Waduh, Pabrik Penggilingan Padi di Indramayu Gulung Tikar

Kamis 11-01-2018,12:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

INDRAMAYU–Puluhan pabrik penggilingan padi di wilayah pantura Kabupaten Indramayu stop produksi. Tingginya harga gabah dan pembatasan harga beras menjadi biang penyebabnya. Di kawasan sentra industri beras Karangsinom misalnya. Dilaporkan, dari sebanyak 83 pabrik penggilingan padi 90 persennya sudah tidak beroperasi. Hanya tersisa sejumlah pabrik besar itupun dengan kapasitas produksi sangat terbatas. “Mayoritas gulung tikar. Pengiriman beras ke Pasar Induk Beras Cipinang turun drastis,” ucap Ketua Perkumpulan Pedagang Beras Karangsinom (Pagar Besi), Firman Lubis kepada Radar. Dia membenarkan, penyebab utama mati surinya usaha penggilingan beras lantaran harga gabah yang sangat mencekik. Di tingkat petani harganya mencapai Rp8.000-Rp8.500/kg. Itupun sangat langka seiring datangnya musim paceklik. Dari hitung-hitungan bisnis, dengan pembelian bahan baku semahal itu ditambah ongkos produksi serta transportasi harga jualnya tidak akan sesuai dengan Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan Kementrian Perdagangan RI. “Bukannya untung malah buntung,” lanjutnya. Sebagai mana diketahui, Kementerian Perdagangan RI telah menetapkan HET beras medium dan premium yang diberlakukan sejak 1 September 2017 lalu. Untuk wilayah Jawa, harga beras medium dipatok Rp9.450 kg, sedangkan beras premium Rp12.800/kg sampai ketangan konsumen. Pengusaha beras lainnya, Abah Adnan mengungkapkan, tidak adanya perubahan pada HET oleh pemerintah, pabrik penggilingan padi memilih mengistirahatkan mesinnya sejak akhir tahun lalu. Kondisi ini diperkirakan berlangsung sampai bulan Februari-Maret atau ketika datangnya musim panen raya. Mulanya, sebagian pengusaha berusaha bertahan dengan mencari bahan baku gabah ke luar daerah. Tapi karena harganya ternyata mahal, mereka akhirnya menyerah. “Kalaupun ada yang dijual sekarang itu beras stok lama. Kalau pakai gabah yang baru, harganya bisa tinggi banget. Kita gak berani menjualnya, takut kena sanksi,” terang dia. Abah Adnan memperkirakan, tidak beroperasinya mayoritas pabrik penggilingan padi yang ada di Indramayu berdampak luas pada ketersediaan pangan nasional. Karena sebagaimana diketahui, setiap harinya kiriman dari Kabupaten Indramayu menguasai sekitar 30 persen dari sekitar 3.000 hingga 3.500 ton pasokan beras di PIB Cipinang untuk kebutuhan masyarakat di wilayah Jabodetabek. (kho)

Tags :
Kategori :

Terkait