Ayah Tiri Aniaya Anak

Kamis 27-09-2012,08:28 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Mama ke Singapura, Kena Pukul dan Setrum CIREBON - Telat pulang ke rumah, Rudi Susanto (32) tega membanting anak tirinya, GP (8). Siswa kelas 2 SD I Pengampon Kota Cirebon itu kesakitan di bagian tangan. Kancing baju seragamnya juga lepas karena ditarik ayah tiri. Peristiwa bermula, Rabu (26/9) pukul 15.00, guru karate SD I Pengampon Sin Pei melapor ke Mapolres Cirebon Kota. Di sekolahnya terjadi penganiayaan salah satu orang tua murid kepada anak. “Di sekolah lagi ramai pak. Anaknya enggak mau pulang, tangannya terpelintir gara-gara dibanting orang tua tiri,” kata Sin Pei kepada polisi. Petugas SPKT, tim identifikasi dan beberapa wartawan langsung ke SD Pengampon. Dipimpin Kanit SPK B, Aiptu Slamet, menuju ruang guru. Di sana kumpul para guru, orang tua siswa, dan GP. Mereka dibawa ke Mapolres Ciko untuk dilakukan pemeriksaan. Guru pelajaran bahasa Sunda, Rika, mengaku melihat langsung penganiayaan. Ia menjelaskan, peristiwa diawali kedatangan Rudi ke sekolah. Warga keturunan Tionghoa yang tinggal di Perum Tangkuban Perahu, Kecamatan Harjamukti, Kota Cirebon itu, mencari GP yang semenjak bubar sekolah belum juga sampai ke rumah. “Anak kelas 2 itu bubar sekolah pukul 11.30. Tapi kata ayahnya sampai pukul 14.00 anak belum pulang juga,” ujar Rika saat dimintai keterangan di SPKT Mapolres Ciko, kemarin. Rika menyebutkan tidak tahu jika GP masih ada di sekolah. Ia dan Rudi akhirnya menemukan GP, lalu menanyakan alasan GP belum pulang. GP malah menangis dan mengatakan tidak mau pulang ke rumah. “Anaknya nangis-nangis. Katanya enggak mau pulang. Dia bilang papanya lagi sakit, kalau pulang nanti diomelin,” tuturnya. Setelah dibujuk pulang, GP tetap tidak mau. Diduga terpancing emosi, Rudi menarik baju GP cukup keras hingga anak itu terjatuh. “Kejadiannya persis di depan aula,” kata Rika. GP yang nampak shock sengaja dipisah di ruang tengah SPKT, mengaku kerap dimarahi, dipukul, bahkan pernah disetrum orang tuanya. Itu jadi alasan dirinya enggan pulang ke rumah. “Mama ke Singapura, di rumah suka dipukul, malah pernah disetrum,” ujarnya. Wajah Rudi nampak gugup selama pemeriksaan, mengeluarkan banyak keringat. Ia membantah membanting GP. Menurutnya, dia datang ke sekolah untuk mencari anaknya karena sudah sore belum pulang ke rumah. “Pas ketemu alasannya piket, setahu saya anak itu piket hari Senin. Kata sekolah enggak piket. Sedikit kesal, akhirnya saya tarik dia, tapi enggak saya banting,” kilahnya. Pria yang bekerja sebagai sopir angkot D5 itu pun mengelak jika sering melakukan aksi pemukulan. “Mukul kalau anaknya nakal. Saya begitu juga karena anaknya nakal. Selimut dibakar, sarung bantal diguntingin. Anaknya memang nakal dan sering bohong,” ucapnya. (atn)

Tags :
Kategori :

Terkait