Olympique Lyonnais 3 v Ajax Amsterdam 1, Anak-Anak Dewa Kembali ke Eropa

Sabtu 13-05-2017,09:05 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

LYONNAIS – Sudah dua dekade berlalu sejak kisah sukses Ajax Amsterdam menjuarai Liga Champions musim 1994-1995. Setelah itu tim-tim Belanda tak lebih sekedar cameo di panggung kompetisi Eropa. Musim ini, 2016-2017, bisa saja menjadi tanda baik buat sepak bola Belanda dengan lolosnya Ajax ke final Europa League. Meski lawan yang dihadapi pada partai puncak adalah Manchester United, namun Davy Klaassen dkk penuh keyakinan untuk mengembalikan kebesaran sepak bola Belanda. Kemarin (12/5) di Parc Olympique Lyonnais, tuan rumah Olympique Lyonnais pada pertemuan kedua semifinal Europa League menang 3-1 atas tamunya Ajax. Namun, De Godenzonen, julukan Ajax, berhak maju ke final dengan agregat 5-4. Lyon kecolongan gol lebih dahulu oleh gol penyerang Ajax Kasper Dolberg pada menit ke-27. Akan tetapi kemudian Les Gones, julukan Lyon, membalas lewat Alexandre Lacazette (45\'-penalti, 45+1\') dan Rachid Ghezzal (81\'). Lolos ke final Europa League kemarin sangat menggembirakan sang pelatih Petr Bosz. Ditekan habis-habisan oleh tuan rumah, plus satu pemain Ajax diusir dari lapangan pada menit ke-84 yakni Nick Viergever, Ajax bisa mempertahankan tiket lolos. “Anak-anak sungguh luar biasa dalam mengatasi tensi pertandingan yang tinggi, kami juga memiliki peluang, bahkan mencetak satu gol. Semuanya berjalan mulus sampai di akhir babak pertama di mana kesalahan terjadi,” ucap Bosz. Pria berusia 53 tahun itu berkata usai babak pertama dimana Lyon unggul 2-1, kondisi berbalik 180 derajat. Maxime Gonalons dkk lebih menikmati permainan ketimbang Ajax. “Lyon menemukan kepercayaan diri dimana pendukung mereka bersorak untuk mereka dan situasi ini cukup sulit. Padahal saat babak pertama rampung saya katakan agar pemain tak panik,” terang Bosz. Dari statistik UEFA, Lyon menekan dengan melakukan 24 tembakan ke gawang Ajax. Enam terblokade kiper Ajax Andre Onana, lalu 11 melenceng di atas gawang, dan tujuh on target. Angka agresivitas Ajax sendiri berselisih sepuluh dengan yang dilakukan Lyon. Yakni 14 kesempatan. Tiga on target, kemudian empat terblok kiper Lyon Anthony Lopes, dan tujuh melenceng. “Kami merampungkan pertandingan dan hasil melaju ke final sungguh cantik. Sebut saja ini kemenangan untuk sepak bola. Masuk final sungguh menyenangkan namun kami berada di final untuk menang,” ujar mantan pelatih Maccabi Tel Aviv tersebut. Mengenai Manchester Unietd yang menjadi lawannya di final ini, Bosz dengan antusiasme tinggi menyambutnya. Apalagi pertemuan Ajax dan United di final Europa League adalah bentrok dua tim yang sama-sama pernah merajai Eropa dan Liga Champions. “Ini perasaan yang sangat super. Saya suka Manchester United yang menjadi lawan karena mereka adalah lawan yang tangguh,” kata Bosz lagi. Ajax dan United selain sama-sama pernah merasakan juara beberapa alumni Ajax kemudian memperkuat United di masa mendatang. Di antaranya Edwin van der Sar, Daley Blind, dan Zlatan Ibrahimovic. Direktur Marketing Ajax Van der Sar seperti diberitakan Mirror tampak senang dengan pencapaian timnya. Apalagi kalau sampai mengalahkan United yang notabene mantan timnya, maka kepuasan tersebut akan berlipat. “Final di Stockholm sungguh luar biasa! Trofi yang berbeda bersama dua klub hebat,” cuit Van der Sar melalui Twitter. Dalam unggahan tersebut Van der Sar menunjukkan dirinya sedang mengangkat Si Kuping Besar, nama trofi Liga Champions. Satu bersama Ajax, sedang yang lain bersama United. Presiden Lyon Jean-Michel Aulas dalam situs resmi Lyon mengatakan bangga kepada anak buahnya meski tersisih di semifinal ini. Aulas pun memuji performa Ajax yang luar bisa. “Saya melihat bagaimana kami berada sangat dekat dengan kesuksesan. Kami butuh lebih fokus setelah melihat bagaimana pencapaian kami dan kami yakin akan mencapai final satu saat kelak,” kata Aulas. Pria 68 tahun tersebut juga kian terlecut motivasinya karena kandang Lyon, Parc OL, akan jadi tuan rumah final Europa League musim mendatang. Jadi seandainya main di final Europa League musim depan maka atmosfer final sungguh luar biasa. Sementara itu, penyerang Lyon Alexandre Lacazette tak bisa menyembunyikan kesedihannya karena kegagalan lolos ke partai puncak di Friends Arena 25 Mei mendatang. “Seandainya saya bermain di pertemuan pertama hasilnya pasti akan berbeda, entah semakin baik atau semakin buruk saya juga tak tahu. Namun kami sangat kecewa dengan hasil yang kami terima pada pertemuan pertama, tapi kami sudah memberikan yang terbaik buat suporter kali ini,” tutur Lacazette kepada Omnisport. (dra)

Tags :
Kategori :

Terkait