INDRAMAYU – Petani padi di wilayah pantura Kabupaten Indramayu bagian barat (Inbar) berada dalam posisi siaga menghadapi kondisi terburuk adanya musim kemarau tahun ini. Pasalnya, meski musim kemarau belum berlangsung lama dampaknya sudah dirasakan oleh para petani setempat. Di wilayah Kecamatan Kandanghaur, seluas 2.000 hektare tanaman padi terancam krisis air. \"Petani kita dalam posisi siaga satu menghadapi kekeringan,” ucap Ketua KTNA Kecamatan Kandanghaur, Waryono Batak, kepada Radar, Selasa (30/5). Dari 2.000 hektare lahan sawah yang terancam krisis air itu, ungkap dia tersebar di 4 desa yakni Desa Karangmulya, Wirapanjunan, Karanganyar dan Desa Wirakanan. Untuk desa-desa lainnya, Waryono mengaku, belum mendapat laporan persis lokasi mana saja lahan-lahan sawah yang mengalami dampak kekeringan. Hingga kini pihaknya masih menunggu peran aktif melalui laporan anggota KTNA Desa maupun stake holder pertanian yang wilayah kerja lahan pertaniannya mengalami kekeringan. Menurut Waryono, disebut siaga satu lantaran kondisi sumber-sumber air yang ada sudah hampir habis. Baik yang ada di saluran irigasi maupun Kali Bojong yang telah dibendung. Di sisi lain, jumlah petani yang melakukan tanam musim sadon bertambah dibanding sebelumnya. “Petani yang tanam sadon terlampau banyak, biasanya tidak semua. Sekarang serentak. Air cepat habis,” ungkap dia. Sebelumnya, Wakil Bupati Indramayu Drs H Supendi MSi mengakui jika kekurangan air di musim kemarau menjadi masalah klasik yang sulit untuk dipecahkan. Karenanya, memiliki lahan persawahan seluas 115 ribu hektare, Kabupaten Indramayu membutuhkan sumber air baru. Pasalnya, sumber air yang saat ini tersedia belum mencukupi kebutuhan terutama dimusim kemarau. Apalagi, meski berstatus lahan irigasi teknis pada kenyataannya areal pertanian terutama diwilayah pesisir pantura bagian barat hanya mengandalkan air hujan sama halnya dengan petani sawah tadah hujan. Seperti diwilayah Kecamatan Sukra, Patrol dan Kandanghaur. Demikian pula dengan wilayah kecamatan lain seperti Losarang dan Gabus Wetan. Sementara sumber-sumber air yang tersedia di Bumi Wiralodra seperti yang dari irigasi Jatiluhur, Rentang, waduk Cipancuh, Bubur Gadung, Situ Bolang tidak dapat diandalkan. “Hanya saat musim penghujan saja penuh air. Jika waktunya kemarau, kering. Petani kita tidak bisa tanam kalau tidak ada air,” jelas dia. Karena itu, Pemkab Indramayu secara bertahap masih akan terus membangun sumber air baru seperti embung misalnya. Tapi tetap, petani masih sangat membutuhkan sumber-sumber air baru yang kapasitasnya besar. (kho)
Sumber Air Menipis, Petani Inbar Siaga Satu Hadapi Kekeringan
Kamis 01-06-2017,21:05 WIB
Editor : Dian Arief Setiawan
Kategori :