CIREBON - Salah seorang pemain Persatuan Sepak bola Indonesia Tjirebon (PSIT) yang menjadi andalan adalah Sanija. Dia menjadi saksi hidup prestasi sepak bola, terutama PSIT, yang mampu mentas di panggung nasional. Klub perserikatan asal Kota Cirebon itu secara mengejutkan mampu mengalahkan Persib Bandung dalam pertandingan perebutan tiket turnamen kejurnas PSSI. PSIT pun berhak mendapatkan satu tiket berlaga di level nasional. Menurut Sanija, setelah lolos mewakili Jawa Barat di level nasional, nasib PSIT kurang beruntung. Lantaran harus berada dalam satu grup dengan tim-tim kuat seperti PSMS Medan, Persebaya Surabaya, Perseden Denpasar hingga Persipura Jayapura. \"Skuatnya saat itu 100 persen pemain Cirebon semua. Tapi lebih banyak dari Kabupaten Cirebon. Yang dari Kota hanya satu orang. Tapi karena bertemu tim besar, waktu itu kita main di Gelora 10 November, tidak mampu berbuat banyak. PSIT kalah, tapi ini menjadi sejarah tersendiri,\" tutur pria kelahiran Desa Karangsari Kecamatan Weru itu. Sebab, sejak itulah sepak bola Cirebon mulai dikenal di pentas nasional. Dan prestasi itu pula Kota Cirebon menorehan tinta emas dengan meraih juara pertama dalam Pekan Olahraga Daerah (Porda) Jawa Barat tahun 1980. Menurut Sanija, PSIT saat itu menjadi tim yang mewakili Kota Cirebon. Sebagi tuan rumah, cabang olahraga sepak bola pun menyumbang emas. \"Pas era itu banyak pemain-pemain sepak bola dari Cirebon yang bagus-bagus,\" ujarnya. Sanija ingat betul, pola pembinaan dan pelatihan pemain sepak bola saat era kepelatihan (Alm) Khaelani. Diklat Khaelani menjadi pola pembinaan pemain waktu itu, meskipun saat itu PSIT belum menjadi klub profesional. \"Waktu itu memang semua kompak, dari mulai kepala daerah, walikotanya, juga ikut mendukung,\" tukas Sanija. (jamal suteja)
Era 80-an, PSIT di Pentas Nasional
Selasa 21-03-2017,10:35 WIB
Editor : Husain Ali
Kategori :