Densus Mendapat Perlawanan Sengit di Poso

Kamis 01-11-2012,08:36 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Kelompok \"Mujahidin\" Klaim Tewaskan Lima Petugas JAKARTA- Penyergapan terhadap kelompok teroris mulai sampai pada titik puncaknya. Kemarin, baku tembak yang sengit terjadi di desa Kalora, Poso Pesisir Utara, Poso. Satu terduga teroris tewas dan lima lainnya ditangkap hidup. \"Jasad yang meninggal malam ini (tadi malam, red) akan mulai diperiksa di RS Polri,\" ujar Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri Brigjen Boy Rafli Amar. Terduga itu diketahui bernama Iban alias Jippo alias Ibeng. \"Masih kami cari identitas lengkapnya,\" tambahnya. Penggerebekan yang berlangsung Rabu pagi itu mendapatkan perlawanan dari kelompok yang akan ditangkap. \"Mereka mempunyai senjata api dan bom,\" kata mantan kanit negosiasi Densus 88 Mabes Polri itu. Para tersangka yang hidup juga akan dibawa ke Jakarta. \"Mereka memang akan diperiksa secara terpusat di Mako Brimob Kelapa Dua Depok,\" kata Boy. Mereka diketahui bernama Muhamad alias Rahmad, Ecep alias Nasir, Farhan, Ubay dan Hida. \"Nama-nama ini belum bisa dipastikan nama asli. Kelompok seperti ini selalu membuat nama palsu atau istilah mereka kuniyah,\" katanya. Dari pemeriksaan awal, kelompok Poso ini memang sudah bersiap diri menyerang polisi. \"Mereka memang ingin head to head dengan kita,\" kata Boy. Kelompok ini mempunyai keterkaitkan sebagai pelaku aksi teror di Palu yang menewaskan dua polisi di depan BCA Palu, Mei 2011. Mereka juga mengikuti pelatihan di kawasan Gunung Biru, Poso.   Selain itu, mereka juga diduga berperan sebagai perakit bom. Hal itu diketahui dari barang bukti yang ditemukan di tempat penggerebekan. \"Di lokasi ada senpi disita di lokasi. Bom pipa 7 diameter 10 cm panjang 30 cm, ada larutan kimia. Dan pupuk urea yang biasa digunakan untuk bahan campuran bahan peledak 1 karung,\" katanya. Di internet, di forum forum jihad online yang beranggota terbatas, kelompok mujahidin Poso atau yang menamakan diri kelompok Sariyatu Sa’ri Wa Dawaa’a (kelompok pembalasan dan obat penawar)  mengklaim telah berhasil menewaskan lima petugas. Dalam pengakuan mereka, dua tewas pada Senin 29 Oktober, dan tiga pada Selasa 30 Oktober. \"Mereka terkena ranjau mujahidin di Tamanjeka. Langsung dievakuasi dari bandara Kasiguncu dan sengaja tak diberitakan agar moral polisi tidak jatuh,\" begitu bunyi pernyataan itu. Brigjen Boy Rafli Amar enggan menanggapi kabar ini. \"Versi dari mana itu ? Kalau dari kami tidak ada, yang betul satu terduga teroris tewas karena melawan,\" tegasnya. Di bagian lain, di Kantor PMI, Ketua PMI Jusuf Kalla berharap agar Poso bisa segera menjadi wilayah damai. Sebab, sudah terlalu sering daerah tersebut bergejolak. Itulah kenapa, dia mendukung adanya penambahan personel untuk mengamankan Poso. \"Tapi, bukan menjadi daerah operasi militer, keamanan saja,\" ujarnya. Terkait dilibatkannya TNI, pria yang akrab disapa JK itu tidak mempermasalahkan. Baginya, mengamankan wilayah juga termasuk tugas dari para tentara. Bukan hal yang aneh karena JK juga menyebut kalau ada daerah lagi yang situasinya genting pasti melibatkan banyak aparat. \"Persoalan di sana (Poso, red) harus bisa ditangani dengan cepat dan segera,\" tandasnya. Disinggung Poso kerap menjadi perhatian, mantan wakil presiden itu menyebut lumrah. Menurutnya, itu khas daerah konflik. Biasanya butuh waktu lama untuk mengubah kawasan konflik menjadi damai. Namun, dia menggarisbawahi bahwa masalah seringkali tidak dimunculkan oleh penduduk lokal. Kebanyakan justru dipicu oleh pendatang yang berada di wilayah itu. Untuk kasus dugaan pelaku terorisme di Poso misalnya, JK menyebut pelakunya bukan asli Poso melainkan dari orang Jawa. JK sendiri mengaku sudah melakukan kunjungan ke Poso untuk mempelajari situasi di sana. Meski demikian, dia mengaku tak akan turun tangan langsung seperti saat mengurus Aceh dengan Gerakan Aceh Merdekanya (GAM). \"Tidak (turun tangan, red). Ini murni tugas polisi,\" imbuhnya. Di bagian lain satu terduga anggota kelompok teroris Hasmi terbukti tidak bersalah. Densus melepaskan David Asyhari pada Selasa (30/10) malam karena tidak terkait dengan jaringan teror ini. \"Betul, statusnya sekarang sudah bebas,\" kata Achmad Michdan pengacara TPM yang mendampingi keluarga David. David, selama ini menurut keluarganya, dijebak oleh seseorang bernama Basir di facebook (Radar Cirebon 29/10). \"Kami masih menunggu kabar dua lagi, yakni Herman dan Sunarto. Mereka ini juga terkena jebakan facebook,\" kata Michdan. (rdl/dim)

Tags :
Kategori :

Terkait