Maret-April, Harga Gabah Terancam Anjlok, Ini Sebabnya

Selasa 20-02-2018,09:43 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Harga gabah kering di tingkat petani terancam anjlok. Petani pun terancam merugi. Beberapa faktor dituding menjadi penyebab kondisi tersebut terjadi, salah satunya akan dilakukannya panen raya dan beredarnya beras impor. Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kabupaten Cirebon, Tasrip Abubakar mengatakan, saat ini harga gabah kering di tingkat petani berkisar di antara Rp 6.500 sampai Rp 7.000 per kilo. Tergantung dari fisik dan kualitas gabah. Namun angka itu bisa berubah dengan sangat drastis jika sejumlah wilayah yang merupakan lumbung padi seperti Indramayu, Majalengka, Kuningan dan Cirebon dalam beberapa waktu ke depan panen raya. “Ini yang kita khawatirkan. Harga gabah kering petani bisa terkikis 30 sampai 40 persen. Prediksinya, panen raya itu antara periode akhir Maret sampai April,” ujarnya kepada Radar Cirebon. Jika skenario tersebut terjadi, Tasrip menjamin bahwa petani akan menjadi pihak yang paling dirugikan. Terlebih, jika melihat kejadian banjir yang menerjang Cirebon, produktivitas atau hasil panen para petani bakal menurun. “Kemarin-kemarin kan banyak wilayah terdampak banjir. Banyak lahan pertanian terendam. Tentu sangat berpengaruh terhadap hasil panen. Tapi saya harap jangan dengan alasan itu, kemudian ada wacana impor lagi. Dengan impor yang kemarin saja, petani kita sangat terpukul,” bebernya. Sementara itu, jelang akhir Februari 2018, sejumlah wilayah di Kabupaten Cirebon mulai melakukan panen. Desa Picungpugur, Kecamatan Lemahabang, Kabupaten Cirebon menjadi wilayah pertama yang menggelar panen padi. “Hasil saat ini cukup bagus. Kita sudah sekitar tiga kali gagal panen, hasilnya tidak maksimal. Untung panen yang sekarang hasilnya lumayan bagus,” ujar Sanip (60) warga Desa Susukan Tonggoh yang menggarap lahan pertanian di Desa Picungpugur. Sanip mengaku, saat ini menanam padi jenis Mikonga dan IR-64, hasilnya pun tergolong sukses. Untuk satu hektare lahan pertanian bisa memproduksi 6 ton gabah. “Kita sudah beberapa kali gagal panen. Alhamdulillah sekarang hasilnya lumayan banyak. Wilayah kita berada di perbukitan, jadi bebas banjir. Karena air melimpah hasilnya juga bagus. Kita tanam lebih awal, wilayah-wilayah lain justru banyak yang baru tanam,” ungkapnya. Sanip pun berharap, pemerintah bisa segera menyerap gabah milik petani dengan harga tinggi tanpa menunggu musim panen raya mulai. “Kalau sekarang harganya masih lumayan. Kalau nanti ya takutnya jatuh lagi. Apalagi nanti ada beras impor. Saat ini baru wilayah kita yang panen, wilayah lain belum,” jelasnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait