Kembalikan Indonesia ke Khittah 1945

Kamis 13-09-2012,08:39 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

CIREBON – Nahdlatul Ulama (NU) bersiap-siap menggelar Konbes dan Munas Alim Ulama. Kali ini, Ponpes Kempek, Kecamatan Palimanan, Kabupaten Cirebon dipercaya menjadi tuan rumah acara yang akan dihadiri Presiden Susilo Bambang Yudhoyono itu. Berbagai kegiatan akan dihelat selama empat hari. Diikuti 600 peserta dari PBNU dan perwakilan 33 pengurus wilayah NU se-Indonesia. Ketua panitia pusat Munas dan Konbes NU 2012, H Dedi Wahidi menyatakan, tema besar yang diusung adalah mengembalikan Indonesia pada khittah 1945. Saat itu, NU berperan dan berkhidmah menuju Indonesia berdaulat, adil dan makmur. Untuk itu, seluruh perwakilan nahdliyin (orang-orang NU) di Indonesia dan dunia, berkumpul untuk mencari jawaban dalam bahtsul masail. “Hasil bahtsul masail (diskusi) itu akan diserahkan kepada Presiden SBY,” ujarnya saat menggelar konferensi pers di Ponpes Kempek Palimanan Kabupaten Cirebon, Rabu malam (12/9). Ide awal dari tema besar itu, lanjut Dedi Wahidi, karena keprihatinan NU terhadap keadaan bangsa ini. Karenanya, NU ingin memberikan sumbangan pemikiran dan mengajukan langkah konkret. Sekitar tahun 1970-an, NU pernah mengalami masa kemerosotan dan krisis. Kejadian itu berlangsung hingga awal 1984, NU menemukan solusi kembali ke khittah 1926. Pengalaman itu, menjadi alasan NU untuk mendesak Indonesia agar kembali pada khittah 1945. “Kembali ke khittah 1945 berarti kembali ke semangat Proklamasi, Pancasila, dan UUD 45,” ucap anggota DPR RI dari fraksi PKB ini. Terkait itu, dalam Munas-Konbes NU ini, akan membahas dan mengkritisi beberapa pasal dalam sejumlah UU yang tidak pro pada kesejahteraan rakyat. Di antaranya, UU Nomor 3 tahun 2004 tentang Bank Indonesia, UU No 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal, UU nomor 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi. Selain itu, NU juga akan mengkritisi Rancangan UU (RUU) tentang Pangan. Hal lain, problematika kehidupan, dibahas NU dalam bagian lain dari Munas-Konbes 2012 ini. Dedi Wahidi memastikan, keputusan Munas-Konbes NU ini wajib diperjuangkan di gedung DPR RI oleh anggota DPR dari kalangan NU. Ketua Panitia Daerah, Dr H Eman Suryaman MM menyatakan, berbagai persiapan Munas-Konbes NU 2012 telah matang dan tertata. Termasuk, keamanan dari internal NU menjelang kedatangan Presiden SBY dan selama Munas-Konbes NU ini berlangsung. Setidaknya, 300 orang terlatih dari Banser dan pendekar Pagar Nusa, bersama TNI Polri siap mengamankan Munas-Konbes NU dari ancaman terorisme dan sejenisnya. “Semua sudah diantisipasi dengan segala kemungkinannya,” ujar Eman Suryaman. Ketua panitia lokal, Ahmad Zaini Dahlan menambahkan, rangkaian kegiatan Munas-Konbes NU 2012 ini sudah digelar sejak 10 Agustus 2012 lalu. Beberapa kegiatan yang telah dilakukan, tidak hanya melibatkan komunitas muslim, tetapi turut pula bersama komunitas Tionghoa Kunghucu, Katolik, Protestan, Hindu dan Buddha. “Ini menunjukkan implementasi NU yang mengakui pluralitas di Indonesia,” ujarnya. Terpisah, Pengasuh Ponpes Balerante Palimanan Kabupaten Cirebon, KH Farid Wajdi Kusumajati atau yang akrab disapa Abah Anom berharap Munas-Konbes NU 2012 berjalan lancar dan kondusif. Selain itu, hasil musyawarah para alim ulama membawa maslahat atau kebaikan bagi bangsa Indoensia. Menurutnya, Munas-Konbes NU menjadi ajang silaturahim antar ulama dan seluruh elemen di tubuh organisasi terbesar di Indonesia itu. \"Saya mendukung dan berharap Munas dan Konbes NU ini berjalan lancar, aman, kondusif dan membawa kebaikan bagi seluruhnya,\" ujarnya. (ysf)

Tags :
Kategori :

Terkait