Diprediksi Bakal Ketat, Mengulang Pilkada 2008
CIREBON - Dua partai politik besar di Kota Cirebon, sudah menunjukkan sinyal kuat, siapa figur yang bakal diusung menjadi calon wali kota dan wakil wali kota pada pilkada mendatang. PDIP dikabarkan akan mengusung pasangan Bamunas S Boediman-Subardi (Oki-Bardi). Sementara, Partai Demokrat akan mencalonkan duet Nasrudin Azis-Ano Sutrisno (Azis-Ano). Persaingan kedua pasangan diprediksi bakal ketat, karena masing-masing memiliki keunggulan dan kekuatan seimbang.
Sumber internal PDIP menyebut, Bamunas S Boediman atau yang akrab disapa Oki, hampir pasti mendapatkan rekomendasi dari DPP PDIP sebagai calon wali kota. Sedangkan calon pendampingnya adalah Subardi SPd yang tidak lain adalah wali kota (incumbent) saat ini. Dia meyakinkan data ini cukup kuat, bahkan kebenarannya mencapai 99 persen.
Setelah fit and proper test, lanjutnya, DPP PDIP langsung menggelar rapat maraton. Dari hasil rapat tersebut, akhirnya muncul nama Oki dan Subardi sebagai calon wali kota dan calon wakil wali kota. Awalnya, kata dia, ada rencana menduetkan Oki dengan Priatmo Adji, tapi karena ada sesuatu hal, akhirnya pilihan jatuh pada Oki dan Subardi.
Sumber Radar menyebutkan, Subardi sempat bingung setelah namanya dimunculkan untuk berpasangan dengan Oki. Subardi disebut galau dengan keputusan itu, apalagi dia kini masih menjabat sebagai wali kota. Namun karena dinamika yang demikian kuat, akhirnya DPP meminta Subardi mendampingi Oki. Pria yang sempat dijuluki Mr Cool ini lantas mengajukan beberapa syarat apabila dirinya dipaksa menjadi pendamping Oki. “Jadi Pak Bardi saat ini lagi galau Mas, karena dia diminta langsung DPP untuk mendampingi Oki,” kata sumber yang meminta namanya tak dikorankan.
Wakil Ketua PAC PDIP Pekalipan, Imam Yahya, mengakui jika DPP sudah memutuskan Oki sebagai calon wali kota. Hanya saja, untuk calon pendampingnya belum ditentukan. “Cawalkot sudah final ke Oki, tinggal pendampingnya saja,” ujarnya.
Sementara itu, Subardi saat ditanya soal namanya yang disebut-sebut sebagai pendamping Oki, terlihat grogi untuk menjawab. Bahkan, dia sesekali melihat telepon gengggamnya seraya mengalihkan pembicaraan. Disinggung tentang tidak jadinya rekomendasi turun tanggal 19 Oktober (kemarin, red), Subardi mengaku dirinya yang meminta rekomendasi untuk diundur. Itu dilakukan karena ada beberapa hal yang menurutnya belum selesai. “Saya yang minta DPP untuk menunda rekomendasi hingga akhir Oktober,” ungkapnya.
Terpisah, Agus Prayoga yang sebelumnya menjadi kandidat wali kota Demokrat, mengaku mendengar informasi jika Nasrudin Azis-Ano Sutrisno akan diduetkan. Meski belum berani memastikan kebenaran informasi itu karena belum diumumkan, namun sinyal itu cukup kuat berkembang. “Yang berkembang dua nama, Pak Azis dan Pak Ano. Tapi itu pun tergantung perkembangan nanti, bisa saja berubah,” ujarnya.
Setelah mendapat informasi kalau yang akan mendapat rekomendasi adalah Azis yang diduetkan dengan Ano, dirinya tidak bisa berbuat apa-apa selain legowo. Setelah tidak lolos mendapat rekomendasi dari Demokrat, dia akan konsentrasi pada profesi semula sebagai penegak hukum atau advokat.
Agus sendiri dalam waktu dekat akan mengumpulkan tim suksesnya guna membicarakan persoalan ini. Yang jelas, sambungnya, sejarah hidupnya telah bertambah dan merasakan bagaimana panas dan lika-likunya berada di sebuah partai. Beberapa hal yang menjadi catatan penting baginya adalah tanpa penjaringan pun bisa saja seseorang mendapatkan rekomendasi.
“Buktinya bukan kader pun bisa direkomendasi dengan cara berpasangan. Lalu untuk apa orang meributkan syarat yang tidak penting seperti uang pendaftaran. Untuk mendapatkan rekomendasi pada akhirnya memang banyak hal dan syarat yang tidak akan mudah dipenuhi, bagi peserta penjaringan yang hanya berniat baik untuk membenahi Cirebon,” bebernya.
SAMA-SAMA KUAT DAN BERPENGALAMAN
Akademisi yang juga pengamat politik asal Unswagati, Ipik Permana SIP MSi mengungkapkan, jika dua pasangan itu benar-benar maju, maka akan mengulangi pertarungan Pilkada 2008 lalu. Pada saat itu, baik Subardi maupun Ano sama-sama diusung menjadi calon wali kota dan kalau scenario di atas terwujud, maka keduanya akan kembali bertemu, tetapi sama-sama menjadi kandidat wakil wali kota.
Majunya Subardi dan Ano, tambah Ipik, nantinya akan mengubah peta suara. Ipik mencontohkan, elemen atau kalangan masyarakat yang mendukung Subardi bisa jadi kutu loncat atau bahkan malah semakin banyak. \"Kalau memang Subardi kembali maju, bagi masyarakat yang menganggap kepemimpinannya 10 tahun ini gagal, ya akan menjadi kutu loncat. Tetapi sebaliknya, kalau dianggap baik, justru bisa memperkuat dukungan. Apalagi dia incumbent dan sudah 10 tahun memimpin,\" jelasnya.
Majunya Subardi, kata dia, juga bisa menjadi pertanyaan besar untuk PDIP. Karena menunjukkan indikasi tingkat kaderisasi yang rendah. Sehingga membuat partai harus menurunkan kembali “pemain lama”. \"Tapi dari segi pasangan, Oki juga punya kelebihan sendiri. Dari segi finansial, dia cukup mendukung,\" lanjutnya.
Status Oki yang merupakan pengusaha, juga menjadi tren politik saat ini. Banyak pengusaha yang akhirnya banting stir ke kancah politik. Dan hal ini sangat menguntungkan bagi Oki.
Namun, kata dia, ada hal yang harus diperhatikan oleh Oki. Karena statusnya sebagai pengusaha, jangan sampai nantinya justru membuat masyarakat berpikiran akan menelantarkan masyarakat kecil. \"Jangan sampai nantinya pengusaha makin besar dan pedagang kecil makin susah,\" jelasnya.
Sementara untuk pasangan Ano-Azis, Ipik melihat dari segi suara, kedua figur itu punya dukungan yang baik. Pasalnya, dalam sejumlah survei yang dilakukan berbagai pihak, termasuk Pemilu Awal Radar Cirebon, kedua figur tersebut selalu di jajaran atas. \"Baik popularitas dan elektabilitas keduanya bagus,\" lanjutnya.
Azis, kata Ipik, memiliki grassroot yang bagus, begitu pun Ano. Hal ini harus menjadi perhatian pasangan lawan. Ipik menilai, kekuatan dua pasangan itu sama kuat. Karena, bila bicara pengalaman memimpin, kedua pasangan punya pengalaman mumpuni dalam memimpin. Subardi selama 10 tahun menjadi wali kota, Oki sebagai Direktur Grage, Azis sebagai Ketua DPRD dan Ano sebagai kepala BKPP. Maka dari itu, kata dia, tidak menutup kemungkinan kalau pilkada mendatang akan berlangsung sengit, bahkan bisa sampai dua putaran.
\"Jadi dari segi pengalaman mereka sama, sekarang tinggal bagaimana masyarakat dengan jeli memilih figur yang layak memimpin. Jangan sampai, karena salah pilih akan menimbulkan keresahan 5 tahun mendatang,\" tukasnya. (abd/kmg)