Serie A, Terjalnya Duo Milan

Senin 15-05-2017,07:05 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

MILAN – Sepanjang 1990 hingga akhir 2000, Kota Milan begitu disegani tidak hanya di Italia, namun juga Eropa. Dua klub yang bermarkas di sana, Internazionale dan Associazione Calcio, membuat gentar setiap klub yang bertemu dengan mereka. Apalagi, komposisi pemain di dua tim tersebut begitu berkualitas. Misalnya saja susunan pemain Nerazzurri, julukan Inter, kala meraih treble winners di musim 2009-2010. Dari portiere Francesco Toldo, berlanjut ke lini belakang yang dikomandani oleh Il Trattore Javier Zanetti, hingga lini serang dengan ujung tombak bertumpu kepada Diego Milito, dan ditopang oleh talenta bengal seperti Mario Balotelli. Dari Milan sendiri, dengan formasi pohon natal 4-3-2-1 dari Carlo Ancelotti, mereka sukses merengkuh Liga Champions di musim 2006-2007, yang menahbiskan mereka sebagai klub tersukses di Italia dengan tujuh titel. Namun, semua itu hanya masa lalu. Musim ini, langkah Kota Mode begitu terjal hanya untuk mendapat tiket kompetisi Eropa. Posisi enam, yang menjadi slot terakhir kuota Europa League, bakal diperebutkan antara Milan, Inter, dan Fiorentina, dengan jarak yang memisahkan mereka hanyalah empat poin. Milan saat ini berada batas terakhir kompetisi Eropa, dengan meraup 60 angka dari 36 giornata. Gap mereka dengan Fiorentina yang ada di posisi ketujuh memang hanya terpaut satu poin (60-59). Meski begitu, kans klub berjuluk Rossoneri tersebut untuk mengunci posisi enam sejatinya terbuka lebar. Sebab, pada dua giornata terakhir, Milan hanya akan melawan dua tim papan bawah, Bologna dan Cagliari. Bandingkan dengan sisa pekan Fiorentina dan Inter yang terbilang terjal. Meski begitu, eks Presiden Milan, Silvio Berlusconi, berpendapat bahwa dia tidak yakin Milan bakal lolos ke Europa League. Patokannya adalah performa Milan dalam dua bulan terakhir. Sejak menang 4-0 dari Palermo (9/4), Riccardo Montolivo dkk tidak pernah lagi menang dalam lima laga selanjutnya, mengemas tiga kali imbang, dan dua kekalahan. Sementara Fiorentina, yang bakal ditinggal oleh Paulo Sousa di akhir musim, mulai bangkit dengan menang tipis 3-2, ketika menjamu Lazio di Artemio Franchi dinihari kemarin. ”Aku harap mereka mengganti formasinya,” ujar Berlusconi kepada La Gazzetta dello Sport. ”Bukan dalam hal pemain. Namun lebih ke taktik,” tutur mantan Perdana Menteri Italia periode 1994-2011 tersebut. Menurut Berlusconi, pola 4-3-3 yang diterapkan oleh Montella di musim ini ternyata tidak mengangkat performa klub dengan julukan lain Il Diavolo itu. Tapi, ucapan Berlusconi tersebut dimentahkan oleh CEO Italian Football Daily, Alex Mascitti. Pembelian Carlos Bacca dan Andrea Bertolacci pada musim lalu, merupakan flop terburuk yang dilakukan Milan. Pembelian dengan total nominal EUR 50 juta (Rp728,15 miliar) tersebut nyatanya tidak mengangkat performa klub sama sekali. Kemudian menurut eks striker duo Milan periode 2011-2013, Antonio Cassano, pemain Milan yang sekarang tidak memiliki mental seorang pejuang. ”Mereka bahkan tidak memiliki kecintaan terhadap jersey, maupun kamp latihan mereka (Milanello),” kritik Cassano dalam wawancaranya dengan program Italia 1, Tiki Taka Show. Bagaimana dengan Inter? Well, sejak finis di posisi keempat musim lalu, tim berjuluk La Beneamata itu seperti terdampar ke planet lain. Tiga kali pergantian pelatih, dari Frank de Boer ke Stefano Pioli, sebelum estafet berlanjut ke karteker Stefano Vecchi, tidak membuat kolektor 18 scudetto itu kembali zona Eropa. Malah, mereka bisa terancam hanya menjadi penonton di musim depan. Penyebabnya, dalam delapan pertandingan terakhir, Inter tidak pernah menang. Termasuk saat menyerah 1-2 dari Sassuolo di Giuseppe Meazza, tadi malam (14/5). Saking malu dan frustrasinya dengan performa Inter, Interisti garis keras pun sampai keluar dari stadion. Fullback Inter, Danilo D’Ambrosio, mengatakan bahwa performa amburadul Inter terjadi ketika mereka sempat duduk di peringkat ketiga alias zona Liga Champions, saat giornata keenam. Setelah itu, Inter mengalami tiga kali kekalahan beruntun. Masing-masing 1-2 dari AS Roma, Cagliari, dan Atalanta. ”Kami tidak memiliki semangat untuk bertarung mempertahankan posisi kami di Liga Champions,” keluh Ambrosio kepada Europa Calcio. ”Akibatnya, kini kami kesusahan di Europa League,” lanjut pemain 28 tahun itu. Vecchi sendiri memaklumi jika tifosi Inter beranjak dari kursinya. Apa yang diperlihatkan pasukannya benar-benar memalukan. ”Sejak awal, situasinya sudah sangat negatif. Sehingga berlanjut ke lapangan,” jelas Vecchi kepada Mediaset Premium. (apu)

Tags :
Kategori :

Terkait