Rencana Disdik Kota Cirebon Merger SD Satu Kompleks, Begini Plus Minusnya

Selasa 06-02-2018,19:25 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Rencana merger sekolah yang akan dilakukan Dinas Pendidikan (Disdik) pada beberapa sekolah dasar (SD) dalam satu kompleks, memiliki sisi positif dan negatif. Ada hal-hal yang bisa mendorong terjadinya percepatan, tapi rentang kendali dan kebutuhan pengajar bisa juga jadi kendala di lapangan. Meski hanya 14 sekolah yang akan di-merger, namun sekolah yang posisinya satu kompleks seperti SDN Kartini dan SDN Kebon Baru juga menginginkan hal serupa. Pasalnya, meski sering dianggap sekolah favorit, nyatanya dalam operasional keseharian SDN Kartini 2 juga menemui banyak kendala. (Baca: Sering Rebutan Lahan, Disdik Kota Cirebon Merger 14 SD) Kepala SDN Kartini 2, Moh Sanusi mengatakan, sekolah kompleks sering mengalami kesulitan. Bagaimana menyamakan pendapat dari aturan dan kebijakan tiap-tiap pimpinan yang berbeda. “Makanya kalau ada wacana merger sekolah, saya setuju,” ujar Sanusi, kepada Radar, Senin (5/2). Bila merger dilakukan, dampak positif dirasa lebih banyak ketimbang negatifnya. Sebut saja untuk kemajuan sekolah tentunya akan berada di satu komando pimpinan. Sehingga dapat lebih memudahkan. \"Kompleks ini ada kekurangan dan kelebihannya. Tapi saya rasa lebih banyak positifnya ketimbang negatifnya,\" tuturnya. Selama ini, ada beberapa kendala yang dihadapi sekolah dalam satu kompleks. Meski satu kawasan, tapi tiap sekolah punya zona dan kewenangannya sendiri. Mau tak mau Sanusi pun mengikuti batas-batas yang dibuat atau dianut di masing-masing sekolah. Contohnya di SDN Kartini 2. Untuk sarana dan prasarana idealnya sekolah dalam satu komplek berjalan beriringan. Bila sarpras yang ada di SDN 2 baik, tentunya semua kondisi sarpras di sekolah lain di satu satu kompleks pun alanglah lebih baiknya untuk dalam kondisi baik juga. Namun yang jadi permasalahan adalah, perlu ada koordinasi bersama. \"Kendalanya dibatasi wilayah. Misalnya ketika ingin memperbaiki WC di area belakang ya kita sulit, karena sudah beda wilayah. Kita pun jadi terbatas. Kalau bukan berada di kewenangan kita, kita pun tidak bisa melangkahi. Namun ada hasrat ingin berbenah. Tapi ya kembali lagi terbatas geraknya,\" jelasnya. Selain itu, kata dia, kendala lain adalah rasa ingin maju. Banyak rencana pembangunan sekolah yang ingin direalisasikan tapi terambat ruang gerak. Perlu ada izin, koordinasi dan diskusi berkepanjangan. Padahal bila disatukan, tentu akan mempermudah gerak dan kemajuan sekolah. \"Masing-masing sekolah punya wilayah, punya otonominya. Kita nggak bisa melangkah ke wilayahnya, mereka pun nggak bisa melangkah ke wilayah kita. Itu yang jadi kendalanya. Sehingga dampaknya, banyak rencana pembangunan yang terhambar karena masing-masing punya wilayah itu,\" akunya. Adanya merger di sekolah kompleks sendiri akan lebih mempermudah pembagian tugas di masing-masing job desknya. Mengingat hanya ada satu komando. Sekolah kompleks pun diakuinya banyak terkendala akan koordinasi satu sama lain. Ketika koordinasi berkepanjangan tersebut diakuinya sulit menyatukan karena perbedaan pendapat dan lain hal. \"Lahan kan bareng, tapi berbeda wilayahnya. Otomatis ruang gerak pun terbatas. Paling selama ini kita pengertian satu sama lain. Contohnya seperti jam olahraga. Ketika siswa sekolah lain sedang menggunakan, mau tak mau SD 2 ini kan menunggu. Begitu juga sebaliknya,\" tuturnya. Sementara itu, Kepala SDN Kebon Baru 4, Ano Sutrisno SPd mengatakan, kendala datang dari keterbatasan tenaga kepala sekolah guru yang ada di sekolahnya. Mengingat banyak guru dan kepala SDN Kebon Baru yang pensiun. Artinya sekolah kompleks diakuinya lebih terkendala dari segi tenaga pengajarnya. \"Mungkin bisa disimak banyak kekurangannya. Yang pertama dari segi tenaga kepala sekolah dan gurunya. Karena tidak ada pengangkatan sekolah selama guru masih kekurangan banyak. Kepala sekolah sendiri sudah mulai pada pensiun. Yang kedua tentunya harus seirama,\" paparnya. Seperti diketahui, sedikitnya 14 Sekolah Dasar (SD) yang ada di Kota Cirebon akan digabung (merger) menjadi hanya tujuh sekolah. Hal ini dilakukan Dinas Pendidikan (Disdik) Kota Cirebon untuk menata keberadaan SD negeri di bawah naungannya. Merger sekolah ini diharapkan dapat menciptakan efektivitas pembelajaran di sekolah. Sebab, sekolah yang ada dalam satu lingkungan kerap berebut lahan untuk melaksanakan kegiatan. \"Keberadaan beberapa SD negeri dalam satu lokasi sering mengalami kesulitan dalam pemakaian sarana bersama seperti lahan lapangan,\" ujar Kepala Disdik, Jaja Sulaiman. (myg)

Tags :
Kategori :

Terkait