung. Hehehe... Lha wong saya gak bisa ikut memilih. Dan pembaca tulisan ini yang bukan warga negara Amerika juga tidak bisa memilih. Kira-kira sama dengan warga non-KTP Jakarta yang sekarang heboh mendukung atau menolak Ahok maju jadi gubernur lagi di daerah khusus ibu kota. Mau teriak-teriak, mau protes, mau mendukung via status di handphone atau media sosial, selama tidak punya KTP Jakarta, tetap tidak ada gunanya. Karena tidak bisa ikut memilih. Paragraf di atas itu untuk mengomentari beberapa orang yang saya kenal, yang pro dan yang kontra pada Ahok, yang pada akhirnya tidak ada artinya karena tidak punya KTP Jakarta. Wkwkwkwk… Dan dalam seumur hidup, sejak kali pertama saya menulis untuk penerbitan (dulu waktu SD tulisan saya pernah masuk beberapa majalah anak-anak kondang), ini adalah kolom pertama yang menyinggung soal pemilihan presiden Amerika. Seperti biasa, saya akan menuliskan disclaimer sebelum menulis lebih lanjut. Bahwa saya bukan pakar politik Amerika, dan saya berusaha untuk tidak menjadi komentator yang sok tahu. Walau mungkin saya punya pengalaman atau pengetahuan yang lebih dari kebanyakan, saya menegaskan bahwa saya bukan yang paling tahu –apalagi paling pintar– soal ini. Ini kolom Happy Wednesday, jadi saya akan melanjutkan menulis sesuka saya sesuai apa yang keluar di kepala saya. Kalau bisa memberi wawasan, amin. Kalau bisa menghibur, lebih amin lagi. OK? Let’s go! Hillary Clinton vs Donald Trump ini benar-benar seru jadi pembicaraan. Dan terus terang, saya merasa Donald Trump yang bikin seru. Jadinya tidak seperti pemilihan presiden. Jadinya seperti drama televisi. Dan itu drama televisi yang khas Amerika, dibumbui momen-momen komedi. Feeling saya sejak awal sih Clinton akan menang mudah. Amerika bukan negara yang punya masalah serius saat ini. Ada beberapa masalah yang memang disoroti, tapi bukan masalah yang mengancam negara itu bakal ambruk. Biasanya, kalau negaranya relatif baik secara ekonomi, dan relatif stabil, tidak ada alasan bagi masyarakatnya untuk menuntut benar-benar berubah haluan. Barack Obama dari Partai Demokrat, jadi penerusnya ya Hillary Clinton. Dua sejarah berturut-turut untuk Amerika, dari presiden kulit hitam pertama, menjadi presiden perempuan pertama. Walau pada akhirnya tidak bisa ikut memilih, saya pribadi punya sedikit ’’soft spot’’ alias kecenderungan untuk menyukai Clinton. Saya SMA dan kuliah di Amerika pada era 1990-an, saat suaminya, Bill Clinton, jadi presiden. Salah satu profesor saya –kalau tidak salah sosiologi– saat kuliah pernah menyebut Bill Clinton sebagai presiden kulit hitam pertama (walau Clinton kulit putih, dan profesor saya itu juga kulit putih). Karena pada masa itu penekanan terhadap kebersamaan –dan kesetaraan kesempatan– benar-benar sangat kuat dirasakan kalangan minoritas. Sampai muncul istilah Amerika itu adalah ’’salad bowl’’. Isinya aneka ragam sayuran, dan setiap sayur mempertahankan rasa dan warna masing-masing, tapi membentuk satu hidangan yang istimewa dan bermanfaat. Ekonomi pun gila-gilaan. Dan ini saya sempat dapat efeknya. Berupa kesempatan pekerjaan menarik saat saya hendak lulus kuliah. Tapi, waktu itu saya memilih pulang. Kemudian, muncul nama Donald Trump dari Partai Republik. Whoaaaa, pemilihan langsung jadi ramai. Mungkin bukan prospek kemenangannya, karena Hillary sampai sekarang masih unggul agak nyaman, tapi langsung jadi ramai pembicaraannya. Dar dor dar dor Trump bicara dan berkomentar. Di satu sisi, dia ini benar-benar kandidat yang ’’fresh’’. Sama sekali tidak seperti calon presiden Amerika, hihihi… Kayaknya kok seperti banyak calon presiden Indonesia ya gayanya? Hihihi… Mantan pengusaha sukses, mantan showman sukses, Trump memang terlihat sangat practical. Pendapat-pendapatnya sangat dar der dor dan memang praktis. Dan itu terlihat saat debat perdana Senin lalu (26/9, kemarin pagi WIB). Tidak membayar federal tax (pajak pemerintah pusat)? Trump membalas bahwa itu menunjukkan kalau dirinya pintar. Tidak ingin pekerjaan orang Amerika direbut orang asing atau negara lain? Potong pajak signifikan. Dan dia sangat agresif. Ada yang menghitung, Trump memotong omongan Clinton sedikitnya 22 kali dalam 26 menit. Moderator sampai tidak bisa berbuat apa-apa (dan dia dihujat habis-habisan di media sosial). Saya jadi ingat ilmu debat di sekolah dulu. Bahwa kita harus taat sama waktu yang diberikan, menyampaikan fakta sebanyak-banyaknya dan sebaik-baiknya. Lha ini, menit-menit terakhir debat jadi tidak seperti debat. Seperti pertarungan tinju tanpa saling memukul. Clinton pun ikut pertarungan itu. Sang moderator benar-benar kehilangan kontrol waktu. Wkwkwkwk… Saking serunya, dari debat sekian lama itu, saya jadi hampir tidak ingat isu apa saja yang dibahas, dan apa saja jawaban kedua pihak. Paling tidak, saya jadi tidak ingat detail-detail jawabannya. Tapi, kalau dipikir, buat apa saya memusingkan detail isu dan jawaban mereka? Wong saya bukan orang Amerika. Oke, mungkin akan ada dampaknya terhadap dunia kelak, tapi mungkin tidak langsung begitu saja. Debat itu, berlangsung normal atau tidak, baik atau tidak, termasuk sangat entertaining untuk ditonton dan diikuti. Dan itu mungkin cerita utama pemilihan presiden Amerika tahun ini: Entertaining. Wkwkwkwk… Dan suka atau tidak suka, kepada Trump pun saya tetap harus angkat topi. Saya jadi salut kepada dia saat nonton pemunculannya dalam acara The Tonight Show Starring Jimmy Fallon baru-baru ini. Trump tahu dia muncul di acara yang sering meledek dirinya. Tapi, dia sangat santai, sangat sportif, dalam menjalani sesi obrolan dan permainan bersama Fallon. Waktu itu, Fallon memperlakukan obrolan tersebut seperti job interview. Ketika ditanya mengapa mau jadi presiden, jawaban pertama Trump penuh canda: ’’Karena saya menginginkan pekerjaan yang gajinya jauh lebih rendah dari sebelumnya.’’ Fallon juga menyebut bahwa pemilihan ini sudah jadi sangat serius. Trump masih punya waktu untuk mundur. Apakah dia masih ingin lanjut? Jawaban sang kandidat jadi lebih serius: ’’Kami telah menjalaninya dengan baik. Ini benar-benar menyenangkan dan ada banyak pergerakan luar biasa di seluruh negeri. Benar-benar menakjubkan. Ini adalah sebuah kehormatan bagi saya.’’ Pertanyaan lain: Kalau ada anak kecil menonton acara ini, apa alasan bagi mereka untuk punya cita-cita jadi presiden? Jawaban Trump: ’’Saya kira kalian ingin punya cita-cita jadi presiden karena kalian ingin menolong orang lain. Ada begitu banyak orang yang punya masalah di negara ini dan di seluruh dunia. Tidak ada posisi lain yang lebih baik untuk menolong banyak orang selain menjadi presiden.’’ Dan yang paling seru adalah permintaan khusus Fallon pada akhir perbincangan. Kata Fallon, ada kemungkinan Trump sudah menjadi presiden pada pertemuan mereka selanjutnya. Jadi, Fallon minta izin untuk melakukan sesuatu mumpung keduanya masih sama-sama warga sipil. Apa itu? ’’Boleh tidak saya mengacak-acak rambut Anda?’’ tanya Fallon disambut tawa dan sorakan seluruh penonton di studio. Tentu saja ini permintaan superseru, karena banyak orang yang meledek rambut Trump itu palsu! Serunya, Trump memberikan izin! Seperti anak kecil kegirangan, Fallon pun mengacak-acak rambut Trump. Sampai benar-benar acak-acakan! Lihat saja di YouTube. Seru banget! Salut. Benar-benar salut. Rasanya sulit untuk melakukan itu pada calon-calon di Indonesia. Wkwkwkwk… Anyway. Rasanya Trump tetap akan sulit untuk menang. Tapi, pemilihannya masih November. Masih ada hampir dua bulan, dan masih ada dua sesi debat lagi, untuk menikmati prosesnya. Amerika lagi-lagi menunjukkan proses yang begitu terbuka dan saling serang, tapi tanpa ketegangan atau amarah dan emosi. Dan kali ini prosesnya benar-benar entertaining! (*)
Acak-Acak Rambut Trump
Rabu 28-09-2016,10:29 WIB
Editor : Harry Hidayat
Kategori :