Harga Minyak Mentah Gonjang-ganjing

Kamis 13-07-2017,13:35 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

JAKARTA-Harga minyak mentah dunia diramal masih akan bergejolak hingga penghujung  tahun ini. Itu akibat kebijakan pembatasan produksi minyak Organization of the Petroleum Exporting Countries (OPEC). Karena itu, situasi tersebut bakal sangat memengaruhi gerak minyak dunia. Kondisi itu semakin pelik menyusul sikap Rusia tidak mau mengikuti aturan pembatasan produksi OPEC tersebut. ”Itu akan sedikit menekan harga minyak dunia. Kemudian secara tren harga minyak masih tertekan, masih di kisaran USD 40 per barel,” tutur Kepala Riset PT Monex Investindo Futures, Ariston Tjendra di Jakarta. Menurut Ariston, pergerakan harga minyak mentah hingga akhir tahun ini akan berada di kisaran USD 40 hingga USD 48 per barel. Saat ini, harga minyak mentah berada di level USD 44 per barel (West Texas Intermediaries/WTI). Apalagi, dalam jangka pendek, secara tren masih turun. Banderol minyak akan mengikuti circuit pada level support USD 40-48 per barel hingga penghujung tahun. Pembatasan produksi bilang Ariston, sangat berperan terhadap gejolak harga minyak mentah. Di Amerika Serikat (AS) misalnya produksi mulai turun, dan diharap dapat mendongkrak sedikit harga minyak dunia. Karena itu, hingga penghujung tahun ini, gerak nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (USD) diprediksi berada di kisaran Rp13.400-13.500 per USD. Fluktuasi nilai tukar terjadi seiring pengaruh sentimen eksternal. Adapun, sentimen memiliki potensi besar untuk mempengaruhi nilai tukar adalah wacana kenaikan suku bunga The Fed di akhir tahun ini.  The Fed paling utama menaikkan suku bunga. Selain itu masih ada sentimen lain datang dari eksternal. Jadi, tekanan terhadap rupiah masih relatif besar. Di sisi lain, realisasi target pertumbuhan ekonomi pemerintah pada kuartal kedua juga diprediksi bakal berefek pada pergerakan rupiah. Kalau realisasi pertumbuhan di bawah target maka nilai tukar dipercaya akan melemah dan mendorong Bank Indonesia (BI) mengambil tindakan stabilisasi rupiah. ”BI mengubah kebijakan giro sahib minimum (GWM) cukup bantu likuiditas. Itu membantu perekonomian nasional,” tukasnya. (far)  

Tags :
Kategori :

Terkait