100 Karung Berisi Tanah, Warga Bendung Sungai Cisanggarung, Ini Kisahnya

Rabu 06-06-2018,12:32 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Dua dari tiga titik bendung karet di Desa Tawangsari jebol. Akibatnya, air laut pun melimpas saat pasang dan membuat warga tidak bisa maksimal untuk menggunakan air dari Sungai Cisanggarung, khususnya untuk keperluan pertanian. Bahkan tidak hanya masyarakat, kondisi tersebut membuat PDAM tidak bisa optimal dalam menyuplai air untuk kebutuhan masyarakat. Pasalnya, intake SPAM PDAM Tawangsari di waktu-waktu tertentu saat pasang air laut juga terkena limpasan air laut. Hal tersebut diakui Kuwu Desa Tawangsari, Saerofik saat ditemui Radar, kemarin. Menurutnya, kondisi jebolnya bendung karet di Tawangsari terjadi sudah sejak setahun terakhir. Kondisi tersebut diperparah dengan banjir besar beberapa bulan lalu. “Kondisi ini jelas membuat warga kesulitan, apalagi Cisanggarung menjadi sumber air utama untuk ratusan hektare lahan pertanian. Tidak hanya oleh Desa Tawangsari, tapi oleh desa-desa lainnya juga, terutama di wilayah Losari. Dari mulai tanaman pangan seperti padi dan holtikultura seperti bawang, cabai dan lain-lainnya,” ujarnya kepada Radar, Selasa (5/6). Saat ini, warga secara swadaya bekerja sama untuk mencegah terjadinya limpasan air laut yang sering terjadi saat pasang, yakni di waktu sore hari. Selain dikerjakan secara swadaya, beberapa instansi seperti PDAM, BBWS dan beberapa kelompok tani pengguna air di Cisanggarung, melakukan kerja bakti dengan memasang karung berisi tanah untuk membuat bendungan sementara untuk mencegah limpasan air laut. “Sudah dua hari berjalan, kita kerjakan secara swadya. Intinya, sekarang bagaimana mencegah air laut masuk, karena saat ini petani sedang butuh air. Apalagi sekarang sedang musim kemaru, kita akan bendung Sungai Cisanggarung menggunakan karung berisi tanah,” imbuhnya. Saat ini saja, menurut Saerofik, sudah terpasang sekitar 100 karung berisi tanah yang disusun di depan bendung karet. Debit Sungai Cisanggarung yang sudah mulai turun, sedikit memudahkan warga untuk melakukan pembendungan. “Kita kemarin sudah dapat sekitar 2.000 karung dari BBWS. Nanti akan kita pasang, mudah-mudahan cukup. Ini untuk sementara waktu agar air laut tidak masuk. Karena kalau sampai masuk bisa bahaya, tidak hanya petani tapi PDAM juga bakal terdampak,” jelasnya. Untuk menyiasatinya, petani ataupun PDAM, jelas Saerofik, terpaksa mengambil air saat air laut tidak pasang atau dalam kondisi air sedang surut, yang umumnya dilakukan pada waktu siang hari. “Sementara disiasatinya dengan cara pembagian waktu. Kalau lagi pasang kita tidak ambil air, karena banyak air laut buruk untuk tanaman dan peralatan pompa. Kalau lagi surut biasanya baru diambil karena air sudah tawar,” paparnya. Sementara itu, Suherman warga Desa Tawangsari mengatakan, jika warga saat ini bergotong royong membendung Cisanggarung karena warga sadar jika mayoritas warga Tawangsari dan beberapa desa lainnya, menggantungkan hidup pada Sungai Cisanggarung. “Tanpa Cisanggarung, kita tidak bisa bertani seperti sekarang. Mayoritas lahan di kita tadah hujan. Lahan di sini kebanyakan dipakai untuk pertanian bawang, cabai dan padi yang memang sangat butuh air. Mudah-mudahan bisa segera diperbaiki, jangan nunggu lama,” ungkapnya. (dri)

Tags :
Kategori :

Terkait