Petani Gagal Panen, Seniman Sepi Order

Rabu 11-10-2017,17:01 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

INDRAMAYU– Musibah gagal panen yang dialami para petani, membuat nasib para seniman dan pelaku bisnis hiburan pesta hajatan rakyat di Bumi Wiralodra ikutan kembang-kempis. Sebab bukan rahasia lagi. Penghasilan mereka bergantung seberapa bagusnya hasil panen.Lebih-lebih saat menjelang musim paceklik seperti ini. Sepi dari order manggung atau tanggapan, penghasilan mereka kian terpuruk. Agar dapur tetap ngebul, merekapun memilih banting setir melakoni usaha lain. “Banyak yang nganggur atau banting setir cari usaha lain. Ada yang jadi tukang ojek, supir tembak, kuli bangunan. Saya sendiri nyambi jadi panitia pemilihan kuwu. Sing penting dapur ngebul,” ucap Darta, seniman organ tunggal asal Kecamatan Gabus Wetan. Sepi order, ungkap dia, mulai terjadi sejak awal tahun ini bersamaan dengan anjloknya hasil panen padi petani akibat serangan hama wereng dan klowor. Meski pesta hajatan warga tetap ada, namun intensitasnya terbilang jarang. Terkadang order manggung hanya didapat seminggu dua kali. Kondisi ini diperkirakan terus berlanjut menyusul datangnya musim paceklik. “Tak hanya kami sebenarnya. Tukang sewa tenda, sound system, panggung sampai jasa foto sama rias pengantin juga kecipratan sepi,” keluhnya. Seniman organ tunggal asal Desa Limpas, Kecamatan Anjatan, Anto membenarkan musim panen gadu tahun ini bisnis hiburan rakyat mengalami krisis pertunjukan. Banyak warga mengurungkan niatnya untuk menggelar pesta hajatan lantaran tak punya modal cukup. Ditambah lagi, semakin jenuhnya apresiasi penonton saat sajian hiburan digelar. “Lihat saja kalau ada organ di pesta hajatan. Yang nonton cuma segelintir orang, tuan rumah sama pajengan saja. Fenomena ini terjadi sudah beberapa tahun terakhir,” tuturnya. Menurut bapak satu orang anak ini, kondisi itu terjadi lantaran warga sudah mulai berada pada titik jenuh terus menerus disuguhi pentas yang sama. Hal ini menyusul semakin marak dan ketatnya persaingan antar pemilik bisnis pentas hiburan hingga siapapun, sampai warga berpenghasilan rendah sanggup menggunakan jasa mereka dengan harga murah. Berbeda dengan sekitar tahun 80-an ketika pentas hiburan di pesta hajatan masih sangat jarang karena hanya orang-orang kaya saja yang mampu. Dimasa keemasan bisnis hiburan rakyat itu, apresiasi orang-orang sangat tinggi, jumlah penonton membludak. Mereka rela nonton sampai pagi hingga pertunjukkan tuntas. (kho)    

Tags :
Kategori :

Terkait