Hatoon Al-Fasi: Ulama Perempuan Wajib Sampaikan Islam Moderat

Selasa 25-04-2017,19:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

CIREBON - Hatoon Al-Fasi, ulama perempuan asal Arab Saudi menyampaikan, alimat atau ulama perempuan di Arab Saudi ahli dalam studi agama yang memiliki kemampuan untuk memberikan fatwa dan ijtihad. Dikatakan Hatoon, mereka juga memiliki pengetahuan tentang Islam yang dapat memberikan spirit kesetaraan dan keadilan. Namun sayangnya, lanjut Hatoon, banyak pimpinan yang memonopoli pandangan yang akhirnya menyudutkan perempuan. “Ini adalah kasus-kasus dan tantangan yang dimiliki perempuan muslim di banyak tempat,\" kata Hatoon saat menjadi nara sumber seminar  internasional tentang ulama perempuan di Auditorium Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon, Selasa (25/4). Untungnya, lanjut Hatoon, Arab Saudi memberikan keistimewaan terhadap dirinya, sekaligus menjadi perhatian perempuan di Arab Saudi yang berbicara soal Islam.  “Di dunia Arab para alimat tidak banyak,\" kata Hatoon. Lebih lanjut, dikatakan Hatoon, ketika  bicara tentang perempuan Arab Saudi, hal yang menjadi lebih kompleks karena perempuan harus memikul beban tradisi negara Islam yang menjadikannya sangat kaku dalam tingkatan politik, ekonomi dan sosial. Sementara, perempuan Arab Saudi menjadi contoh bagi semua dunia Islam.  “Jadi tidaklah jarang kita melihat laki-laki di luar Arab Saudi menggunakan celana pendek di atas mata kaki dan perempuan harus menutup dari kaki sampai kepala,\" ungakap Hatoon. Karena itu, ulama perempuan memiliki tanggung jawab menyebarkan Islam moderat yang menyampaikan kesetaraan dan kemanusiaan. “Menjadi seorang alimat di kawasan kami (Arab Saudi) bukanlah tugas yang mudah. Walaupun ada ribuan perempuan lulusan pendidikan Islam, penghafal Alquran, tetapi kita tidak punya alimat yg diakui sebagai imam yang bisa melakukan ijtihad dan diakui,\" ungkap Hatoon. Merujuk pada kehidupan perempuan Arab Saudi hari ini, sambung Hatoon, memiliki kisah yang berbeda dari sebelumnya. Mereka mencoba untuk menghadapi realita dan melakukan interpretasi atasnya. Meskipun sulit, namun satu persatu mereka menjadi vokal. “Apa yang telah diajarkan oleh ulama laki-laki baik di sekolah ataupun institusi keagamaan bukanlah satu-satunya kebenaran. Celakanya negara juga mengambil keuntungan dengan mendukung laki-laki di banyak kondisi,\" tandas Hatoon. (fazri)   Auditorium Pascasarjana Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Syekh Nurjati Cirebon dipenuhi peserta seminar internasional, Selasa (25/4). Foto: Fazri/radarcirebon.com

Tags :
Kategori :

Terkait