Melihat Potensi Kerajinan Rotan di Desa Cipinang

Sabtu 17-02-2018,06:06 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Kerajinan rotan tidak hanya dijumpai di Desa Tegalwangi, yang menjadi sentra rotan terbesar. Tapi juga menjadi salah satu tumpuan bagi warga Desa Cipinang, Kecamatan Beber, Kabupaten Cirebon. Selain itu, ada juga industri rumahan pembuatan cone es krim dan sumpia. Sehingga, warga Desa Cipinang tak perlu khawatir warganya ada yang nganggur. JAMAL SUTEJA, Cirebon WARGA Desa Cipinang punya andalan usaha rumahan yang menjadi tumpuan. Terbesar adalah usaha anyaman rotan. Warga yang ikut usaha rumahan anyaman rotan ini, mencapai ratusan. Mereka biasanya mengerjakan anyaman berdasarkan pesanan. Warga Desa Cipinang, Subandi memiliki agen koneksi ke PT Pindora Antar Nusa, di Arjawinangun untuk mengerjakan pesanan. \"Di sini kita hanya mengerjakan bahan-bahan setengah jadi untuk dibuat seperti keranjang. Nanti dikirim ke Pindora, untuk pesanan dari IKEA,\" kata Iin, salah satu pekerja di Gudang Anyaman Rotan, kemarin. Biasanya, warga mengerjakan anyaman di rumah mereka masing-masing. Setiap satu sub memiliki lima sampai enam warga yang bekerja. Upahnya untuk satu set anyaman Rp14 ribu. \"Kalau buat anyaman di rumah-rumah warga, sementara di gudang itu kita haluskan. Kalau ada barang yang tidak sesuai diperbaiki,\" ujarnya. Ketua KPM Desa Cipinang, Wahyudi menyebutkan, usaha itu sudah cukup lama ditekuni warga, mulai dari tahun 2000-an. Bahkan usaha itu pernah mendapatkan pembinaan dari Dinas Tenaga Kerja karena UMKM yang mampu memperkerjakan banyak warga. Tak hanya itu, ada juga usaha dari pembuatan cone es krim. Usaha itu diinisiasi sejak 20 tahun lalu. Salah satu perintisnya adalah H Muhtadi. Saat itu, banyak penjual es krim di Desa Cipinang. Namun untuk bahan cone, mereka membeli dari orang lain. Sehingga timbulah ide usaha bersama pemerintah desa, membuat cone sendiri. \"Saya diajak main ke Sukabumi sama kuwu. Saat itu, melihat cara membuat cone. Sampai akhirnya dapat bantuan Rp60 juta untuk membeli mesin cetakan cone. Ada enam yang dapat bantuan saat itu,\" jelasnya. Menurut Muhtadi, awalnya bisnis itu tidak berkmebang. Namun kemudian, pesanan datang dari pabrik-pabrik es krim besar. Pemasarannya bertumbuh, hingga untuk menggerakan ekonomi. Warga setempat juga membuat cone di rumah masing-masing. \"Pemasarannya sampai ke Surabaya, ke cabang-cabang pabrik es krim. Satu hari rata-rata kita produksi 10 bal. Ini dilakukan oleh lima pekerja, dan juga ada yang buatan warga kemudian disetorkan ke sini,\" katanya. (*)

Tags :
Kategori :

Terkait