Diguyur Rp7 Miliar, Jalan Terusan Pemuda Tetap Banjir

Kamis 04-01-2018,07:05 WIB
Reporter : Dian Arief Setiawan
Editor : Dian Arief Setiawan

  CIREBON - Perbaikan drainse di Kota Cirebon sudah dilakukan dalam tujuh tahun terakhir. Anggaran yang dikeluarkan pun tak sedikit. Untuk Jalan Terusan Pemuda misalnya. Anggaran Rp 7 miliar digelontorkan tahun 2011. Tapi ruas jalan ini tiap hujan selalu tergenang. Data yang dimpun Radar, sedikitnya Rp2 miliar juga digelontokan untuk saluran tepi di Jalan Penggung Raya. Untuk pembangunan saluran ini, dari dana alokasi khusus (DAK). Kemudian peningkatan saluran drainase tepi di Jalan Cipto Mangunkusumo yang dianggarkan sebesar Rp325 juta. Bahkan perbaikan pelebaran drainase kembali dilakukan di penghujung 2017 bersamaan dengan proyek peningkatan Jl Cipto Mk. Sayangnya, proyek-proyek tersebut tak sanggup menanggulangi genangan saat hujan. Asisten Daerah Ekonomi dan Pembangunan, Ir Yoyon Indrayana MT menyebut, penanganan banjir akibat drainase sulit dilakukan secara maksimal. Targetnya, hanya mengurangi durasi genangan. \"Kondisi drainase kita bagus, tapi memang pemeliharaan rutin yang kurang, sampai timbul sumbatan dan menyebabkan banjir,\" kata Yoyon, kepada Radar. Dengan kondisi itu, kata Yoyon, Pemerintah Kota Cirebon memiliki target dengan mengurangi waktu genangan. Bila sebelumnya genangan tertahan hingga 3 jam, dengan melakukan pembuangan sampah dan perbaikan saluran, genangan akan berkurang menjadi 2-1 jam saja. \"Jadi target kita saat ini mengurangi lamanya waktu genanga. Indikatornya itu dulu,\" katanya. Yoyon menyebut sejumlah saluran yang ada mayoritas tersumbat sampah rumah tangga. Hal itu disebabkan karena masih banyak masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk tidak membuang sampah sembarangan. Dengan saluran air yang tersumbat, aliran air akan tertahan dan meluber. Banyaknya sampah di gorong-gorong membuat sistem drainase perkotaan mampet dan menimbulkan genangan air saat hujan deras. Untuk itu, diperlukan pembersihan secara rutin serta kesadaran masyarakat untuk tidak membuang sampah sembarangan untuk mencegah sedimentasi gorong-gorong. Seperti yang disampaikan Ketua Komisi II DPRD Kota Cirebon, Ir H Watid Syahriar MBA. \"Kita tidak menampik jika drainase yang ada selama ini justru dijadikan tempat membuang sampah. Ini yang perlu kita sadarkan bersama. Masyarakat harus menyadari dari risiko buang sampah sembarangan yang berakibat genangan air,\" ujarnya, Rabu (3/1). Watid menyarankan agar ada pemeliharaan drainase. Terutama drainase yang tertutup, seperti di lingkungan permukiman masyarakat. Watid menilai, faktor yang penting dalam hal ini yakni kesadaran dan kedisiplinan masyarakat untuk tidak sembarangan membuang sampah apalagi ke saluran air. \"Yang harus diperhatikan itu drainase tertutup, sedimentasinya gak keliatan. Kalau yang terbuka bisa keliatan, tapi memang semuanya perlu pemeliharaan rutin,\" katanya. Setidaknya, kata Watid, saluran-saluran air di depan rumah masing-masing harus dijaga agar terbebas dari sampah dan bangunan yang bisa menghambat aliran air. Apabila semua warga kota melakukan hal yang sama, dan secara bergotong royong di lingkungan masing-masing, genangan air akan cepat surut. Watid menambahkan, idealnya per tiga bulan ada pemantauan drainase dan dilakukan penyemprotan dengan air yang tekanannya kuat untuk meluruhkan sedimentasi. Pasalnya, timbunan sampah menumpuk setiap hari dan mempersempit kapasitas saluran. Seperti fungsinya, peran drainase yang paling vital adalah sebagai sarana pengaliran air hujan. Pada prinsipnya, air hujan itu harus segera dialirkan jangan sampai sempat lama menggenang apalagi daerah-daerah yang relatif rata. Karena jika daerah yang memiliki kemiringan yang sangat kecil, berpotensi tergenang. Dengan kondisi daratan yang hampir setara dengan lautan, membuat Kota Cirebon kerapkali tergenang saat intensitas curah hujan yang tinggi. \"Karena selisihnya sekitar 20-30 sentimeter saja dengan laut, jadi kalau hujan tergenang,\" jelasnya. Terlebih, lanjut Watid, muka air laut semakin naik. Hal itu mengakibatkan dataran kian rentan tergenang, karena air tidak langsung mengalir ke laut. Ditambah dengan saluran air yang tersumbat, semakin memperpanjang waktu genangan air. \"Karena muka air laut naik, jadi air yang ada di daratan nunggu laut surut dulu,\" tuturnya. Melihat kondisi Kota Cirebon yang kerapkali tergenang usai hujan, Watid menganggap hal itu masih wajar. Ia kurang setuju dengan istilah banjir, karena menurutnya, genangan air di Kota Cirebon maksimal berlangsung selama 2-3 jam. \"Saya pribadi memaklumi, kalau tidak tergenang lebih dari 6 jam saya kira itu belum termasuk banjir. Istilahnya tergenang,\" terangnya. Watid pun bersyukur, curah hujan di Kota Cirebon tidak setinggi di kota lain. Maksimal hujan dengan intensitas tinggi lamanya 3 jam, di kota lain kan ada yang sampe 10 jam bahkan 24 jam. (mik)

Tags :
Kategori :

Terkait