Presiden Jokowi Resmikan Pesawat N-219 Nurtanio, Pesanan Sudah 80 Unit

Sabtu 11-11-2017,07:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

JAKARTA- Puluhan pesanan untuk pesawat N219 berdatangan jauh sebelum pesawat itu diberi nama. PT Dirgantara Indonesia (DI) yakin bisa memenuhi kebutuhan pesawat perintis tersebut, karena N-219 akan diproduksi per 2019. Kemarin, Presiden Joko Widodo meresmikan nama yang disematkan pada pesawat buatan anak bangsa itu, yakni Nurtanio. Nama Nurtanio dipilih karena dia merupakan sosok perintis di Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN). Laksamana Muda Udara (anumerta) Nurtanio Pringgoadisuryo adalah kepala LAPAN pertama saat berdiri pada 27 November 1964. Namanya juga pernah diabadikan menjadi nama perusahaan PT DI saat kali pertama beroperasi. Presiden menuturkan, salah satu hal yang dia teladani dari Nurtanio adalah semangat kerja. Dia ingat betul kalimat tersebut. “Sudah, kita tidak usah rebut-ribut, yang penting kerja,” ucap Jokowi menirukan Nurtanio, sat meresmikan penamaan pesawat itu di Lanud Halim Perdanakusuma kemarin (10/11). Hasil dari prinsip tersebut terasa betul saat ini, di mana putra-putri Indonesia kembali bisa memproduksi pesawat terbang. Menurut Jokowi, pesawat yang masih berupa prototipe itu harus segera dikomersialkan. “Kalau ini sudah selesai seluruhnya, maka proses berikutnya adalah proses bisnis,” tutur mantan Gubernur DKI Jakarta itu. Pesawat itu harus bisa masuk dan ikut bersaing di dunia industri dirgantara, dan menjadi komoditas yang laku di pasaran. Bila itu terjadi, industri pesawat terbang nasional akan mampu berkembang. Sementara itu, Direktur Utama PT DI Elfien Goentoro menuturkan, saat ini pesanan pesawat N-219 sudah mencapai 80 unit. Baik maskapai swasta maupun pesanan dari pemerintah daerah. Pesawat itu memang dirancang untuk terbang di daerah terpencil, dan mampu mendarat di landasan sepanjang 400-500 meter. Sementara, pesanan dari luar Indonesia masih terus dijajaki, salah satunya dari Meksiko. Produksi akan dimulai pada 2019. “Mudah-mudahan awal Juli kami sudah bisa delivery, dan first customer yang kami deliver adalah Pelita Air Service,” terangnya. Sementara, pelanggan kedua yang membeli pesawat yang harga per unitnya mencapai USD 6 juta itu adalah Gubernur Kalimantan Utara. Pesawat N-219 yang terbang kemarin adalah prototipe pertama. Rencananya, prototipe kedua akan selesai pada medio 2018. ”Kami akan terus uji coba sampai jam terbangnya minimal 350,” lanjutnya. Sehingga, bisa betul-betul diketahui apa saja kekurangan pesawat tersebut. Disinggung mengenai target, Elfien optimistis PT DI bisa memproduksi hingga 50 pesawat per tahun. Namun, untuk tahun-tahun pertama, dia hanya menargetkan produksi 6-12 unit per tahunnya. Terlebih, pada 2019 ada konsumen pertama yang memang harus mendapat prioritas. Mengenai ketangguhan N-219, Kepala LAPAN Thomas Djamaluddin mengatakan bahwa N-219 merupakan salah satu yang terbaik di kelasnya. “Dia mampu bermanuver dengan kecepatan yang lambat, sehingga cocok untuk terbang di antara pegunungan dan perbukitan,” tuturnya. N219 adalah pesawat terbesar di kelasnya. Memiliki panjang 16,74 meter, tinggi 6,18 meter, bentang sayap 19,50 meter, dan lebar badan (fuselage) 1,8 meter. Dengan muatan penuh, berat total N219 adalah 7 ton. Pesawat 19 penumpang itu juga mampu mengangkut beban hingga 2,3 ton, sehingga cocok untuk membawa bahan-bahan pokok. Komisaris Utama PT DI Marsekal Hadi Tjahjanto optimistis prospek pesawat Nurtanio akan bagus dalam jangka panjang. Mengingat, Indonesia merupakan negara kepulauan dan banyak landasan di pulau-pulau itu yang pendek. “Saya terlibat langsung, dan performanya menurut saya oke,” ujar pria yang juga menjabat sebagai Kepala Staf Angkatan Udara itu. (byu)

Tags :
Kategori :

Terkait