Kisah Hj Tati Pemilik Gado-gado Ampera, 22 Tahun Jualan Kian Eksis, Tetap Layani Pembeli

Sabtu 21-10-2017,07:37 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Meski banyak hadir kafe-kafe kekinian dan rumah makan serupa di sejumlah wilayah Kota Cirebon, nyatanya tidak membuat warung Gado-Gado Ampera kehilangan pelanggan. Hari ke hari, pelanggannya penuh sesak. Bagaimana kisahnya pertahankan bisnisnya? NOVRILA MAYANG PANGESTI, Cirebon SEPERTI biasa, Hj Tati selalu terlihat sibuk. Ia duduk bersimpuh, tak jauh-jauh dari ulekan yang ukurannya cukup besar. Sekali buat, bisa tiga empat porsi sekaligus yang dituntaskan. Pelanggan yang tak sabar kerap mengerumuni pemilik Gado-gado Ampera ini. “Sebentar ya,” ucapnya, saat hendak diwawancarai. Mendirikan usaha sejak 1995, Hj Tati adalah saksi hidup perkembangan Jl Ampera. Kawasan yang dulunya sepi dari lalu lalang kendaraan, hingga kini menjadi ruas jalan yang cukup sibuk khususnya di jam makan siang. Ada sekitar 22 bisnis kuliner yang bermunculan di sepanjang ruas jalan tersebut. Meski hanya beratapkan asbes dan berpenopang bambu, warung gado-gado ini nyaris tak pernah sepi dari pelanggan baik pagi maupun sore hari. \"Waktu pilih mau jualan gado-gado ini kepikiran begitu aja, nggak rencana ini itu. Ya mengalir saja,” tuturnya. Kehadiran usaha lain termasuk yang kekinian, rupanya tak mengusik pelanggannya. Usaha yang dirintis 22 tahun lalu itu, sudah punya pelanggan tetap. Bahkan di luar kota sekalipun, banyak yang sekadar datang untuk mencicipi gado-gado buatannya. “Dulu masih sederhana sekali. Saya jual gado-gado kayak yang lainnya. Makin lama, ganti tahun, kok ya makin ramai,” ujar Tati. Pehobi senam ini mengenang situasi di tahun-tahun awal ia berjualan. Pembelinya bisa terhitung dengan jari. Kebanyakan hanya warga sekitar. Tapi, Tati punya keyakinan usahanya itu dapat sukses ke depannya. “Gado-gado itu makanan favorit orang Cirebon,” katanya. Benar saja, dengan masih mempertahankan usaha gado-gadonya itu, Tati kini meraup hasil perjuangannya. Meski sudah berpuluh-puluh tahun, gado-gado tetap memiliki penggemar tersendiri. Bahkan sudah banyak pelanggan yang alih generasi. Dari orang tuanya, kini menurun ke anak-anaknya. Salah satu resepnya bertahan ialah mempertahan cita rasa gado-gado buatannya. Cita rasa yang sama sejak pertama kali didirikan. Tak hanya cita rasanya, Tati juga tak mau beranjak dari kursinya. Dengan gaya khasnya, ia tetap melayani pelanggannya secara langsung. Dari membuat bumbu, sampai mengulek, masih dikerjakan sendiri. \"Dari dulu sampai sekarang bumbu dan yang buat ini ya saya, paling bedanya sekarang-sekarang ini gantian sama karyawan kalau sudah sore,\" tuturnya. Kehadiran usaha kuliner di sepanjang Jl Ampera tak membuat Tati merasa terusik. Ia percaya rezeki sudah ada pada masing-masing insan manusia. Justru diakuinya, hadirnya usaha kuliner lain sebagai ”tetangganya” justru membuat pembelinya juga tambah banyak. \"Makin tahun makin banyak yang lewat sini, ramai rumah makan sama kafe di sini. Itu malah buat warung gado-gado saya tambah ramai,\" ucap warga Langensari, Kelurahan/Kecamatan Kejaksan itu. Kini dalam sehari, Tati minimal bisa menjual 200 porsi gado-gado. Tentunya pencapaian dan kesuksesan itu diraih dari hasil kerja kerasnya selama 22 tahun terakhir. \"Alhamdulillah kalau dibandingkan dulu ya jauh beda. Ya mungkin ini hasilnya sekarang,\" pungkasnya. (*)        

Tags :
Kategori :

Terkait