OSG Linggarjati Dipadati Warga saat Akhir Pekan, Fasilitas Tak Bertambah

Minggu 26-11-2017,21:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

Masyarakat di wilayah Kuningan utara butuh tempat olahraga dan sarana silaturahmi. Beruntung, ada Open Space Gallery (OSG) Linggarjati yang dibangun mantan bupati dua periode, H Aang Hamid Suganda. Aang yang memang dikenal “gila” membangun itu mewariskan OSG yang manfaatnya sekarang dirasakan oleh masyarakat. Agus Panther, Kuningan JIKA di Jalan Siliwangi, Kuningan Kota diberlakukan Car Fre Day (CFD) dan masyarakat bisa bebas berolahraga tanpa terganggu oleh lalu-lalang kendaraan saat Minggu pagi, kondisi serupa juga dirasakan di Kuningan utara. Meski tidak diberlakukan CFD seperti di pusat kota, namun setiap akhir pekan, tepatnya Minggu pagi, sepanjang jalan, mulai dari perempatan Bojong sampai Objek Wisata Linggarjati, dipadati warga yang jalan kaki. Ada yang bersepeda, jogging, atau hanya jalan kaki saja. Warga yang berolahraga di jalan itu tidak terganggu meski kendaraan ada juga yang melintas. Semakin dekat dengan lokasi OSG, jumlah masyarakat yang tengah berolahraga ternyata makin banyak. Di dalam lapangan OSG, suara dentuman musik terdengar keras. Ratusan ibu-ibu mengenakan seragam olahraga yang berbeda-beda serius mengikuti gerakan instrukstur senam yang berdiri di atas panggung. Lagu Janda Bodong versi disko mengalun dari sound system yang dipasang panitia senam pagi. Dengan gerakan lincah, instruktur senam berpakaian seksi membakar semangat peserta senam untuk mengikuti gerakan yang diperagakannya. Bukan hanya kaum wanita saja yang ikut senam, ada juga beberapa laki-laki yang ikut. Keriuhan tak hanya datang dari peserta senam. Tapi juga dari sekelompok ABG yang bermain bola. Ada juga komunitas musang yang memanfaatkan libur akhir pekan untuk sekadar berkumpul. Banyaknya warga yang melakukan aktivitas olahraga juga berimbas terhadap para pedagang makanan. Di pinggir lapangan, warga menjajakan dagangan, mulai dari pedagang tahu gejrot, baso, bubur ayam, warung kopi, pernak-pernik aksesoris, hingga penyewaan motor mini. Sayangnya, para pedagang dadakan itu memakai lintasan yang kerap digunakan warga untuk jalan kaki. Rohim, salah seorang warga yang tiap Minggu pagi ke OSG mengatakan sengaja datang bersama keluarganya karena merasa nyaman ketika berolahraga. Selain lokasinya yang strategis, juga cukup hanya membayar karcis parkir motor saja. “Setiap Minggu, pasti saya dan anak-anak ke sini (OSG). Ya sekadar jalan kaki sambil nganter istri senam. Cuma, saya berharap agar pengelola OSG menata pedagang kaki lima agar berjualan dengan tertib. Tidak sampai menyita trek lintasan untuk jalan kaki. Kemudian, parkir motor juga kalau bisa di lahan bagian atas saja,” jelas dia. Rohim berharap, pemerintah menambah sarana agar warga merasa lebih nyaman ketika melakukan aktivitas di OSG. Misalnya penambahan toilet, sarana bermain anak, serta lapangan parkir bagi kendaraan roda dua dan empat. “Memang, sekarang ada rusa yang katanya dari Istana Presiden yang di Bogor. Tapi itu masih belum lengkap. Sebaiknya pemerintah membangun sarana bermain anak yang aman dan nyaman. Masa fasilitas untuk kenyamanan publik di OSG tidak pernah bertambah?” ujarnya. Dadin, pengelola OSG mengakui jika sarana dan fasilitas bagi pengunjung di OSG masih belum lengkap. Padahal, warga yang datang ketika akhir pekan jumlahnya terus bertambah. Sama seperti Rohim, Ade juga meminta pemerintah untuk memikirkan penambahan fasilitas bermain untuk anak-anak. Dia juga tak menampik kalau fasilitas dan sarana yang ada di OSH masih kurang kendati sudah ada. “Kalau mau maju dan mendatangkan pemasukan yang besar, pemerintah harus menyediakan dan membangun sarana pendukungnya. Baru hasilnya akan dirasakan oleh masyarakat,” sarannya. (*)   

Tags :
Kategori :

Terkait