MUI Pertegas Komitmen Kebangsaan, Wakapolri Sambangi Ulama Buntet

Sabtu 26-11-2016,10:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA – Majelis Ulama Indonesia (MUI) masuk dalam pusaran rencana aksi masa 2 Desember depan. Ketua Umum MUI Ma’ruf Amin bahkan mengatakan, ada pihak-pihak yang meragukan komitmen kebangsaan MUI. Dia menjamin bahwa MUI tetap berkomitmen menjaga hidup berdampingan, bukan saling memerangi. Komitmen kebangsaan MUI menjadi salah satu dari tiga poin penting yang dibahas dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) 2016. Komitmen ini dibacakan oleh Wakil Sekjen MUI Sholahuddin Al-Aiyub dini hari (25/11). Sikap atau komitmen kebangsaan MUI itu ditandatangani seluruh pimpinan MUI pusat dan seluruh ketua MUI provinsi. Mencermati perkembangan situasi kehidupan kebangsaan terkini, MUI memandang sudah mengarah pada instabilitas nasional. Selain itu juga menjurus pada keretakan bangsa dan saling curiga diantara umat. Kemudian juga bisa memicu kesalahpahaman di masyarakat. ’’Untuk itu perlu kiranya MUI menegaskan kembali komitmen kebangsaan dan kenegaraan. Komitmen itu sekaligus merupakan jawaban yang tegas atas keraguan terhadap sikap kebangsaan MUI,’’ tutur Ma’ruf. Terkait dengan rencana aksi massa 2 Desember dan berhembus aksi makar, MUI juga meresponnya. Sholahuddin Al-Aiyub menjelaskan, MUI berkomitmen bahwa kekuasaan adalah amanah yang diberikan Allah kepada pemerintah. ’’Kekuasaan yang diamanahkan itu untuk memelihara agama dan mengatur urusan dunia,’’ katanya. Terkait kabar aksi makar, MUI berpesan bahwa setiap umat Islam wajib menaati pemeritahan yang sah menurut konstitusi. Selama pemerintahan menjalankan kebijakan yang tidak bertentangan dengan aqidah dan syariah. MUI berpandangan bahwa pergantian kekuasaan yang tidak sesuai dengan konstitusi akan menimbulkan mudharat atau dampak buruk yang lebih besar. ’’Sehingga harus dicegah,’’ jelasnya. Untuk menjaga dan mengawal keutuhan bangsa, MUI menginisiasi digelarnya dialog nasional dalam waktu secepatnya. Menurut Sholahuddin dialog nasional itu menjadi ihtiar atau usaha untuk menjaga, mengawal, dan merawat keutuhan bangsa. Dia mengatakan perlu ada upaya merajut persaudaraan kebangsaan (ukhuwwah wathaniyyah). Sementara itu, jelang aksi 212, sejumlah elit dan pejabat rajin membangun komunikasi ke berbagai tingkat unsur masyarakat. Kemarin (25/11), Wakil Kepala Polisi Republik Indonesia (Waka Polri) Komjen Pol Syafruddin bersilaturahmi dengan para ulama Pondok Pesantren Buntet, Kabupaten Cirebon di kediaman Dewan Penasehat Yayasan Lembaga Pendidikan Islam Buntet Pesantren KH Anas Arsyad. Pria yang juga pernah menjabat Kepala Pendidikan Polri ini berdalih, kunjungannya ke Ponpes Buntet tersebut tidak ada sangkut pautnya dengan rencana aksi demo lanjutan 212. \"Ini sudah biasa, dengan Ponpes Buntet sudah seperti keluarga besar. Tidak ada kaitannya dengan aksi 212. Saya sebagai wakapolri hanya silaturahim saja. Maka saya niatkan ke sini,\" akunya kepada Radar Cirebon, kemarin (25/11). Menurutnya tidak ada pembicaraan secara khusus dengan para ulama Ponpes Buntet mengenai aksi 2 Desember. Dalam pembicaraan dengan ulama itu, Syafruddin hanya membicarakan mengenai ke-Indonesia-an. \"Saya hanya bicara bahwa indonesia itu sangat besar, sangat indah yang diberikan Allah kesempurnaan. Jumlah penduduk muslim terbesar, komoditi yang banyak, sumber daya alam yang kaya, apa saja ada di indonesia. Ini harus dijaga,\" bebernya. Sementara itu, Dewan Penasihat Yayasan Lembaga Pendidikan Islam (YLPI) Buntet Pesantren KH Anas Arsyad didampingi KH Wawan Arwani menegaskan, pihak Buntet Pesantren tidak menganjurkan umat Islam se-Ciayumajakuning untuk ikuti aksi pada tanggal 2 Desember mendatang. \"Pesantren Buntet tidak pernah mengajak apalagi mengerahkan massa baik santri maupun masyarakat untuk ikut aksi di Jakarta. Kita berharap agar umat Islam se-Ciayumajakuning tidak perlu berbondong-bondong ke Jakarta. Kita tidak mengajurkan itu,\" tegasnya. Menurutnya, dalam pembicaraan dengan wakapolri secara umum hanya membahas mengenai kehidupan berbangsa dan bernegara. Salah satu poinnya adalah membicarakan kehidupan yang lebih menuju kepada kedamaian dan ketentraman, ketimbang suasana gejolak yang bisa membahayakan. (wan/jml)  

Tags :
Kategori :

Terkait