MAJALENGKA - Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) akan tetap membangun exit tol. Karena bandar udara yang berstatus internasional merupakan pintu masuk salah satu negara. Segala fasilitas, sarana maupun pelayanannya juga harus berkelas internasional. Salah satunya akses menuju ataupun keluar bandara yang bagus, lancar dan terhubung dengan jalan bebas hambatan (tol). Terintegrasinya dua jalan tol yaitu Cipali dan Cileunyi-Sumedang-Cimalaka-Dawuan (Cisumdawu) seksi 6 sangat penting. Hal itu dimaksudkan untuk efisiensi dan efektivitas jalur penumpang maupun barang, dari atau menuju bandara. Hal itu ditegaskan Dirut PT BIJB Virda Dimas Ekaputra pada rakor dengan Pemda Majalengka beberapa waktu yang lalu. Alasannya, BIJB akan menjadi media bisnis para pengusaha nasional dan mancanegara. Banyak pengusaha datang hanya untuk rapat atau membuat kontrak penting. “Para pengusaha profesional biasanya tidak ingin menghabiskan waktu dengan percuma, mereka selalu beranggapan time is money. Mungkin dalam sehari para pengusaha tersebut tidak hanya punya keperluan di sini, mereka mungkin punya kepentingan di kota bahkan negara yang berbeda,” ucapnya. Jika akses menuju BIJB tidak layak seperti macet, jalan jelek dan sempit serta lainnya, maka berdampak terhadap minat para pengusaha untuk berbisnis. Mereka akan kapok dengan kejadian tersebut dan berpindah ke daerah lain untuk melakukan bisnis. Dan daerah akan kehilangan pendapatan. Semua rencana itu, lanjut Virda, harus dilakukan kajian yang komprehensif lebih dulu. Membahas integrasi koneksi BIJB, pihaknya akan berkoordinasi dengan Dirjen Perhubungan Udara Kementerian Perhubungan, Badan Pengelola Jalan Tol, serta Satker Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Koordinasi tersebut dalam rangka membahas studi kelayakan pembangunan exit tol dari dan menuju BIJB. Selain akses tol, nantinya BIJB juga terintegrasi dengan LRT Bandung Raya. “Jadi nanti seperti bandara Kualanamu Medan ada exit tol, ada juga jalan biasa. Nanti diikuti LRT dari Leuwipanjang Bandung sampai Tanjungsari Sumedang. Dari Tanjungsari akan sampai ke Kertajati. Jadi ada 3 akses tapi itu nanti, sementara 2 dulu,” jelasnya. Skema pembiayaan untuk pembangunan BIJB 70 persen adalah modal. Di antaranya 51 persen dari pemprov melalui komitmen yang dipenuhi pada APBD murni Jabar 2017. Untuk lainnya disuntik dari jasa sarana dan skema Reksa Dana Penyertaan Terbatas (RDPT) infrastruktur dirgantara yang akan diluncurkan 15 Maret 2017. “Mudah-mudahan April masuk dananya,” ujar Virda. Luas terminal penumpang yang akan dibangun mencapai 121.100 m2. Namun tahap awal pengoperasiannya, BIJB akan membangun terminal penumpang IA seluas 96.000 m2 yang bisa menampung 5-11 juta penumpang per tahun. Terminal IB akan dilakukan tahun 2023 kalau kapasitas penumpang sudah jenuh. Adapun paket ketiga mencakup pembangunan terminal kargo yang akan dibangun seluas 90.000 m2. Namun ke depan, BIJB akan mengusulkan untuk diperluas menjadi 200.000 m2. Sementara Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi saat mengunjungi proyek BIJB, 24 Februari lalu menyebutkan, BIJB harus dioperasikan 2018 mendatang. Target penyelesaian awal BIJB adalah akhir tahun ini. Soft opening Januari 2018, selanjutnya operasional dilakukan Maret 2018. “Presiden meminta saya bisa memastikan bandara ini bisa beroperasi, tinggal bulannya saja. Dari studi yang saya lakukan, memang ada satu kebutuhan yang besar dari masyarakat Jabar di bagian timur untuk bepergian. Dari data mayoritas yang umrah dari bandara Soekarno-Hatta kebanyakan warga Jabar dari wilayah timur,” ungkapnya. Untuk itu, kapasitas pesawat berkapasitas besar untuk mengangkut penumpang tidak menjadi persoalan bila mendarat di BIJB. “Dengan run way lebih dari 3 km, sebut saja Boeing 777, pesawat jumbo seperti A380 kapasitas 500 penumpang pun bisa take off dan landing di sini,” ungkapnya. (gus)
BIJB Layak untuk Pesawat Jumbo, Bisa Tampung 5-11 Juta Penumpang Per Tahun
Selasa 21-03-2017,11:05 WIB
Editor : Husain Ali
Kategori :