Sebaiknya Ada Menteri Khusus Tangani Pesantren

Minggu 22-10-2017,16:06 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Siapa pun yang berakhlak, yang tawaduk kepada Allah, tawaduk orang alim, dan melihat Tanah Air Indonesia sebagai rumah dialah santri. Demikian pandangan KH Mustofa Bisri, Rais Am Syuriah PBNU 2010-2014. Sehingga, Hari Santri Nasional bukan melulu milik mereka yang mengenyam pendidikan di pondok pesantren, tapi siapa pun seperti yang dikemukakan kiai yang akrab Gus Mus itu. *** Ketua Rabithah Mahad Islamiyah Jawa Barat, KH Badrudin Hambali menyebutkan, jumlah pesantren di Kabupaten Cirebon secara resmi memang tidak ada. Hanya saja lima tahun lalu, pernah mendata ada sekitar 431 pesantren yang berada di bawah naungan Nahdlatul Ulama di Kabupaten Cirebon. Sedangkan untuk Jawa Barat ada sekitar 6.000 pesantren. Versi Gubernur Jawa Barat Ahmad Heryawan, ada sekitar 12.000 pesantren yang ada di Jawa Barat. Pesantren tertua di Cirebon, yakni Pesantren Babakan Ciwaringin yang didirikan Ki Jatira atau Syekh Hasanudin, pada tahun 1715. \"Kalau dirata-ratakan setiap pesantren itu ada 25 orang santri, ya jumlah santri di Kabupaten Cirebon sekitar 80.000 santri,\" kata Badrudin. Memang saat ini, pesantren yang murni masih menggunakan metode salafi sudah nyaris tidak ada. Kebanyakan pesantren sudah mengadopsi dan menggabungkan dengan pendidikan formal. Dengan adanya konsep ini, jumlah santri dari tahun ke tahun semakin bertambah. \"Dipastikan bisa naik tiga kali lipat. Contoh kecil pesantren saya hanya ada 100, lima tahun lalu. Sekarang ini sudah di atas 500. Cuma kadang naik turun, ketika kiainya meninggal,\" tutur pria yang juga pengasuh Ponpes Assalafiyah itu. Perubahan metodologi dari salafi dan modern ini, memang menjadi kebutuhan zaman. Namun bukan berarti santri dan pesantren ini kualitasnya menurun. Ada sisi kelebihan dan kekuranganya. \"Ya meskipun pesantren salafi hampir tidak ada, tapi masih tetap berjalan hampir semua masih menggunakan metode salafiyah dengan membaca kitab kuning,\" katanya. Perbedaan plus minus itu, misalnya, bisa dilihat. Saat pesantren salafi yang kuat dari pemahaman Quran, dan kitab-kitab kuning. Tapi untuk pengetahun umum seperti politik, ekonomi hampir tidak memiliki. Pesantren saat ini, praktis pengetahuan umum cukup lebih unggul. Namun untuk penguasaan kitab kuningnya tidak dikuasai secara penuh.   \"Kalau dari sisi keilmuan kitab kuning ada penurunan. Kalau dari sisi pengetahuan lain lebih unggul. Saya tidak pernah menafikan pesantren unggul, hampir semua ada plus minusnya,\" jelasnya. Momentum Hari Santri Nasional sendiri, menurut Badrudin, menjadi upaya pemerintah mengapresiasi peranan santri dan pesantren. Namun dia berharap, peringatan Hari Santri Nasional, bukan sebatas bagaimana santri punya hari kebesaran. \"Kalau bisa ada menteri yang menangani khusus pesantren. Karena jumlahnya sudah hampir seperempat penduduk. Ini tidak bisa lagi ditangani khusus oleh Menteri Agama,\" katanya. Karena menurutnya, sudah waktunya dengan basis kemandirian ini, dikelola dengan baik oleh pemerintah. \"Coba lihat Hari Santri, hampir semua pesantren merayakan. Ini menandakan santri banyak sekali jumlahnya. Maka dari itu, perlu ada yang menangani khusus oleh pemerintah. Saya usulkan untuk ditangani oleh semacam Menteri Pesantren,\" sebutnya. Dia sendiri menyebutkan, Hari Santri Nasional bukan hanya milik NU saja. Tapi milik semua umat Islam yang menuntut ilmu agama. Hanya saja, saat ini identiknya, santri itu hanya dari kalangan Nahdlatul Ulama. Sementara dari kalangan ormas lain, terlihat lebih apatis. \"Ya walaupun demikian kan Hari Santri juga tetap meriah. Tapi kami harapkan ini juga menjadi Hari Santri yang bukan hanya milik NU,\" ujarnya. (jamal suteja/*)

Tags :
Kategori :

Terkait