Tokoh Pers Ini Wariskan Nasionalisme dan Kejujuran

Sabtu 01-10-2016,14:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA - Dunia pers kehilangan tokoh besar, Herawati Diah. Perempuan kelahiran Tanjung Pandan, Belitung itu menghembuskan nafas terakhir pada usia 99 tahun. Dia mewariskan ajaran nasionalisme dan kejujuran kepada anak, cucu, dan generasi bangsa. Istri dari tokoh pers BM Diah itu menutup mata untuk selamanya di Rumah Sakti Medistra, Jakarta pada pukul 04.20 kemarin (30/9). Jenazah Herawati disemayamkan di Taman Makam Pahlawan (TMP) Kalibata setelah salat Jumat sekitar pukul 13.00. sanak saudara, para tokoh, dan masyarakat umum mengantarkannya ke peristirahatan terakhir. Para tokoh mengirimkan karangan bunga untuk mengucapkan belasungkawa atas wafatnya pejuang pers itu. Diantaranya, karangan bunga dari Presiden Joko Widodo, Megawati Seokarnoputri, Prabowo Subianto, Mensos Khofifah Indar Parawansa, Akbar Tanjung, dan tokoh lainnya. Berbagai media juga menyampaikan hal yang sama. Kusuma Tribuana, salah satu cucu Herawati menyatakan, sang nenek meninggal setelah dirawat di RS Medistra sejak 29 Agustus. “Setelah Hari Raya Idul Adha, Eyang dirawat di rumah sakit,” papar dia saat ditemui di rumah duka usai prosesi pemakaman kemarin. Saat itu, sang nenek mengeluh sakit di bagian kaki kanannya. Dia akhirnya dilarikan ke rumah sakit. Menurut dokter, lanjut dia, terjadi pengentalan darah pada bagian kaki kanan neneknya. Kusuma mengatakan, neneknya meninggal karena usianya yang sudah cukup sepuh. Sebelum masuk rumah sakit, Herawati dalam kondisi sehat dan jarang sakit. Walaupun sudah berusia 99, tapi dia masih sangat aktif. Setiap hari selalu ada saja aktivitas yang dilakukan. Dia aktif mengikuti acara pengajian, arisan, dan berkumpul dengan temannya di organisasi. “Beliau rajin baca buku dan Alquran,” papar cucu dari anak pertama Herawati, almarhumah Adianiwati itu. Menurut Kusuma, neneknya sangat sayang kepada para cucu dan cicitnya. Ketika berkumpul, sang nenek selalu memberikan pesan kepada mereka. Yang paling sering ialah tentang nasionalisme, kejujuran dan saling tolong menolong. Selain cinta tanah air, seseorang harus jujur dalam menjalani kehidupan. “Kejujuran menjadi bekal berharga dalam hidup ini,” ujarnya. Tidak hanya itu, Herawati juga selalu mendorong agar cucu dan cicitnya terus belajar dan haus ilmu. Jangan sampai kalah dengan negara lain. Harus ditunjukkan bahwa orang Indonesia juga mampu dan mampu bersaing dengan negara lain. Kusuma mengatakan, mereka sangat terpacu dengan pesan sang nenek. (lum)    

Tags :
Kategori :

Terkait