KUNINGAN-Cara tiga anggota Koramail Ciniru dan Ciwaru dalam membantu korban bencana tanah longsor di pengungsian Gedung PGRI Ciniru patut diacungi jempol. Bantuan yang mereka berikan sederhana saja, yaitu mengajak anak-anak korban bencana melupakan sejenak penderitaan yang dialami karena bencana dengan mendongeng dan menyanyi bersama. Suasana di lokasi pengungsian masih hujan rintik-rintik. Warga dari Desa Pinara, Kecamatan Ciniru yang terpaksa bermalam di Gedung PGRI terlihat seperti kurang bergairah. Maklum saja, mereka harus meninggalkan tempat tinggalnya setelah mengalami pergerakan tanah dan juga ancaman longsor. Mayoritas dari pengungsi yang berada di Aula Gedung PGRI adalah perempuan dan anak-anak. Untuk urusan perut, pengungsi tidak khawatir mengingat bantuan dari berbagai lapisan masyarakat terus mengalir ke posko penanganan bencana yang didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Kuningan. Meski untuk urusan isi perut terjamin, namun para pengungsi juga sepertinya dilanda kebosanan lantaran terus menerus berada di area yang sama untuk jangka waktu yang belum bisa ditentukan. Sedangkan untuk kembali ke rumahnya, para pengungsi masih belum berani. Karena hingga saat ini belum ada instruksi atau pemberitahuan dari pemerintah jika desanya apakah masih aman atau tidak untuk ditempati. Guna menghilangkan kebosanan pasca bencana, pengungsi terutama wanita memilih ikut memasak di dapur umum dan juga sebagian ada yang istirahat. Kemudian anak-anak yang berada di lokasi pengungsian butuh hiburan supaya tidak trauma. Beruntung Koramil Ciniru dan Ciwaru memiliki tiga personel yang bisa mendongeng guna menghilangkan kebosanan anak-anak. Ketiga tentara tersebut adalah Pelda Toto Budiarto dari Koramil Ciniru, Serka Piter dan Serda Paito dari Koramil Ciwaru, dengan ramah menyapa anak-anak korban bencana tersebut dengan tulus. Secara bergiliran, ketiganya membacakan dongeng si Kancil dan si Kabayan yang lucu sehingga membuat anak-anak tersebut tertawa dan terhibur. Suasana pengungsian pun seketika ramai dan anak-anak untuk sementara bisa melupakan kesusahannya meninggalkan rumah yang rusak akibat bencana pergerakan tanah. Pelda Toto Budarto mengatakan, cara tersebut dalam rangka memulihkan trauma atau trauma healing terhadap anak-anak korban bencana. Menurut dia, salah satu kelompok yang paling rentan terhadap bencana alam adalah anak-anak karena secara fisik dan mental masih dalam masa petumbuhan dan masih tergantung kepada orang dewasa. \"Pengalaman trauma yang dialami anak apabila tidak segera diatasi maka akan berdampak buruk bagi perkembangan mental dan sosial anak hingga dewasa. Mudah-mudahan dengan cara kami menghibur anak-anak dengan cara mendongeng dan bernyanyi bersama bisa melupakan sejenak segala beban penderitaan yang dialami akibat musibah tersebut,\" ujar Toto. Selain dengan melakukan pendekatan melalui mendongeng dan bernyanyi, lanjut Toto, pihaknya pun berusaha memberikan pendampingan untuk pemulihan traumatik pasca bencana kepada anak-anak pengungsi tersebut dengan cara kegiatan kerohanian seperti mengaji dan lebih mendekatkan diri kepada Tuhan. Selain itu mereka juga diajak berkreasi yang membuat mereka berkegiatan agar tidak hanya diam saja. \"Kita lakukan kegiatan Psikososial bersama anak anak selama di pengungsian. Cara ini dilakukan untuk mengembalikan dunia mereka supaya lepas dari rasa trauma,\" sebut Toto. Adapun jumlah anak-anak korban bencana longsor dan tanah bergerak di pengungsian Gedung PGRI, kata Toto, sebanyak 100 anak lebih berasal dari dua desa yaitu Desa Pinara dan Cipedes. Dia berencana akan menggelar kegiatan trauma healing tersebut bersama para relawan dan instansi terkait selama beberapa hari kedepan secara bergiliran. (fik)
Tiga Personel TNI Hibur Anak-anak Korban Longsor dengan Mendongeng
Kamis 01-03-2018,17:31 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :