Demi Nasib 2 Ribu Karyawan

Kamis 06-12-2012,12:25 WIB
Reporter : Dedi Darmawan
Editor : Dedi Darmawan

Dahlan Iskan Pilih ke Probolinggo PROBOLINGGO - Menteri BUMN Dahlan Iskan kembali mengunjungi PT Kertas Leces (PTKL) Kabupaten Probolinggo kemarin (5/12). Dahlan ingin melihat secara langsung kondisi terkini salah satu pabrik kertas tertua di Indonesia itu. Kedatangan mantan Dirut PLN tersebut terasa mengejutkan. Sebab, pada waktu bersamaan, Dahlan sebenarnya dipanggil Komisi VII DPR. \"Lebih penting ke sini, ada dua ribu karyawan yang nasibnya dipertaruhkan,\" tuturnya dalam acara penandatanganan MoU (memorandum of understanding) hutan tanaman industri (HTI) antara PTKL dan Pemkab Nias Utara, Sumatera Utara, kemarin. Dahlan mengatakan, selain menandatangani MoU itu, kedatangannya ke PTKL adalah untuk mengetahui kondisi perusahaan tersebut, termasuk aktivitas kerja para karyawan. Tak lupa, dia mengapresiasi langkah direksi yang bisa menjadikan PTKL kembali beroperasi. \"Lumayan, yang penting sudah bisa menggaji karyawan,\" ujar Dahlan. Padahal, Kementerian BUMN sudah memiliki rencana untuk menutup pabrik tersebut. \"Seandainya (karyawannya, red) hanya 100-200 orang, saya tutup. Betul, saya tutup! Tapi, ternyata hampir dua ribu orang. Kita merenungi nasib karyawan jika pabrik ini ditutup,\" tegasnya. Dahlan yang tiba pukul 13.15 disambut Direktur Utama PTKL Budi Kusmarwoto. Sekitar 10 menit kemudian, dia mengikuti presentasi dari direktur selama 20 menit. Selanjutnya, giliran Dahlan memberikan paparan di hadapan direksi dan staf PTKL serta undangan. Paparan Dahlan diawali dengan sikapnya terhadap PTKL. Dia sengaja memilih prinsip yang cukup keras untuk kebangkitan PTKL. Misalnya, menolak pengajuan penyertaan modal negara (PMN) senilai Rp150 miliar untuk PTKL. \"Dimodali oleh negara hanya akan membuat malas, manja, tidak kreatif, tanpa solusi,\" tuturnya. Belum tentu juga PMN digunakan untuk kepentingan produksi kertas. Karena itu, dia mencari cara agar PTKL bisa bangkit berkat usaha sendiri. \"Saya lebih bangga kalau PTKL ini bisa hidup tanpa bantuan negara,\" tegasnya. Hal itu pula yang membuat Dahlan menunjuk Budi Kusmarwoto menjadi Dirut PTKL. Dengan bekal pengalaman yang panjang, dia menganggap Budi sebagai orang yang tepat untuk membangkitkan kembali PTKL. \"Orangnya pinter, banyak akal, banyak jalan keluar. Saya tahu betul itu,\" ungkapnya. Dia tak menampik bahwa cukup berat tugas Budi Kusmarwoto di PTKL. Terutama untuk menumbuhkan motivasi kerja para karyawan. \"Dua tahun ini kan enak kerjanya, santai. Lebih enak dan lebih sering tidur di rumah. Kalau dituntut bekerja lagi, memang bisa menimbulkan masalah berbeda,\" terangnya. Dahlan pun meminta para karyawan PTKL membantu tugas Dirut untuk memotivasi rekan kerja mereka. Sebab, komunikasi antarteman dalam beberapa hal lebih efektif. \"Bisa saling mengingatkan, saling memotivasi, jangan menunggu inisiatif dari direksi saja,\" kata Dahlan. Dahlan juga menyebut keputusannya menunjuk Budi sebagai Dirut PTKL pada 28 Mei lalu mulai membawa hasil. Itu terbukti dari beberapa perubahan yang terjadi di PTKL. Bahkan, Dahlan mengaku tak menyangka hasil yang diraih PTKL saat ini melebihi yang dia harapkan. PTKL sendiri tidak berproduksi sekitar dua tahun satu bulan. Dahlan menyatakan, BUMN itu sejatinya sudah hampir mati. Bahkan, dia mengibaratkan PTKL sudah berada di ruang ICU rumah sakit. \"Sekarang sudah keluar dari RS. PTKL ini hampir mati karena tidak cocok dengan zamannya. Mengapa sekarang mulai bangkit, karena cocok dengan zamannya. Sekarang sudah bagus, bukan hanya untuk PTKL sendiri, tapi juga bagus untuk negara,\" terang Dahlan. Dia mengapresiasi terobosan PTKL yang memanfaatkan bahan baku dari pisang abaca. Apalagi, menurut paparan Budi, di Jepang jenis itu digunakan untuk bahan baku uang kertas. \"Saya setuju. Ini titik terang menuju jalan baru. Ini babak baru,\" kata Dahlan. Tak hanya itu, Dahlan juga menyambut baik MoU dengan Kabupaten Nias Utara yang menyediakan 11 ribu hektare lahan untuk HTI. Dengan demikian, kerja sama tersebut bisa menguntungkan kedua pihak. Dia juga menyebut peran serta Japan Pulp and Paper cukup besar. Sebab, sejak 2008 mereka masih konsisten mendampingi proyek pembuatan pulp jerami hingga sekarang. (eem/aad/jpnn/c4/nw)  Target Laba Rp 812 M KEDATANGAN Menteri BUMN Dahlan Iskan tak hanya diwarnai senyum gembira, tapi juga tangis dari sang Direktur Utama PTKL Budi Kusmarwoto. Pemandangan itu terjadi saat Budi memaparkan kondisi PTKL saat ini. Setelah menerangkan produksi serat pisang abaca dari Kepulauan Talaud, Provinsi Sumatera Utara, paparan Budi terhenti beberapa saat. Mikrofon di tangan kirinya menjauh dari bibir. Berganti telapak tangan kanan yang menutupi daerah mulut dan hidung. Budi menangis sesenggukan. Kontan, suasana di aula pertemuan PTKL itu senyap. Hadirin tertegun melihat Budi menangis. Apalagi, rona wajahnya memerah. Air matanya membanjir di pipi pria yang lahir di Jakarta itu. Sesekali dia hendak melanjutkan paparannya, namun gagal karena dia kembali menangis. \"Maaf... saya tidak bisa...,\" ungkapnya yang hendak menyampaikan maksud tertentu, namun kalimatnya terputus. Namun, ucapan Budi berikutnya membangkitkan suasana dalam acara tersebut. \"Kita (PTKL) bisa bangkit!\" tegasnya. Tepuk tangan pun membahana di ruangan tersebut. Para karyawan tergugah. Budi menyeka wajahnya dengan menggunakan selembar tisu yang baru disiapkan ketika dia menangis. Budi berusaha melanjutkan paparan tersebut dengan tetap menahan tangis. Dia mengatakan, kendala paling berat yang dihadapi bukanlah faktor teknis, melainkan membangkitkan motivasi para karyawan. \"Itu kendala paling berat yang saya hadapi,\" terangnya. Dia lantas menceritakan langkahnya seminggu yang lalu. Budi mengaku membuat surat pernyataan yang ditulis berdasarkan pendapatnya sendiri. \"Dalam kurun waktu dua bulan, pada Desember-Januari, jika tidak ada kecenderungan positif di perusahaan ini, saya akan keluar (dari PTKL, red). PTKL harus bangkit!\" tegasnya. Dahlan Iskan pun ikut larut dalam suasana haru itu. Raut wajahnya mengerut seperti hendak menangis, meskipun air matanya tak keluar. Namun pada saat memberikan pengarahan di depan hadirin, Dahlan buka suara. \"Tadi saya juga ikut menangis, tapi nggak jadi (menangis, red) karena di meja saya nggak ada tisunya,\" terangnya disambut derai tawa hadirin. Ia memaklumi tangisan sang dirut kala menyampaikan paparannya. Apalagi, membangun motivasi adalah kendala paling besar bagi orang yang ditugaskan untuk membangkitkan perusahaan yang sedang terpuruk. \"Berat, berat sekali,\" kata Dahlan. Sementara itu, Budi memaparkan program penyelamatan aset dan transformasi bisnis PTKL selama 7 tahun. Yakni sepanjang 2010-2016. Hingga saat ini perusahaan masih mengalami kerugian cukup besar. Meski perlahan sudah bisa ditekan. Pada 2010, kerugian yang diderita yakni minus Rp109 miliar. Lalu pada 2011 minus Rp122 miliar. Pada 2012 bisa ditekan hingga minus Rp30 miliar. \"Jadi sebenarnya sekarang masih miskin,\" seloroh Budi disambut ger-geran hadirin. Equity (modal atau kekayaan perusahaan yang terdiri dari selisih aset dikurangi utang) PTKL juga cukup buruk. Pada 2010 minus Rp415 miliar, 2011 minus Rp547 miliar, dan pada 2012 minus Rp578 miliar. Artinya kondisi keuangan PTKL saat ini masih tetap merugi. Namun hal itu ditargetkan berubah pada 2013 nanti. Bahkan, pada tahun itu, laba perusahaan diproyeksikan mencapai Rp812 M. Sementara angka equity mencapai Rp489 M. Dengan begitu, pada 2016 angka equity ditarget mencapai Rp966 M. (eem/aad)

Tags :
Kategori :

Terkait