Banjir, 5.390 Ton Beras Terancam Hilang

Senin 27-11-2017,11:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

MAJALENGKA–Sejak Sabtu (26/11) sejumlah desa di wilayah Jatitujuh terendam banjir. Bahkan hingga Minggu (26/11) kondisi banjir juga belum surut. Informasi yang dihimpun, banjir merendam tujuh desa di wilayah Jatitujuh. Akibatnya 770 hektare areal persawahan di wilayah Jatitujuh terendam. “Bahkan di beberapa desa, banjir juga mengancam rumah warga yang berada tidak jauh dari sungai,” kata Kepala Desa Jatiraga, Carsidik. Dia menyebutkan dari tujuh desa tersebut wilayah persawahan yang terkena banjir luasnya beragam. Sepanjang sungai Cibuaya hampir semuanya tergenang banjir. Di Desa Panyingkiran areal sawah yang terkena banjir seluas 50 hektare, Desa Babadjurang 40 hektare, Desa Jatiraga 50 hektare, desa Sumber Kulon dan Sumber Wetan masing-masing 100 hektare. Sementara desa yang areal sawahnya digenangi banjir paling luas yaitu desa Jatitujuh dan desa Jatitengah, masing-masing 250 hektare dan 180 hektare. Menurutnya, banjir biasanya tidak seluas saat ini dan cepat surut. Namun sekarang sudah sampai satu minggu lebih masih tetap terendam. “Kami kasihan kepada para petani yang tidak bisa menggarap sawah untuk ditanami padi. Tanam perdana di wilayah kami jelas diundur sampai kondisi air benar-benar surut,” paparnya. Menurutnya, banjir disebabkan beberapa faktor selain curah hujan tinggi yang tidak bisa dihindari. Kondisi sungai Cibuaya yang dangkal, serta keberadaan Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) juga memberikan dampak banjir tersebut di wilayah Jatitujuh. Untuk normalisasi sungai, BBWS sudah beberapa kali datang melakukan pengukuran. Namun sampai banjir ini kembali terjadi, program normalisasi tidak kunjung dilaksanakan. Kepala Desa Jatitujuh, Kaca menambahkan kondisi banjir seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Kalaupun ada hujan deras pada malam hari, banjir surut pada siang harinya. Kehadiran BIJB dinilai sangat berpengaruh dan berdampak terhadap wilayah di hilir BIJB terutama terkait resapan air. Selain daerah resapan air berkurang, air dari  wilayah BIJB juga dibuang ke wilayah hilir melalui sungai Cibuaya. “Air dari BIJB dibuang ke aliran sungai Jawura dan bermuara ke sungai Cibuaya. Sedangkan kondisi sungai sudah dangkal, sehingga tidak bisa menahan debit air yang besar. Akibatnya beberapa areal persawahan di hilir BIJB terdampak banjir,” imbuhnya. Kepala Desa Jatitengah Udin Nurdin berharap pemerintah daerah dan BBWS secepatnya mengambil solusi terkait permasalahan ini. Menurutnya selain program jangka panjang dengan normalisasi sungai, juga perlu solusi jangka pendek agar para petani bisa segera menggarap lahan. “Kalau kondisi ini dibiarkan, dikhawatirkan akan berimbas pada hasil panen petani. Diprediksi Kabupaten Majalengka akan kehilangan swasembada beras sebanyak 5.390 ton, mengingat Jatitujuh merupakan penyuplai beras cukup besar,” terangnya. Pihaknya mengaku tidak asal menyebutkan angka, tetapi hal ini diperoleh dengan hitung-hitungan sederhana. Jika dalam 1 hektare mengasilkan 7 ton, berarti kalau 770 hektare lahan tidak bisa digarap. “Tinggal dikalikan saja berapa ton yang akan hilang, dan berapa kerugian yang akan dialami oleh petani,” pungkasnya. (ono)

Tags :
Kategori :

Terkait