Bertahan di Tengah Gempuran Budaya Pop

Minggu 09-09-2012,08:58 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

SLIYEG - Dalam berbagai ragam kesenian Indonesia, dikenal banyak jenis wayang. Tetapi saat ini, hanya ada beberapa jenis saja yang masih diminati masyarakat. Yakni wayang golek, wayang Wong (wayang orang), dan wayang kulit. Sementara seni wayang lainnya telah lama ditinggalkan peminat. Wayang cepak, adalah satu di antaranya. Pertunjukan seni wayang ini sudah sangat sulit ditemukan. Padahal, pada era 1970 hingga 1980-an, masih banyak pemangku hajat yang mengandalkan wayang cepak sebagai hiburan yang bisa meramaikan suasana pesta hajatannya. Salah satu dalang yang masih melestarikan wayang cepak ialah Warsad Darya, seorang dalang yang masih menekuni wayang cepak di Desa Gadingan, Kecamatan Sliyeg. Dengan sanggar yang didirikannya, pria ini mencoba bertahan untuk melestarikan seni wayang cepak. Ditemui Radar di sanggarnya, Sabtu (8/9) kemarin, Dalang Warsad berbagi cerita. Kemahiran Warsad memainkan boneka kayu diperoleh secara otodidak. Kendati mengaku tak memiliki guru atau membaca buku cerita wayang, Warsad kini menguasai lebih dari 100 drama kisah wayang. Dia memulai profesi sebagai dalang saat berusia 24 tahun atau sudah 36 tahun. Kini, Warsad mengaku harus melengkapi kelompok wayangnya dengan instrumen modern lain apabila ingin bertahan. Menurut Warsad, wayang cepak mulai tergeser karena banyak pengaruh budaya pop maupun jenis wayang yang lain. Tapi yang pasti, kata Warsad, wayang cepak tersingkir karena tersaingi oleh kesenian lain seperti halnya sandiwara. \"Kalau golek cepak ini ceritanya kan dongeng legenda, sejarah Jawa, yang dimainkan seorang dalang. Sedangkan pertunjukkan sandiwara kan dimainkan sendiri-sendiri. Jadi saya ketinggalan,\" terang Dalang Warsad. Warsad Darya belum bisa menebak hingga kapan situasi seperti ini akan berlangsung. Namun, ia juga menyadari bahwa seorang seniman wayang bisa bertahan sekadarnya. Di luar Warsad, jumlah dalang di Indramayu dan Cirebon bisa dihitung dengan jari. Itu pun dengan catatan memiliki jenis kesenian lain. Bila Warsad masih bertahan dengan wayang cepak dan lamsijannya, tentu karena kecintaannya sebagai seorang seniman. Belum lama ini, sanggarnya juga pernah dijadikan lokasi kegiatan Kuliah Kerja Nyata (KKN) mahasiswa Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung. Sejumlah mahasiswa merasakan kesan yang mendalam selama melaksanakan kegiatan. Bahkan di akhir kegiatan, mereka melakukan pagelaran seni. Agie Riesa, salah satu mahasiswi peserta KKN kepada Radar menuturkan, banyak pengalaman yang diperolehnya selama melaksanakan studi di sanggar wayang cepak Dalang Warsad. \"Sangat disayangkan apabila wayang cepak ini harus tersingkir. Kita perlu melestarikannya agar tetap terjaga,\" tutur Agie Riesa. (cip)  

Tags :
Kategori :

Terkait