Disdik Salahkan Guru, Asdullah: Siswa Disuruh Baca, Guru malah Main HP

Rabu 17-05-2017,05:05 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon enggan disalahkan lantaran banyak siswa SMP tidak bisa membaca. Meski demikian, Dinas Pendidikan tidak menampik bahwa data yang dibeberkan itu benar adanya. Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Cirebon Asdullah Anwar menyampaikan, selama pengamatan di lapangan, banyak siswa SD dari kelas 1 sampai kelas 6 di wilayah pantura Kabupaten Cirebon tidak bisa membaca. “Dari hasil itu, kemudian saya kumpulkan kepala UPTD Pendidikan dan menanyakan seperti apa pola pendidikan yang selama ini berjalan. Sebab, selama ini pola yang digunakan kepala UPTD itu adalah ABS (Asal Bapak Senang),” ujar Asdullah kepada Radar, Senin (15/5). Mereka yang tidak bisa membaca itu, kata Asdullah, merupakan warisan kepala dinas sebelumnya dan era kepemimpinan sebelum Bupati Dr H Sunjaya Purwadisastra MM MSi. Dia mengaku, temuan di lapangan itu sejak dirinya baru menjabat kepala dinas sejak tahun 2015 lalu. Setidaknya, dari 40 UPT Pendidikan, terdapat 14.500 siswa SD kelas satu sampai kelas enam belum bisa membaca. Dari sini dapat disimpulkan, ketika kelas 6 tidak bisa membaca, pasti di SMP ada yang tidak bisa membaca. “Oleh karena itu, saya tegaskan kepada kepala UPT Pendidikan harus melaporkan berapa siswa yang tidak bisa membaca di masing-masing UPT sebagai bahan evaluasi,” ucapnya. Dari jumlah 14.500 siswa yang tidak bisa membaca, sambung Asdullah, setidaknya berkurang hingga 3.000 siswa atau sisa 11.500 siswa yang belum bisa membaca. “Mudah-mudahan dengan pola baru yang diluncurkan Dinas Pendidikan melalui klinik baca, bisa mengurangi siswa yang belum bisa membaca,” terangnya. Disinggung apa yang menjadi penyebab utama siswa tidak bisa membaca, Asdullah menuding, kesalahan utama ada pada guru, bukan orang tua. “Saya pernah cek ke lapangan di Kecamatan Gegesik. Ada siswa yang dites membaca oleh guru dengan maju ke depan. Tapi, guru tersebut justru bukan melihat buku yang siswa baca, melainkan mainan handphone,” jelasnya. Selain itu, disiplin guru yang mencla-mencle. Sebab, jam 08.30 WIB banyak guru belum pada datang. Padahal, anak-anak sudah ada di kelas sejak pukul 07.00 WIB. Berarti sudah satu jam lebih peserta didik tidak diberikan pembelajaran. Bahkan, ada guru yang tertidur di dalam kelas, sedangkan murid-muridnya jelalatan. “Ini yang males-males saya panggil. Karena mereka dapat merusak generasi muda. Imbasnya seperti sekarang ini, terjadi banyak siswa tidak bisa membaca, baik di tingkat SD maupun SMP. Akibat lainnya, berdampak meningkatknya angka buta huruf di Kabupaten Cirebon,” imbuhnya. (sam/via)

Tags :
Kategori :

Terkait