IP3W Diminta Kembalikan Uang

Selasa 28-08-2012,08:46 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Relokasi Dimulai, Pedagang Pasalaran Ramai-ramai Pindah   PLERED- Hari pertama relokasi Pasar Pasalaran ke pasar darurat berjalan lancar, kemarin (27/8). Tak ada gejolak sama sekali. Ini artinya pernyataan IP3W (Ikatan Pedagang Pasar Pasalaran Weru) yang mengatakan 100 persen pedagang menolak relokasi, terbantahkan. Sejumlah pedagang mulai membenahi lapak baru di pasar darurat. Di dalam pasar darurat terdapat 648 los, dan 329 kios sudah terdapat nama pemilik lapak. Bahkan sudah tertata masing-masing blok sesuai dengan jumlah pedagang yang ada di Pasar Pasalaran. Salah satu pedagang ayam, H Suma, mengatakan dia harus pindah karena banyak pedagang yang memilih relokasi ke pasar darurat. Suma juga meminta pungutan yang sempat dilakukan IP3W agar dikembalikan. Pasalnya, IP3W yang pernah menjanjikan tidak akan terjadi relokasi ke pasar darurat, nyatanya terjadi juga. Suma mengaku, pungutan yang dilakukan IP3W berlangsung dua kali. Pungutan pertama Rp20 ribu per los. Kedua Rp200 ribu per los. “Saya punya dua los, jadi terakhir bayar Rp400 ribu. Saya akan menuntut untuk dikembalikan karena janji IP3W tidak akan pindah, ternyata tetap pindah,” ujarnya saat ditemui koran ini di lokasi pasar darurat, kemarin. Pedagang ikan, Supamo, mengaku mendukung penuh rencana pemerintah merenovasi pasar. Dia yakin jika pasar sudah direnovasi akan dikembalikan kepada pedagang dengan kondisi yang lebih baik. “Yang penting tidak ingkar janji, tidak meleset waktunya. Jangan sampai nanti lain lagi,” tegasnya. Supamo sendiri kemarin belum sempat pindah ke pasar darurat karena kesibukannya mengurusi lapak dan dagangan di lapak lama. Pedagang daun sirih, Sumiyah, juga harus pindah karena rekan-rekannya ikut pindah. Kemarin, wanita paruh baya tersebut baru mulai membenahi lapak untuk menjajakan dagangan miliknya. Sementara untuk waktu kepindahan direncakan pada hari Jumat (31/8). “Yang lain pindah, jadi ikut pindah. Kalau gak ikut nanti sendirian di pasarnya. Sekarang beres-beres dulu, nanti Jumat pindahnya,” tuturnya. Sementara itu, pemda juga ikut memantau proses relokasi. Sekitar pukul 13.30 hadir Kadisperindag Kabupaten Cirebon Drs Haki didampingi oleh Kepala Bidang Pengelolaan Pasar Zaenal Arifin. “Kami membantu kepindahan. Untuk keamanan juga jangan khawatir karena akan ditambah. Seperti yang terlihat antusiasme pedagang pasar untuk relokasi cukup tinggi,” ujar Haki. Sementara Zaenal menambahkan, antusiasme pedagang mulai terlihat sejak Minggu malam Senin. Sejumlah pedagang hingga pukul 01.00 dini hari melihat langsung kondisi pasar darurat serta mencari letak kios atau los miliknya. “Sampai malam pedagang banyak yang mencari lokasi kiosnya. Ini menunjukkan bahwa sebenarnya banyak juga pedagang yang setuju dengan adanya renovasi pasar,” katanya. Kepala pasar Pasalaran, Sadi, membenarkan antusiasme pedagang yang mencari kios hingga larut malam. Sadi menambahkan hampir 50 persen dari pedagang sudah mulai membenahi lokasi kios atau los di pasar darurat. “Setiap kios dan los di pasar darurat masing-masing sudah diberi nama. Sehingga pedagang tidak kesulitan untuk mencari letak kiosnya. Hari pertama hampir setengahnya mulai bersiap untuk relokasi,” ujarnya. Sedangkan Asda Bidang Perekonomian dan Pembangunan H Dadang Tresnayadi SE MM didampingi Kabag Pembangunan Hendra Nurmala MSi mengungkapkan, relokasi ke pasar darurat bersifat sementara. “Dana renovasi merupakan bantuan dari pusat, yang berarti ada kepercayaan dari pusat kepada pemerintah daerah Kabupaten Cirebon. Relokasi dilakukan secara bertahap, diprioritaskan pedagang yang memang setuju dengan adanya renovasi,” katanya. Dadang menganggap wajar jika ada sebagian pedagang yang menolak relokasi dan renovasi. Penyampaian aspirasi, kata Dadang, bisa dilakukan kapan saja, asal tidak melanggar hukum. Saat disinggung mengenai langkah IP3W yang akan menempuh jalur hukum, Dadang menanggapi dengan tenang. “Apa tindak pidananya? Toh pemda tidak melakukan pungutan liar. Tidak akan ada pungutan kepada para pedagang, hanya retribusi pasar,” ucapnya. Dadang juga mengimbau kepada sebagian pedagang yang menolak renovasi untuk tidak terbawa emosi. Pasalnya renovasi dilakukan agar ke depan pasar dapat digunakan oleh pedagang dengan kondisi yang lebih layak. Mengenai perbandingan yang dilakukan sebagian pedagang terhadap Pasar Cipejeuh, Dadang menjelaskan dua hal tersebut merupakan hal yang berbeda. “Model dan sifatnya beda, jadi jangan disamakan. Setelah renovasi pasar dapat lebih bagus dan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin oleh pedagang,” tegasnya. (swn)  

Tags :
Kategori :

Terkait