Cuaca Tak Menentu, Produksi Bihun Terganggu

Minggu 22-10-2017,02:02 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Sektor yang paling terdampak cuaca kemarau basah adalah sektor industri yang memanfaatkan panas matahari untuk produksinya. Salah satunya adalah sentra mi bihun yang berada di Mundu. Akibat cuaca yang sering berubah-ubah, produksi mie bihun turun drastis. Bahkan untuk memenuhi permintaan pasar, sejumlah pelaku industri ini rela memanas dan mengeringkan mi bihunnya menggunakan oven, sehingga menambah mahal ongkos produksi. Sudarta, salah satu pelaku usaha mi bihun mengatakan, saat ini permintaan akan mi bihun masih tinggi. Namun akibat cuaca yang kerap berubah-ubah dan panas yang tidak konstan, membuat mi bihun lama kering dan pesanan pasar menjadi sulit dipenuhi. “Sekarang panasnya tidak stabil, masih sering turun hujan, kalau mendung bisa seharian. Kalau kita yang produksi dan modalnya kecil, gak berani pakai oven, karena biayanya nambah mahal. Bisa rugi,” ujarnya. Dijelaskannya, jika pada hari normal, ia bisa mengolah satu sampai dua kuintal tepung beras. Kini, bisa memproduksi satu kuintal tepat waktu saja sudah bagus. “Sehari kita itu kan bisa beberapa kali penjemuran, dari pagi sampai sore kalau masih ada panas. Ini baru beberapa, langit sudah mendung, sudah turun hujan. Produksi tidak pernah maksimal. Kita kesulitan penuhi kebutuhan pasar,” imbuhnya. Menurutnya, ada beberapa pengusaha yang nekat menggunakan oven untuk mengeringkan bihun guna menyiasati penjemuran bihun di kala hari mendung atau turun hujan. Namun hal tersebut jelas akan berdampak kepada membengkaknya biaya produksi, sementara harga bihun di pasaran sulit naik. “Kalau kita naikan harga, kayaknya tidak mungkin. Bisa lari pelanggan kita. Sebenarnya, pengen juga pakai oven biar produksi bisa sepanjang hari, bahkan bisa malam juga. Cuma biayanya jelas lebih mahal,” ungkapnya. Sementara itu, Yustini (40) salah satu pekerja industri bihun yang ditemui Radar Cirebon mengatakan, sejak cuaca menjadi tidak menentu, lebih banyak menganggur. Karena selain produksi pabrik bihunnya hanya beberapa hari dalam seminggu, dikurangi dengan libur saat turun hujan dan mendung. “Sekarang seminggu paling banyak 3 kali, lebih banyak nganggur. Padahal masih butuh banyak biaya buat makan dan anak sekolah,” pungkasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait