Usianya 24 tahun. Tapi, jaringan dan cara kerja pria asal Girimulya, Kecamatan Banjaran, Kabupaten Majalengka, ini jangan dianggap remeh. Dialah RPW yang ditangkap Densus 88 di rumahnya, Rabu (23/11). Setidaknya, versi Mabes Polri, dia sedang merancang bom dahsyat untuk akhir tahun ini. RPW dan jaringannya ternyata punya agenda besar. Bersama jamaah ansharut daulah (JAD), mereka disebut-sebut menargetkan aksi pada akhir tahun. Dan tak tanggung-tanggung, dari racikan sejumlah bahan kimia yang dilakukan RPW di rumahnya, semua berkelas tinggi dan sangat menakutkan. Bila saja bahan peledak itu sempat digunakan melakukan aksi terror, bukan tidak mungkin ledakan bom yang jauh lebih besar dari bom Bali I dan II terjadi. Dari hasil uji laboratorium, diketahui kekuatan bahan peledak itu masuk kategori high explosive. Yang biasanya, hanya bisa dihasilkan bahan peledak pabrikan. Kepala Biro Penerangan Masyarakat (Karopenmas) Divhumas Polri Kombespol Rikwanto mengatakan dari hasil pemeriksaan diketahui bahwa rumah RPW dijadikan clandestine lab untuk membuat bahan peledak. “Bahan peledak ini ternyata high explosive,” tutur Rikwanto, kemarin. Temuan bahan peledak high explosive ini mengejutkan Polri karena sudah cukup lama tidak ada jaringan teror yang mampu membuat bahan peledak seberbahaya itu. Kalau dulu bahan peledak high explosive ini hanya dibuat kombatan alumni Afghanistan. “Tapi sekarang kami temukan lagi,” jelasnya. Apa bahan kimia yang diracik menjadi bahan peledak itu? Rikwanto menuturkan ada belasan bahan kimia, namun hanya dua yang bisa disebutkan, yakni kalium nitrat dan black powder.”Semua bahan kimia diracik sendiri,” tuturnya. Rikwanto menambahkan, sebenarnya pembuat bahan peledak ini telah melakukan uji coba peledakan. Hal itu menunjukkan bahwa sebenarnya pelaku telah siap untuk memproduksi bahan peledak dalam skala besar. ”Uji coba pernah dilakukan sekali di sekitar tempat tinggalnya di area perkebunan,” jelasnya. Menurut Rikwanto, RPW ini dalam jaringan teroris JAD berperan sebagai pemberi bahan peledak. Dia mengatakan, setiap kelompok teror yang akan melakukan aksi itu bisa memesan bahan peledak dari RPW. “Kami masih mendalami bagaimana peran-perannya,” ungkapnya. Yang pasti, bahan peledak ini rencananya akan digunakan untuk aksi akhir tahun. Ada sejumlah lokasi yang menjadi target, diantaranya gedung DPR, Mabes Polri, sejumlah kedutaan besar, stasiun televisi dan tempat hiburan. “Lokasi ini ditarget karena representasi demokrasi, ideologi yang mereka benci,” jelasnya. Sementara seorang anggota Laboratorium Forensik Polri yang tidak ingin namanya disebutkan mengatakan, bahan peledak yang diracik RPW ini dibandingkan dengan bahan peledak bom Bali I dan II, ternyata bahan peledak ini begitu kuat. “Ya bisa dua kali hingga tiga kali lipat kekuatannya dari Bom Bali I dan II,” tuturnya didampingi Rikwanto. Bahan peledak itu akan bisa lebih berbahaya bila dirakit dengan metode yang tepat. Hanya ditambah booster atau pendorong dan paku, maka kekuatannya bisa berlipat ganda. “Yang mengherankan, bahan peledak ini bisa dibuat dengan peralatan dan bahan yang tidak memadai di rumah pelaku. Laboratoriumnya kecil, tapi hasilnya maksimal,” tuturnya. Soal asal bahan kimia, dia menuturkan bahwa bahan kimia didapatkan dari sejumlah toko kimia. Bahan kimia itu juga didapatkan dari sejumlah toko online. ”Dia pesan dari penjual di dunia maya,” ungkapnya ditemui di kantor Divhumas kemarin. Menurutnya, bahan peledak itu memang belum 100 persen selesai. Hanya ada sebagian kecil yang telah sempurna. ”Ada sebagian kecil yang sudah sempurna peracikannya,” tuturnya. Ditambahkan Rikwanto, selain RPW, masih ada tiga orang lagi yang dikejar Densus 88. ”Empat orang ini bekerja sama meracik bahan peledak ini. Pengejaran tiga orang lain masih dilakukan,” ungkapnya. Seperti diberitakan, RPW diringkus di rumahnya oleh Densus 88 Mabes Polri di rumahnya, Rabu (23/6). Usai penangkapan, polisi langsung menyatakan RPW punya jaringan dengan Bahrun Naim. “Yang bersangkutan (RPW, red) merupakan jaringan Bahrun Naim,” ujar Kadiv Humas Mabes Polri Irjen Boy Rafli Amar kepada Radar Cirebon. Jaringan teroris Bahrun Naim sering dikaitkan dengan sejumlah serangan teror di beberapa daerah. Bahrun belakangan diketahui berada di Syria. Dia bergabung dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq Syria (ISIS). Teror yang diduga kuat dimotori Bahrun, di antaranya bom bunuh diri di kawasan Thamrin Jakarta pada Januari lalu. Jaringan yang dibangun oleh Bahrun di Indonesia disebut-sebut terhubung dengan ISIS. Sementara itu, pihak keluarga tak tahu kalau RPW selama ini menyimpan banyak bahan tertentu yang diduga untuk membuat bom. Seperti disampaikan kakak RPW, Saprudin (30). Pihaknya sama sekali tidak mengetahui aktivitas sehari-hari RWP. Dalam kesehariannya, RPW tidak serumah dengan Saprudin. RPW tinggal di rumah orang tuanya dan mengasuh seorang keponakan. “Bahkan saya sendiri pun tidak tahu di dalam rumahnya ada bahan atau barang pembuat bom. Saya shock ketika polisi menangkapnya,\" katanya, usai penangkapan atas RPW. Kepala Desa Girimulya, Wawan, mengatakan RPW selama ini tinggal bertiga bersama orang tuanya. Rumah sederhana yang ditempatinya berdinding bilik yang nampak sudah rapuh. Letak rumah tersebut berada di bawah tebing yang tak jauh dari Jl Raya Maja-Talaga. Suasananya sepi dengan suhu udara yang dingin karena berada di pegunungan. “Di kampung itu hanya terdapat beberapa rumah saja, termasuk rumah kakak kandung RPW. Hanya ada sekitar 30 rumah saja yang jaraknya agak berjauhan. Saya sebagai kades pun tidak tahu dan tidak menyangka RPW diduga terlibat teroris. Saya kaget polisi melakukan penggeledahan sekaligus penangkapan,\" ujarnya. (idr/gus/JPG)
Terduga Teroris asal Majalengka Rancang Bom Akhir Tahun
Sabtu 26-11-2016,09:03 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :