(5) Cicak, Kodok, dan Ular, Bisnisnya Warga Kertasura; Belum Dilirik Pemkab, Warga “Jalan” Sendiri

Jumat 30-09-2016,01:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Ular, katak, dan cicak. Tiga jenis hewan melata ini cukup populer bagi warga Desa Kertasura, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Ratusan warga di desa itu kini aktif menjalani bisnis rumahan tersebut. Ada yang jadi pemburu (pengobor), pekerja borongan, penyamak kulit ular, hingga pemotong hewan.   MESKI bahan baku hewan melata ini bisa diekspor oleh warganya, Pemkab Cirebon justru belum memberikan perhatian. Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Cirebon Erry Achmad Husaeri membenarkan di Desa Kertasura ada industri rumahan dari hewan melata seperti ular, kodok, dan cicak. Namun, kata dia, industri tersebut bukan masuk produk unggulan Pemkab Cirebon. Sehingga belum masuk pembinaan Disperindag. “Memang pengolahan binatang melata ini masuk dalam kategori industri. Tapi, belum masuk sektor industri unggulan di kita,” kata Erry kepada Radar, Senin (26/9) Meski demikian, kata Erry, ke depan pihaknya akan mencoba membantu mengembangkan usaha tersebut dengan melakukan pembinaan. Tapi, tidak dalam waktu dekat ini. “Sebab, kegiatan industri di Kabupaten Cirebon itu sangat banyak, atau lebih dari 100 industri. Jadi nanti kita jadwalkan,” tandas Erry. Anggaran yang disediakan pemerintah daerah pun terbatas, karena lebih fokus mengedepankan industri unggulan yang dimiliki Pemkab Cirebon. “Kalau memang pengembangan industri binatang melata itu dipandang perlu ditingkatkan, ya akan kita upayakan,” tutur Erry lagi. Menurutnya, salah satu upaya yang diambil adalah bisa dilakukan dari tingkat kecamatan melalui Pagu Indukatif Kewilayahan (PIK) atau mengajukan kepada Disperindag melalui Pagu Indokatif Sektoral (PIS). Tetapi, untuk PIK ini belum merata. Di tahun 2017, baru dua kecamatan yang mengusulkan PIK. “Mekanismenya, dari industri tersebut mengajukan ke pemerintah desa. Dari desa mengusulkan melalui musrenbang kecamatan, kemudian ditampung sebagai pagu indukatif kewilayahan. Dengan catatan pengelola atau pemilik industri tersebut mempunyai argumentasi yang kuat dan dianggap penting bagi pemerintah daerah,” terangnya. Senada dikatakan Kepala Dinas Koperasi dan UMKM Kabupaten Cirebon Abraham Mohammad. Abraham bahkan mengatakan tidak ada kaitannya koperasi maupun UMKM dengan bahan baku binatang melata jenis ular, kodok, dan cicak. “Sejauh ini tidak ada,” singkatnya. WARGA PUN SEBATAS NGOLAH Karena tak ada pembinaan dari pemerintah, warga Kertasura dan para pengepul rata-rata tidak mengetahui untuk apa ketiga jenis hewan itu diolah dan diekspor keluar negeri. \"Ya gak ada pembinaan. Kalau kita di sini hanya pengepul. Dengar-denger sih katanya untuk pengobatan. Tapi digunakan untuk obat apa, kami tidak tahu,\" ucap Dodi Hermawan, salah seorang pengepul cicak. Untuk pengolahan ular, ada yang mengambil kulitnya saja untuk pembuatan bahan baku tas, dompet kulit, dan lainnya. Ada juga yang diolah untuk obat. Sementara cicak dan kodok lebih khusus untuk pengobatan, serta bahan untuk membuat swike. Dodi sebenarnya sempat memikirkan untuk membuat ternak cicak. Namun saat in  dia belum menemukan ilmu atau cara ternak cicak maupun kodok. \"Apalagi cicak, ya kalau ketemu ilmunya mungkin diternakkan. Bagaimana cara mengembangbiakannya. Tapi kalau kodok memang sudah ada yang ternak. Cuma dagingnya tidak seenak seperti kodok yang berkembang biak secara alami,\" sebutnya. Senada dengan para pengepul yang kurang mengetahui manfaat bagi pengobatan, Kaur Pemerintahan Desa Kertasura, Kabar, juga kurang mengetahui manfaat cicak, kodok, dan ular. \"Ya sepengetahuan saya kalau kodok kan untuk swike. Kulit ular kan buat bahan pembuatan tas dan dompet. Sementara untuk cicak saya kurang paham. Untuk pengobatan, tapi buat obat apanya, tidak tahu. Para pengepulnya juga bahkan tidak tahu,\" sebutnya. Sementara dari beberapa referensi, diketahui manfaat besar bagi pengobatan. Cicak misalnya, sejak lama digunakan sebagai obat oleh orang Tiongkok. Biasanya daging cicak mentah disantap bersama sayur asin. Semula cicak digunakan untuk pengobatan TBC, namun berdasarkan laporan Medical Chinese Report tahun 1965, hewan ini dapat menyembuhkan penyakit perut bagian bawah atau sejenis wasir. Cicak juga manjur mengatasi biduran, gangguan pencernaan, dan asma hingga kanker. Sementara itu, dalam daging katak memiliki kandungan energi, protein, lemak, fosfor, kalsium, zat besi, hingga vitamin A. Katak disebutkan merupakan salah satu sumber protein hewani. Bisa mengobati impotensi pada pria, mencegah asma, jantung, penyakit bronkhitis, dan lain sebagainya. Sedangkan manfaat ular bisa digunakan untuk meningkatkan vitalitas. Tak hanya itu, daging ular juga cukup bagus untuk anti racun dan meningkatkan energi. Tak kalah penting, daging ular bisa digunakan untuk menghaluskan dan membuat kulit tampak lebih cerah dan putih. (jamal suteja/habis)  

Tags :
Kategori :

Terkait