Mengajar Gunakan Kursi Roda, Marhalah Tetap  Semangat Mengabdi

Jumat 25-11-2016,17:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

KUNINGAN-Tanggungjawab sebagai seorang pendidik ditunjukan oleh Yanti Marhalah SPd. Meski dengan menggunakan kursi roda, guru SDN II Cikeusik, Kecataman Cidahu itu tetap mengajar. Perempuan kelaharian Ciawigebang tanggal 23 Juli 1972 itu terpaksa menggunakan roda untuk menunjang aktivitas mengajar siswa kelas 3 setelah mengelami kecelakaan lalulintas. Meski dengan keterbatasaan, namun ia tidak pernah menyerah. Justru, istri dari Toto Kartono ini semakin membuat ia termotivasi dalam memberikan pengajaran kepada siswa. Ia merasa punya tanggung jawab dan juga ingat dengan sumpah ketika diangkat menjadi PNS pada tahun 2007. “Saya cinta anak-anak makanya saya terus mengajar. Selama saya diberi kekuatan Insa Allah akan terus mengajar. Saya berat dengan sumpah jabatan ketika diangkat menjadi PNS maka tidak ada alasan untuk tidak mengajar,” ucap Yanti usai menghadiri acara HUT PGRI di SMA Cidahu, kemarin siang (24/11). Ia mengaku, bantuan suami tercinta yang membuat ia bisa mengajar. Setiap hari sejak kejadian kecelakaan pada tahun 2012, sang suami dengan setia menemaninya. Selain itu, dukungan dari rekan kerja yang membuat semakin kuat menghadapi cobaan hidup. Dan yang paling penting adalah senyuman anak-anak yang membuat ia ingin selalu mengajar. “Rasanya tersiksa kalau tidak berjumpa dengan anak-anak. Mengajar dan membuat siswa paham membuat saya bahagia,” jelas Yanti bercerita kepada Radar Kuningan. Dengan suara terharu, Yanti  membuka cerita tragis empat tahun lalu kepada Radar Kuningan. Kejadian  bermula pada hari Sabtu tanggal 5 Mei 2012 lalu, ia beserta anaknya pulang dari tempat kerja usai mengajar dengan menumpang angkutan pedesaan (angdes) di samping pintu masuk sedangkan anaknya duduk dibelakang sopir. Kondisi di dalam angkutan umum itu penuh dengan penumpang. Ia sendiri tidak tahu percis apa terjadi. Namun, yang diingatnya pada saat itu tubuhnya terlempar dari dalam angdes dan tak sadarkan diri di aspal. Kecelakaan itu telah membuat anaknya meninggal dunia. Ia sendiri dinyatakan mengalami gangguan pada tulang punggung sehingga tidak bisa berjalan. Dunia bagi Yanti terasa gelap karena musibah menimpa bertubi-tubi. Hanya dengan keimanan yang kuat membuat ia menerima suratan takdir dari sang khalik. Meski sambil berobat baik medis maupun tradisonal, Yanti tidak melupakan kewajibannya sebagai guru, terlebih ketika sudah mendapatkan tunjangan pungsional guru. Ia merasa punya hutang sehingga selalu semangat. “Kami berdua berunding dan diputuskan suami saya berhenti bekerja dan mengurus saya. Saya yakni gaji bisa untuk hidup berdua kami,” jelas Yanti sambil meneteskan air matanya. Meski terkadang banyak dirasa karena masih dalam pengobatan. Namun, hal itu menjadi tangtangan. Apalagi guru PNS di sekolah hanya ada empat orang. Dengan terus berobat dan optimis sembuh, Yanti berharap bisa kembali normal. Ia yakin Allah akan memberikan kekuatan sehingga bisa tetap mengajar. “Saya mengajar dua rombel kelas tiga, jadi kebayang kalau saya tidak mengajar, bagaimana masa depan anak-anak. Sedangkan mereka adalah tunas bangsa,” sebutnya. Terpisah, Kepala SDN 2 Cikeusik Dedi Supardi mengaku salut dan bangga dengan tanggungjawab yang ditunjukan oleh Yanti. Dengan kondisi seperti ini belum tentu semua guru mampu mengajar. “Apa yang dilakukan oleh Bu Yanti bisa menjadi contoh bagi guru lain. Dengan kondisi terbatas pun mengajar harus tetap dilakukan,” jelas Dedi. Sementara sang suami Totong Kartono mengaku iklas berhenti dari usahnya untuk mengurus sang istri. Bagi dia, sangat istri perlu perhatian khusus sehingga harus fokus mengurus. “Setiap musibah ada hikmah, maka saya menerima musibah ini dan tenteu tidak diam namun tetap berusaha,” jelas pria kelahiran tahun 1969 itu. (mus)    

Tags :
Kategori :

Terkait