INDRAMAYU–Provinsi Jawa Barat hingga kini masih belum swasembada daging. Akibatnya, kebutuhan sapi masih mengandalkan pasokan dari daerah lain seperti Jawa Tengah. Untuk mengatasi hal ini, dibutuhkan integrasi antara sektor peternakan dan pertanian. “Harus ada integrasi agar dua-duanya maju dan berkembang,” kata Kabid Produksi Peternakan Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Provinsi Jabar Abdullah Fathul Alim. Abdullah mengungkapkan, kebutuhan sapi di Jabar mencapai sekitar 600 ribuan ekor per tahun. Dari jumlah itu, potensi sapi lokal yang siap potong dan dibesarkan di Jabar baru ada 240 ribuan ekor. “Jadi sekitar 68 persen masih dipasok dari daerah lain,” kata Abdullah, saat ditemui di sela acara Kontes Ternak Sapi Potong di Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Indramayu. Dijelaskan, kekurangan sapi di Jabar tersebut selama ini dipasok dari luar daerah. Di antaranya Jateng dan Jatim. Abdullah mengakui, pemenuhan kebutuhan sapi lokal itu masih belum sesuai harapan. Meski demikian, dengan adanya upaya khusus (Upsus) sapi induk wajib bunting (Siwab), jumlah tersebut telah meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya 160 ribuan ekor. Pada 2018, lanjut Abdullah, ditargetkan minimal 40 persen kebutuhan sapi di Jabar dipasok sendiri oleh para peternak lokal. Sedangkan untuk mencapai swasembada daging, dia mengakui hal itu tidak bisa dipaksakan untuk diterapkan di Jabar. Abdullah menambahkan, pihaknya pun mendorong adanya integrated farming sistem. Dengan demikian, budidaya pertanian dan peternakan tidak dipisah. Kotoran yang dihasilkan ternak, bisa digunakan untuk pertanian. Sedangkan sisa pertanian, seperti jerami, bisa untuk pakan ternak. Sementara itu, kekurangan sapi di Jabar salah satunya terlihat di Kabupaten Indramayu. Kepala Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan Kabupaten Indramayu, Ir Joko Pramono, menyebutkan, dari 11.538 ekor sapi yang dipotong setiap tahun di Indramayu, yang dipasok oleh sapi lokal hanya 20 persen. Joko menjelaskan, kondisi itu disebabkan rendahnya motivasi warga di Kabupaten Indramayu untuk beternak sapi. Salah satu penyebabnya, sulitnya penjualan. “Untuk menemukan pembeli sapinya, ada peternak yang butuh waktu satu bulan lebih. Jika dijual di jagal pun pembayarannya tidak tunai, tapi bisa sampai tiga minggu,” terang Joko. Sementara Bupati Indramayu, Hj Anna Sophanah berharap, melalui even Festival Sapi ini akan membangkitkan gairah beternak sapi di Kabupaten Indramayu, yang selama ini hanya dilakuksn oleh orang-orang tertentu saja. (oet)
Pasokan Sapi Lokal Minim, Hanya Cukupi 20 Persen Kebutuhan Warga Indramayu
Jumat 10-11-2017,15:01 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :