Diduga Pernah Latihan di Ciremai

Rabu 12-09-2012,08:19 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Ada Kelompok yang Bawa Tabung Gas ke dalam Hutan KUNINGAN- Kabupaten Kuningan kembali menjadi sorotan aparat keamanan. Penembakan di Solo, Jawa Tengah dan ledakan bom di Tambora, Jakarta serta Depok beberapa hari lalu, membuat Polres Kuningan waspada. Petugas diterjunkan untuk memantau situasi dan mengawasi orang asing yang masuk ke Kota Kuda. Pengawasan super ketat ini untuk antisipasi agar jaringan teroris yang belum tertangkap tidak masuk ke Kuningan. Razia untuk mempersempit ruang gerak teroris setiap malamnya juga menjadi langkah kepolisian. Sekadar mengingatkan, tiga tahun lalu, Indonesia pernah dihebohkan oleh aksi trio Kuningan, Ibrohim, Muhammad Syahrir dan Saefudin Juhri. Hotel JW Marriot dan Ritz Carlton, Jakarta, diledakkan oleh bom bunuh diri yang dilakukan Dany Permana. Meski udah berlalu hampir tiga tahun atau tepatnya 17 Juli 2009, namun setiap ada kejadian ledakan bom atau kasus teroris di daerah mana saja, mau tidak mau Kabupaten Kuningan menjadi perhatian. Sumber Radar di internal keamanan membeberkan, pergerakan jaringan teroris sebenarnya terus dipantau. Ruang lingkup mereka juga dibatasi. Namun karena masyarakat terkesan pasif dan tidak terlalu peduli dengan kehadiran orang tidak dikenal di wilayahnya, maka jaringan teroris dan sel-sel barunya terus berkembang. Tak aneh jika kemudian muncul nama-nama baru di jaringan teroris yang tidak terpantau pergerakannya. Sumber itu mengatakan, dari segi geografis dan karakter masyarakatnya, Kabupaten Kuningan relatif dipilih sebagai “rumah” singgah jaringan teroris. Masyarakatnya yang cenderung tidak mempedulikan kehadiran orang tidak dikenal di lingkungannya membuat kelompok teroris merasa nyaman. Itu terlihat saat Nurdin M Top yang akhirnya tewas ditembak tim Densus 88, ternyata pernah singgah di Kabupaten Kuningan. “Kami melihat karakter masyarakat cenderung kurang peduli dengan kehadiran warga baru di sekitarnya. Padahal ada aturan jika 1 x 24 jam tamu harus melapor ke aparat desa setempat. Ini yang jarang ditempuh oleh tamu tersebut. Terlebih aparat desanya juga kurang proaktif dan sering membiarkan. Kami sudah mengingatkan agar aparat desa lebih memperhatikan orang tidak dikenal. Kalau sigap, kan bisa dilakukan antisipasi,” keluhnya. Setahu dirinya, pelaku bom bunuh diri di Mapolres Cirebon, M Syarif ternyata pernah menjadi teman diskusi M Torik, terduga teroris lainnya yang kini ditahan Tim Densus 88 terkait ledakan bom Tambora, Jakarta beberapa waktu lalu. “Kalau satu angkatan sih tidak. Mereka pernah menjadi teman diskusi saja. Kemungkinan faham mereka sama,” tukas dia. Menyangkut kemungkinan ada teroris yang bersembunyi di Kabupaten Kuningan, sumber itu menambahkan, kemungkinan bisa saja terjadi meski sampai saat ini belum ada indikasi ke arah sana. “Tapi bukan orang asli Kuningan yang menetap di sini, tapi orang Kuningan yang merantau. Ada satu orang yang gerak-geriknya mencurigakan dan sedang diawasi. Dia datang ke keluarganya dan meminta harta orang tuanya. Katanya untuk berjuang. Kalau tidak dikasih, dianggap tidak sealiran. Sayangnya sekarang dia menghilang,” papar dia. Dia juga menceritakan, Kabupaten Kuningan terutama di kawasan Gunung Ciremai, sering digunakan untuk tempat pelatihan fisik. Selain medannya memungkinkan, latihan itu juga bisa dilakukan karena mereka tidak menunjukkan identitas aslinya. Saat penggemblengan fisik, pakaian yang dikenakan juga seperti pecinta alam lainnya. Tak ada atribut aneh yang dipakai atau mengesankan dari kelompok tertentu, sehingga warga tidak mencurigainya. Terlebih penampilan mereka terkesan layaknya pecinta alam lainnya. “Saat itu mereka masuk ke wilayah Cigowong, di gunung Ciremai secara berombongan. Kemudian mendirikan tenda alakadarnya. Semuanya terbuat dari alang-alang, dan tak ada bekas api unggun. Pokoknya tenda yang dipakai sangat sederhana dan apa adanya. Beda dengan pecinta alam yang sudah menyiapkan segalanya, termasuk tenda permanen. Selain itu, ada juga warga yang melihat saat masuk ke gunung, mereka membawa tabung gas ukuran tiga kilogram. Warga sendiri tidak curiga karena berpikir tabung gas itu untuk keperluan memasak selama kegiatan di dalam hutan,” jelas dia. Dia menduga, tabung gas ukuran tiga kilogram itu digunakan untuk latihan perakitan bom memakai tabung gas. “Bisa saja tabung gas yang dibawa masuk ke hutan itu untuk praktik pembuatan bom. Sayangnya tidak ditemukan bekas praktiknya. Kelompok yang latihan membawa tabung gas kami dapatkan laporannya dari masyarakat yang melihatnya. Kami sudah melakukan pemeriksaan ke lokasi setelah mendapatkan laporan masyarakat,” tuturnya. Dua lokasi yang diduga menjadi tempat latihan karena ditemukan bekas tenda dari batang pohon dan alang-alang, lanjut dia, yakni di Cigowong, Palutungan, Kecamatan Cigugur, dan Desa Seda, Kecamatan Mandirancan. “Dari dua lokasi itu, kami menemukan bekas tenda yang terbuat dari alang-alang. Kami sendiri tidak tahu siapa yang menggunakannya. Saat datang ke lokasi tempat mereka latihan, sudah tidak ada alias bubar,” ungkap sumber lainnya yang menolak menyebutkan identitasnya. Terpisah, Kapolres Kuningan, AKBP Wahyu Bintono SIK MH didampingi Kabag Ops, Kompol H Taufik Asrori mengatakan, sampai saat ini belum ada indikasi adanya jaringan teroris yang bersembunyi di Kuningan. Terkait adanya pelatihan fisik di Gunung Ciremai, kapolres menyatakan akan menyelidikinya. “Belum ada teroris bersembunyi di Kuningan. Kami terus melakukan pengawasan yang ketat dengan melibatkan semua polsek termasuk juga komponen masyarakat,” jawab kapolres saat dikonfirmasi Radar, kemarin.   **PINTU MASUK MAPOLRES DIPERKETAT   Maraknya aksi teroris yang menjadikan polisi sebagai target sasaran membuat jajaran kepolisian siaga. Begitu juga dengan Polisi Resort (Polres) Kuningan. Semua pengunjung yang datang ke markas yang terletak di Jalan RE Martadinata itu diperiksa ketat. Dari pantauan Radar, para personel seragam coklat tersebut siaga di pintu gerbang masuk mapolres sebelah barat. Sementara petugas lainnya memeriksa dengan detail setiap kendaraan yang datang. Sedangkan para pengunjung diperiksa barang bawaannya, terutama mereka yang akan membesuk tahanan. Setiap pengunjung ke mapolres wajib menyimpan identitasnya seperti KTP atau tanda pengenal lainya, kemudian baru diperbolehkan masuk dengan membawa id card sesuai dengan tujuan yang sudah disediakan oleh petugas Sentral Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT). Kapolres Kuningan AKBP Wahyu Bintono HB SIk MH mengatakan, ketatnya penjagaan tersebut merupakan perintah Kapolri sebagai bentuk kewaspadaan internal. Saat ini, anggota kepolisian menjadi target sasaran para teroris. \"Setiap personel harus siaga dan dibekali kemampuan menjaga diri maupun orang lain yang terancam jiwanya. Hal ini kita lakukan untuk menekan atau meminimalisir kepolisian menjadi sasaran teror,\" kata Wahyu. Pola pengamanan di wilayahnya, menurut perwira yang mempunyai hobi olahraga tenis lapang ini, telah disiapkan secara maksimal yaitu ditunjang dengan adanya kamera pengawas di beberapa titik maupun personel yang dibekali kemampuan untuk mendeteksi ancaman bom. \"Syukur hingga saat ini kondisi Kuningan amat kondusif berkat dukungan dari unsur TNI dan elemen pengamanan lainnya serta masyarakat,\" ujarnya. Langkah peningkatan pengamanan tersebut dilakukan setelah meningkatnya intensitas aksi teror pada polisi yang terjadi di Solo beberapa waktu lalu. “Pengamanan ini akan terus kami lakukan hingga batas waktu yang tidak ditentukan. Untuk sementara, kami hanya menggunakan pintu gerbang utama, sedangkan pintu gerbang keluar, ditutup,” tutup dia. (ags)

Tags :
Kategori :

Terkait