CIREBON - Sektor yang paling terdampak cuaca kemarau basah adalah sektor industri yang memanfaatkan panas matahari untuk produksinya. Salah satunya adalah sentra mi bihun yang berada di Mundu. Akibat cuaca yang sering berubah-ubah, produksi mie bihun turun drastis. Bahkan untuk memenuhi permintaan pasar, sejumlah pelaku industri ini rela memanas dan mengeringkan mi bihunnya menggunakan oven, sehingga menambah mahal ongkos produksi. Sudarta, salah satu pelaku usaha mi bihun mengatakan, saat ini permintaan akan mi bihun masih tinggi. Namun akibat cuaca yang kerap berubah-ubah dan panas yang tidak konstan, membuat mi bihun lama kering dan pesanan pasar menjadi sulit dipenuhi. “Sekarang panasnya tidak stabil, masih sering turun hujan, kalau mendung bisa seharian. Kalau kita yang produksi dan modalnya kecil, gak berani pakai oven, karena biayanya nambah mahal. Bisa rugi,” ujarnya. Dijelaskannya, jika pada hari normal, ia bisa mengolah satu sampai dua kuintal tepung beras. Kini, bisa memproduksi satu kuintal tepat waktu saja sudah bagus. “Sehari kita itu kan bisa beberapa kali penjemuran, dari pagi sampai sore kalau masih ada panas. Ini baru beberapa, langit sudah mendung, sudah turun hujan. Produksi tidak pernah maksimal. Kita kesulitan penuhi kebutuhan pasar,” imbuhnya. Menurutnya, ada beberapa pengusaha yang nekat menggunakan oven untuk mengeringkan bihun guna menyiasati penjemuran bihun di kala hari mendung atau turun hujan. Namun hal tersebut jelas akan berdampak kepada membengkaknya biaya produksi, sementara harga bihun di pasaran sulit naik. “Kalau kita naikan harga, kayaknya tidak mungkin. Bisa lari pelanggan kita. Sebenarnya, pengen juga pakai oven biar produksi bisa sepanjang hari, bahkan bisa malam juga. Cuma biayanya jelas lebih mahal,” ungkapnya. Sementara itu, Yustini (40) salah satu pekerja industri bihun yang ditemui Radar Cirebon mengatakan, sejak cuaca menjadi tidak menentu, lebih banyak menganggur. Karena selain produksi pabrik bihunnya hanya beberapa hari dalam seminggu, dikurangi dengan libur saat turun hujan dan mendung. “Sekarang seminggu paling banyak 3 kali, lebih banyak nganggur. Padahal masih butuh banyak biaya buat makan dan anak sekolah,” pungkasnya. (dri)
Cuaca Tak Menentu, Produksi Bihun Terganggu
Minggu 22-10-2017,02:02 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali
Tags :
Kategori :
Terkait
Terpopuler
Rabu 11-09-2024,11:58 WIB
Demo Ojol di Kota Cirebon Ajukan 6 Tuntutan Berikut Ini
Selasa 10-09-2024,23:31 WIB
Pulang Nobar Indonesia vs Australia, Warga Melihat Fenomena Aneh Pohon Terbakar Saat Hujan Lebat
Rabu 11-09-2024,10:30 WIB
Laporan Kekayaan Calon Bupati Majalengka, Karna Sobahi Lebih Kaya dari Eman
Rabu 11-09-2024,13:00 WIB
Suhu Politik Kuningan Memanas, Kader Demokrat Pindah Haluan ke Dian-Tuti, Siap Terima Konsekuensi?
Rabu 11-09-2024,07:00 WIB
Wajib Tahu! Bagi Mahasiswa, Inilah 5 Aplikasi Baca Buku Gratis, Ada Terjemahannya Loh..
Terkini
Rabu 11-09-2024,19:00 WIB
Atlet Paralimpiade Paris 2024 Diguyur Bonus Miliaran Rupiah dari Pemerintah
Rabu 11-09-2024,18:30 WIB
PON XXI ACEH-SUMUT 2024: Kontingen Jabar Panen Emas dari Muaythai dan Judo
Rabu 11-09-2024,18:00 WIB
Momentum Hari Pelanggan Nasional, General Manager Witel Priangan Timur Kunjungi DPMPTSP
Rabu 11-09-2024,17:17 WIB
Tolak Power Wheeling, Benalu Transisi dan Ketahahan Energi Nasional
Rabu 11-09-2024,17:00 WIB