CIREBON-Kemacetan merupakan imbas dari terus menurunnya daya dukung jalan. Dalam beberapa tahun terakhir, pelebaran maupun penambahan ruas jalan nyaris mandek. Sementara jumlah kendaraan terus bertambah secara signifikan setiap bulannya. Berdasarkan data Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Cirebon, tercatat penambahan kendaraan setahun terakhir mencapai 12.607 (roda empat dan dua). Penambahannya sekitar 1.050 kendaraan setiap bulan. Sementara panjang ruas jalan relatif tetap yakni, 166,686 kilometer (km). Upaya-upaya pemerintah melakukan pelebaran dan penambahan ruas jalan seperti ngos-ngosan karena dukungan anggaran yang tidak memadai. Sebagai contoh pelebaran Jl Cipto Mangunkusumo yang sudah dilakukan hampir lima tahun lalu. Saat ini, pelebaran belum merata. Tingginya biaya pembebasan lahan membuat jalur yang dilebarkan mentok sampai di depan Kompleks TNI Angkatan Laut. Pelebaran juga tak terlalu menolong, karena kemacetan kian menjadi-jadi. Begitu juga proyek Cirebon Outer Ring Road (CORR) yang digadang-gadang mampu menjadi pemecah kepadatan di pusat kota. Hingga saat ini perkembangannya juga tidak jelas. Padahal CORR sendiri sudah direncanakan sejak 2009. Yang paling progresif barangkali hanya Jalan Tembus Ciremai Giri-Jl A Yani (By Pass). Kabarnya pembukaan ruas jalan yang satu ini bakal direalisasikan segera. Bersama dengan CORR, keduanya kini masuk dalam draf Rencana Detil Tata Ruang (RDTR). “Dua proyek itu sudah masuk dalam draf. Kita wajib menyelesaikannya,\" ujar Kepala Bidang Bina Marga Dinas Pekerjaan Umum Penataan Ruang (DPUPR) Hanry David kepada Radar Cirebon. Ia mengakui, proyek CORR terbengkalai sangat lama. Para pemilik kewenangan malah saling melempar tanggung jawab. Seharusnya hal ini tidak terjadi. Proyek yang bakal menjadi akses baru wilayah selatan, harusnya masuk dalam skala prioritas. Untuk CORR, pihaknya sudah melakukan rapat koordinasi dengan wilayah III Jawa Barat. Dalam rapat tersebut, ada kemungkinan konsep awal CORR berubah. Terutama untuk akses masuk dan keluar. CORR ini tidak hanya difungsikan sebagai pemecah kepadatan pusat kota dan meningkatkan akses wilayah selatan. CORR ke depan justru diharapkan meningkatkan keterhubungan antara wilayah Kota, Kabupaten Cirebon, sampai ke Kuningan dan Brebes. Dengan perubahan ini, anggarannya juga tentu berubah. CORR sejak lama memang selalu terhambat daya dukung anggaran baik dari pemerintah kota, provinsi maupun pemerintah pusat. Apabila melihat estimasi biaya, total sampai saat ini kurang lebih Rp300-350 miliar. Tentu saja anggaran itu tidak akan mampu dibiayai APBD Kota Cirebon. Hanry melihat kemungkinan pembiayaan dari pemerintah provinsi. Sehingga CORR ini digabung dengan jalan tembus Kuningan-Cirebon. “Kita inginnya CORR ini gabung sama proyek itu,\" terang mantan Kepala Bidang Ekonomi Bappeda Kota Cirebon. Sementara itu, untuk jalan tembus Jl Ciremai Giri-Jl Ahmad Yani, besar kemungkinan lebih rasional terealiasi. Anggarannya kemungkinan bisa ditangani oleh Pemkot Cirebon. Keberadaan jalan ini sangat solutif untuk memecah kepadatan di Jl Ciremai Raya (Perumnas). Untuk pembebasan kurang lebih membutuhkan anggaran sekitar Rp10 miliar. Biaya konstruksinya sekitar Rp30 miliar untuk kualitas standar. Namun, untuk kualitas jalan terbaik estimasinya bisa habis sampai Rp50 miliar. “Itu sudah masuk drainse, kabel listrik tanam semua. Mudah-mudahan ini bisa diterapkan di jalan lain, semua tidak ada kabel di atas lagi,\" ulasnya. Meski demikian, Hanry menekankan bahwa realisasi jalan tembus itu bergantung pada konsistensi semua elemen pemerintahan. Termasuk dukungan APBD. Akses jalan baru ini sudah jadi kebutuhan masyarakat, tetapi belum tentu realisasi di APBD juga sejalan. Bina Marga sendiri sudah berupaya mempercepat penambahan jalan ini. Salah satunya dengan pembuatan feasibility study (FS). Dengan adanya kajian ini, paling tidak ada selangkah lebih maju dalam hal perencanaan. Dinas Perhubungan sejauh ini berusaha melakukan beberapa opsi rekayasa lalu lintas untuk mencairkan kepadatan. Beberapa opsi ini akan diterapkan dengan tiga pembagian yakni, jangka pendek, menengah dan panjang. Rekayasa ini juga hampir mencakup seluruh titik kepadatan seperti kawasan Asia-Surya Toserba, Jl Pekiringan-Pasuketan-Pekalipan, Jl Cipto Mangunkusumo dan Jl RA Kartini. Kepala Bidang Rekayasa Lalu Lintas Dishub, Gunawan ATD DEA mengungkapkan, rekayasa terbaru akan dibahas dalam rapat kedua, Senin (14/5). Diharapkan dalam rapat ini pihak-pihak yang diundang seluruhnya hadir. Termasuk para pengelola mall. “Rapat pertama ini belum ditetapkan karena ada yang nggak hadir (pengelola mall). Rapat kedua harus hadir karena ini menyangkut akses keluar masuk mereka juga,” tandasnya. Pengaturan lalu lintas ini diberlakukan untuk jangka pendek terutama antisipasi jelang Ramadan dan Lebaran. (jml)
Pemkot Cirebon Ngos-ngosan Tambah Jalan Baru
Senin 14-05-2018,17:00 WIB
Editor : Dedi Haryadi
Kategori :