Masjid Jagabayan;  Pos Penjagaan Keraton Hingga Tempat Kumpul Para Wali  

Jumat 15-12-2017,09:35 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

  CIREBON - Kisah masjid berusia 600 tahun lebih ini begitu melegenda. Bukan satu dua kali, banyak pengunjung yang datang berniat beribadah guna tercapai tujuan dan maksudnya atas seizin Yang Maha Kuasa. Bahkan ”khasiatnya” sampai terdengar di negeri Ratu Ellizabeth sana. Menelusuri Jalan Karanggetas, nama Masjid Jagabayan sudah tak asing lagi di telinga masyarakat. Terhimpit barisan ruko-ruko, tak membuat masjid tua ini urung berdiri. Memasuki gang kecil yang tak sampai setengah meter itu di dalamnya terdapat sebuah situs bersejarah. Gang sempit ini memang menjadi jalan masuknya masjid berusia 600 tahunan itu. Di dalam masjid yang berukuran 6 m x 8 m itu Muhammad Fauzan banyak bercerita. Satu-satunya kuncen Masjid Jagabayan. Diceritakannya, Kesultanan Cirebon menjadi kerajaan yang cukup berpengaruh saat itu. Alhasil, banyak orang dari berbagai daerah mengunjungi Kesultanan Cirebon. Keraton Cirebon yang saat itu menjadi pusat pemerintah pun banyak dikunjungi orang. Mulai dari yang berniat baik maupun sebaliknya. Untuk itu, jauh sebelum menjadi sebuah masjid seperti saat ini, Masjid Jagabayan adalah sebuah pos keamanan Keraton Cirebon dari bahaya yang datang, baik metafisikan maupun yang ada wujudnya. Dikisahkan Fauzan, pendiri Masjid Jagabayan sendiri adalah Pangeran Nalarasa yang merupakan salah satu patih dari Prabu Siliwangi ini mendapat tugas dari Prabu Siliwangi untuk mencari putera mahkotanya di Cirebon yaitu Pangeran Walangsungsang. Setelah mendapat tugas tersebut dan datang ke Cirebon, Pangeran Nalarasa bertemu dengan sosok yang dicarinya. Namun dalam perjalanan mengemban tugas Prabu Siliwangi ini, beliau tidak membawa pulang Pangeran Walangsungnsang ke Padjajaran, melainkan memutuskan untuk masuk Islam dan menetap di Cirebon. Namannya pun berganti menjadi Pangeran Jagabayan atau Pangeran Jaga Bahaya. Setelah itu Gelar Tumenggung Jagabayan pun didapatkannya dari Sunan Gunung Jati. Pangeran Nalarasa yang berganti nama menjadi Pangeran Jagabayan yang mendirikan sebuah pos penjagaan. Dahulu, lokasi lampu merah Pekiringan-Pasuketan itu terdapat gerbang masuk Keraton Kanoman. Maka dari itu daerah disana diberi nama Pekiringan-Pasuketan yang berarti iring-iringannya pasukan. \"Untuk menyaring setiap orang yang masuk ke area sini. Kalau ditarik lurus, lokasi Masjid Jagabayan ini sejalur dengan Keraton Kanoman, sehingga lokasinya memungkinkan untuk menjadi tempat menyaring orang yang datang,\" tutur Fauzan, kepada Radar. Pos penjagaan itu berubah menjadi masjid tahun 1437. Selain menjadi pos penjagaan, kabarnya tempat ini kerap dipakai berkumpulnya para wali di Cirebon. Sejarah didirikan menjadi masjid ini karena ketika musyawarah dilakukan, para wali ini sering salat di pos penjagaan itu. Untuk lebih memudahkan, dibuatlah masjid sebagai pengganti pos penjagaan ini. Sebelum Keraton Kasepuhan sampai Masjid Panjunan berdiri, Jagabayan ini sudah lebih dulu berdiri. Kondisinya saat ini masih terawat dengan baik. Meski terhimpit gedung-gedung, jalan masuk berupa gang kecil justru jadi salah satu daya tariknya. Seolah masjid ini menyembunyikan sesuatu yang sangat bernilai. Benar saja, beragam artefak masa lalu masih terawat baik. Mulai dari keaslian bedug, mimbar dan pusakanya. Bahkan baik mimbar dan bedugnya itu masih digunakan sampai saat ini. Hingga kini, masih banyak pengunjung yang datang karena mendengar khasiatnya. Terlebih lagi ketika malam jumat tiba. \"Ini mah kepercayaan orang. Yang penting niatnya beribadah dan bersillaturahmi,\" katanya. Mulai dari pengunjung luar kota, luar pulau sampai lintas negara pernah datang hanya karena penasaran dengan keampuhan dari Masjid Jagabayan. Yang paling diingat Fauzan selama menjadi kuncen Masjid Jagabayan, sekitar 8 tahun lalu, sepasang  warga berwargakenegaraan Inggris datang jauh-jauh ke Masjid Jagabayan. Dua ”bule” mengalami perjalanan spiritual. Ketika bisnisnya sedang diambang kebangkrutan ia bermimpi ditemui laki-laki usia sepuh dan mengatakan agar mencari Masjid Jagabayan di Cirebon. Dengan membawa seorang penerjemah, sepasang suami istri asal negeri Ratu Elizabeth itu datang. Berbekal petunjuk mimpi yang didapatkannya, mereka memberanikan diri untuk berkunjung ke Cirebon. \"Orang Inggris ini bilang bermimpi dan mendapat petunjuk untuk mencari sebuah masjid bernama Masjid Jagabayan. Saat itu mereka bawa penerjemahnya. Saya pun kaget karena datang jauh-jauh dari Inggris sana,\" jelasnya. Masjid Jagabayan memang masih dikenal dengan tuahnya. Banyak yang percaya dengan beribadah dan berdoa di masjid ini, orang-orang yang usaha jatuh, bisa bangkit lagi. Ingin naik jabatan, membersihkan diri dari segala penyakit dan beragam tujuan lainnya. Tapi Fauzan selalu menekankan bahwa apapun doa yang dipanjatkan, semua kembali kepada Yang Kuasa. “Yang terpenting niatnya adalah berdoa dan beribadah serta menjalin tali sillaturahmi. Maka niat baik pun akan terlaksana,\" pungkasnya. (myg)    

Tags :
Kategori :

Terkait