Parapatan Abrasi, Sindanghurip Longsor

Senin 24-10-2016,14:30 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

MAJALENGKA – Intensitas hujan tinggi yang turun sejak Minggu (23/10) pagi hingga sore membuat air sungai Ciwaringin meluap. Hal tersebut mengakibatkan abrasi di blok Lebe, RT 06 RW 03 Desa Parapatan Kecamatan Sumberjaya. Salah seorang warga setempat yang bagian belakang rumahnya tergerus abrasi, Dede Budiman (31) menuturkan, peristiwa tersebut terjadi sekitar pukul 15.30. Saat itu dirinya mendengar suara reruntuhan di belakang rumahnya. “Pas saya cek ternyata tanggul yang dulu masih berjarak beberapa meter antara sungai dengan rumah saya, kini hanya beberapa jengkal saja,” tutur pedagang kelontongan ini. Kepala Desa Parapatan, Dedi Suswandi mengatakan peristiwa abrasi di blok Lebe tersebut diduga akibat tidak kuat menahan terjangan air sungai Ciwaringin yang meluap setelah seharian diguyur hujan. Air dari hulu sungai juga membuat debit air tinggi. “Lokasi itu sebenarnya sudah masuk kategori rawan abrasi. Peristiwa ini merupakan kejadian yang ke beberapa kali. Tanggul sungai dengan rumah hanya berjarak beberapa meter,” ujarnya. Dari data yang didapat, empat rumah milik warga di blok Lebe dua diantaranya bagian belakang rumah nyaris tergerus sungai Ciwaringin. Pihaknya sudah melaporkan peristiwa tersebut kepada BPBD Majalengka. Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) menyatakan abrasi di Desa Parapatan Kecamatan Sumberjaya menambah deretan abrasi di sepanjang bantaran sungai Ciwaringin, sebelumnya di Desa Sepat. Kepala pelaksana BPBD, Tatang Rahmat SH menjelaskan tidak hanya pemukiman penduduk di Desa Sepat yang terancam abrasi susulan karena kondisi beberapa tanggul sungai Ciwaringin di wilayah Majalengka bagian timur atau perbatasan Kabupaten Cirebon menghawatirkan. “Tiga desa di Kecamatan Sumberjaya yakni Sepat, Parapatan, Panjalin Kidul, dan beberapa desa lainnya di Kecamatan Leuwimunding serta Rajagaluh juga terancam,” ungkapnya. Sudah sejak lama BPBD melaporkan kasus tersebut ke instansi terkait, karena kewenangan penanganan sungai Ciwaringin dilakukan BBWS. Dari data yang tercatat beberapa sungai rawan abrasi, diantaranya sungai Cimanuk, Talaga, dan Ciwaringin. “Semuanya sudah diusulkan perbaikan,” tandasnya. Sementara bencana tanah longsor terjadi di dusun Gombong Desa Sindanghurip Kecamatan Bantarujeg. Longsor mengakibatkan tembok penahan tanah (TPT) sepanjang 7 meter dengan kedalaman 4,5 meter dan dinding tembok rumah milik Nono (45) warga RT 02 RW 03 Dusun Gombong terseret longsor. Reruntuhan longsor tersebut menimpa rumah Suherman (35). Kepala Desa Sindanghurip Cecep Andi Juwandi SIP menuturkan, longsor terjadi Minggu (23/10) sekitar pukul 09.30. Peristiwa tersebut tidak sampai menelan korban jiwa, karena pada waktu kejadian para pemilik rumah sedang berada di luar rumah. Namun kerugian materi diperkirakan mencapai Rp40juta. Pemdes langsung melapor ke Muspika Bantarujeg, dan dalam waktu tidak lama aparat muspika langsung terjun menuju ke TKP. Pemdes Sindanghurip bersama warga dibantu Muspika Bantarujeg kemudian membersihkan reruntuhan yang menimpa rumah Suherman. “Menjaga hal-hal yang tidak diharapkan terutama mengantisipasi longsor susulan, kami telah mengevakuasi keluarga Nono dan keluarga Suherman ke rumah warga yang aman dari longsor. Bahkan barang-barang berharga telah mereka amankan,” tutur kades. Longsor susulan bisa saja terjadi, karena terdapat tanah yang retak-retak memanjang. Pemdes mengingatkan seluruh warga, khususnya karena masih tingginya curah hujan. Seluruh warga diminta waspada, karena wilayah Sindanghurip merupakan salah satu desa yang rawan longsor. “Kami minta seluruh masyarakat ronda malam untuk berjaga-jaga, mengantisipasi ancaman bencana alam longsor,” pungkasnya.  (ono/har)    

Tags :
Kategori :

Terkait