Petani Garam Paceklik, Pengepul Untung Besar

Rabu 15-03-2017,15:00 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON – Di tengah melambungnya harga garam di Kabupaten Cirebon rupanya ada kisah sedih yang terselip. Sudah hampir setahun terakhir petani garam dalam kondisi paceklik. Mereka saat ini tidak bisa memproduksi garam, karena mayoritas kondisi lahan garam terendam air akibat curah hujan yang tinggi beberapa bulan terakhir. Kondisi tersebut diperparah dengan cuaca yang sedang tidak menentu membuat derita petani semakin lengkap. Salah satu petani penggarap lahan, Turidi (45) mengatakan, para penggarap lahan saat ini sedang dalam masa sulit. Pasalnya, para penggarap sudah menjual garam-garam hasil panennya ke para pengepul saat harga garam sedang murah. Sehingga saat sekarang sedang mahal para petani tidak pernah bisa menikmatinya. “Dulu kita jual Rp200 sampai Rp250, sekarang harganya bisa sampai Rp1.500 sampai Rp1.700,” ujarnya. Dikatakannya, tahun 2016 lalu para petani tidak bisa berproduksi secara maksimal akibat cuaca yang tidak menentu. Sebelum dipanen, air garam yang dikeringkan di lahan tambak tersebut kerap tidak jadi karena tiba-tiba diguyur hujan. “Tahun kemarin benar-benar berat, kita kewalahan. Cuacanya tidak menentu,” imbuhnya. Kondisi yang dialami Turidi ini berbanding terbalik dengan pengepul, Irawan (28) yang ditemui di Waruduwur. Dikatakannya, saat ini harga garam sedang tinggi-tingginya, para pembeli bahkan berani membeli garam dengan harga Rp1.700 di tempat. Artinya tanpa pengepul mengirimkan garam tersebut ke pabrik-pabrik, para pembeli sudah berdatangan dengan mobil angkutannya. “Garam sedang langka, harganya juga otomatis terkerek naik. Ini garam-garam yang kita simpan di gudang, sengaja baru kita keluarkan menunggu harga tinggi dulu,” ungkap Irawan. (dri)  

Tags :
Kategori :

Terkait