Keterlaluan! Jawa Tengah Ikut Buang Sampah di TPA Ciledug

Rabu 25-04-2018,14:30 WIB
Reporter : Dedi Haryadi
Editor : Dedi Haryadi

CIREBON-Bau busuk nan menyengat langsung terasa, tatkala melintasi jalur penghubung Kabupaten Cirebon-Brebes via Ciledug. Bau busuk yang sebenarnya sudah dirasakan bertahun-tahun lamanya tersebut, akhir-akhir ini tercium lebih santer, setelah posisi sampah semakin mepet ke jalan raya. Ya, sudah beberapa bulan terakhir, posisi sampah di TPA Ciledug yang dikelola dengan sistem open dumping tersebut, sudah melewati batas atau overload. Gunungan sampah di TPA dengan luas lahan sekitar 11 hektare tersebut pun, kini menutup jalan tani, sehingga menyulitkan para petani dan warga untuk melintas. Kuwu Desa Ciledug Wetan, Sudin mengatakan, dari 11 hektare luas lahan TPA Ciledug tersebut, 4 hektare di antaranya adalah lahan milik Desa Ciledug Wetan dan 7 hektare sisanya milik Desa Ciledug Lor. “Punya kita yang berada di bagian belakang TPA, tidak banyak sekitar 4 hektare. Kalau yang di pinggir jalan raya itu punya Ciledug Lor, sewanya pertahun sekitar Rp10 juta,” ujar Sudin kepada Radar Cirebon, Selasa (24/4). Saat disinggung soal deadline kontrak TPA Ciledug yang bakal habis Mei 2018 nanti, Sudin mengaku tidak hafal persis tanggal berapa di bulan Mei 2018 kontrak TPA tersebut habis. Pasalnya, dokumen kelengkapan dan pendukung lainnya terkait kontrak TPA, sudah tak berbekas lagi karena rusak disapu banjir. Sudin pun meminta agar proses rehabilitasi lahan yang dilakukan oleh pemkab bisa cepat dan baik, agar bisa segera digunakan kembali. Namun yang dikhawatirkan, kondisi yang ada di lahan eks TPA nanti, bakal sulit disewakan oleh pemerintah desa karena kondisinya yang diprediksi tidak bisa seperti sebelum digunakan untuk TPA. “Empat hektare punya kita itu lahan bengkok atau jatah perangkat desa. Biasanya memang disewakan. Tapi dengan kondisi seperti ini, mungkin agak sedikit sulit dan saya yakin harganya pasti murah. Itupun kalau ada yang mau bercocok tanam di lahan eks TPA,” jelasnya. Dijelaskan Sudin, TPA yang ada di Desa Ciledug sendiri awalnya hanya digunakan untuk menampung sampah dari wilayah timur saja. Namun seiring dengan ditutupnya TPA Gunung Santri dan TPA Ciawi Japura, membuat pemkab tidak punya pilihan selain mengirimkan sampah-sampah yang ada ke TPA Ciledug. “Kalau pertama buka itu jauh sebelum saya jadi kuwu. Sekitar periode tahun 2000-an. Dulu bagus tidak seperti ini, lokasinya jauh ke belakang, hanya untuk pembuangan sampah beberapa kecamatan saja,” bebernya. Sementara itu, Tadjudin, Pengawas TPA Ciledug beberapa waktu lalu mengatakan, setiap harinya, ada sekitar 27 armada angkutan yang bolak- balik membawa masuk sampah-sampah dari sejumlah pasar dan tempat lainnya di Kabupaten Cirebon. Jika ditotal, setiap harinya ada sekitar 39 truk sampah yang masuk ke TPA Ciledug. “Kita hanya mengangkut sampah yang ada retribusinya. Satu truk itu isinya sekitar 6 kubik, terdiri dari sampah basah dan kering. Kita di sini masih menggunakan open dumping. Volume sampah naik drastis setelah ada penutupan TPA Gunungsantri dan Ciawi Japura,” paparnya. Sementara itu, tokoh masyarakat sekitar Rony mengatakan, meningkat drastisnya volume sampah di TPA Ciledug, selain disebabkan karena sampah-sampah dari Kabupaten Cirebon, ternyata secara diam-diam banyak juga masyarakat dari Brebes, Jawa Tengah yang membuang sampah ke lokasi tersebut. “Yang buang sampah dari Brebes juga ke sini, saya sering lihat,” kata dia. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait