Kekeringan di Desa Kreyo, Sumur Warga Sudah Berlumpur

Kamis 24-08-2017,19:35 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

INDRMAYU - Krisis air bersih melanda warga Desa Kreyo, Kecamatan Klangenan, Kabupaten Cirebon, sejak tiga bulan lalu. Warga kesulitan mendapat air bersih. Akses air bersih sendiri banyak didapatkan dari air sumur yang kedalamannya mencapai 13 meter. Namun karena hujan tidak turun selama tiga bulan terakhir, sumur warga kini kering kerontang dan dipenuhi lumpur. Sutaryo, warga yang tinggal di Blok 5 Desa Kreyo menuturkan, dia terpaksa mengangkut air pada pagi dan sore hari untuk keperluan mandi, masak, serta mencuci. Aliran PDAM ke Blok 5 Desa Kreyo tidak terjangkau. Sehingga, warga mengandalkan air tanah dengan membuat sumur. Hanya saja, banyak sumur warga di blok tersebut yang kualitas airnya bau dan berwarna kuning. Sementara saat musim kemarau, air sumur tersebut surut. Di blok itu saat ini hanya ada satu sumur yang penuh airnya. Sumur itu milik Kosim, berjarak tak jauh dari rumah Sutaryo. \"Di sini cuma ada satu sumur yang ada airnya. Nggak habis-habis. Ya beruntung masih ada sumur yang penuh air. Kalau sumur yang lain justru banyak lumpurnya,” bebernya lagi. Dari sumur Kosim itu lah warga mendapat tumpuan untuk kebutuhan air bersih setiap hari. \"Warga di sini dari pagi sampai sore harus mengangkut air 4-5 kali untuk mandi, mencuci dan masak,\" ucapnya. Kualitas air di blok tersebut termasuk yang buruk. Karena itu, warga tidak menggunakannya untuk minum. Warga memilih membeli air galon untuk keperluan minum sehari-hari karena lebih aman untuk kesehatan. Sedangkan untuk menghemat air galon, warga menggunakan air sumur untuk keperluan memasak. Itu setelah air sumur direndam terlebih dahulu selama satu malam. \"Ya kalau masak masih pakai air sumur, walaupun airnya bau dan berwarna kuning. Kita rendam dulu airnya semalam supaya kotorannya ke bawah,\" tukasnya lagi. Sementara itu, warga lainnya, Unseni (55) mengatakan, kekeringan juga melanda area persawahan. Air irigasi tidak lagi mengalir ke sawah-sawah. Masih beruntung, sawah sudah masuk masa panen. \"Kalau kekeringan total nggak. Hanya, airnya sudah tidak lagi mengalir. Kemarin saja ada yang bercocok tanam, tapi pusing karena nggak ada air yang mengalir. Soalnya nggak hujan-hujan,\" jelasnya. Tak hanya area persawahan yang krisis air. Area kolam ikan milik warga juga terbengkalai karena airnya surut. Sehingga, beberapa kolam warga tidak produktif. Menurut Unseni, kekeringan memang sudah menjadi kesulitan warga setiap musim kemarau. Namun pada tahun ini lebih parah. Karena, pada tahun lalu, masih ada hujan karena ada fenomena Badai La Nina, di mana, musim hujan lebih panjang. Sementara itu, Forescaster BMKG Jatiwangi, Ahmad Faa Izyn mengatakan, pada Agustus ini curah hujan masuk kategori rendah. Itu lantaran sudah memasuki musim kemarau. Curah hujan yang terjadi antara 0-50 mm per bulan. \"Dikategorikan, ini intensitasnya rendah dalam satu bulan,\" ujarnya. Menurutnya, wajar jika di sejumlah daerah, terutama pesisir pantai, mengalami penurunan jumlah air tanah. Musim kemarau sendiri bila melihat siklus akan selesai pada pertengahan Oktober mendatang. \"Musim kemarau kalau normalnya itu sampai pertengahan Oktober,\" sebutnya. Maka dari itu, khusus bagi para petani, agar bisa mengantisipasi berkurangnya persediaan air tanah dan irigasi. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait