Kemensos Tangani 7 Anak Pelaku Teror

Kamis 14-06-2018,03:03 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

JAKARTA- Menjelang magrib kemarin (12/6) tujuh anak dari pelaku aksi terorisme di Surabaya dan sekitarnya tiba di Bandara Halim Perdanakusuma. Mereka selanjutnya menjadi penanganan Kementerian Sosial (Kemensos). Ketujuh anak itu tiga di antaranya laki-laki dan empat sisanya perempuan. Kedatangan mereka disambut langsung oleh Mensos Idrus Marham bersama jajaran Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT). Idrus mengatakan rentang usianya beragam. Mulai dari paling kecil enam tahun sampai paling besar 15 tahun. “Sekilas kondisi mereka sudah baik. Kami buka bersama, duduk di lantai. Ada yang tertawa-tawa,\" kata politisi Partai Golkar itu. Dia juga sempat memberikan motivasi supaya anak-anak itu kembali bersemangat menjalani kehidupan. Idrus mengatakan sebelum dipastikan serah terima dari Polda Jawa Timur ke Kemensos, anak-anak tersebut ada yang lebih dahulu menjalani perawatan. Sampai dipastikan kondisinya baik, baru diterbangkan ke Jakarta. Penerbangan mereka menggunakan pesawat umum milik maskapai Batik Air. Untuk selanjutnya anak-anak tersebut berada di mana, Idrus tidak bisa menyampaikan. Yang pasti di dalam tanggung jawab Kemensos, serta ditempatkan di fasilitas yang sangat layak. Dia menyampaikan bahwa Presiden Jokowi meminta anak-anak korban ledakan maupun anak-anak dari pelaku peledakan adalah sama-sama korban. Harus ditangani dengan manusiawi. Untuk tahap pertama Idrus mengatakan anak-anak tersebut akan menjalani penyesuaian dengan lingkungan barunya. Kemudian akan mulai dilakukan upaya pengikisan paham-paham radikalisme yang sebelumnya ditanamkan oleh orangtuanya. Kemudian jangka panjang anak-anak itu tetap berhak mendapatkan akses pendidikan sehingga menjadi pribadi yang mandiri. “Proses ini butuh waktu. Apakah tiga bulan, enam bulan, bahkan sampai satu tahun, saya tidak bisa pastikan,\" tuturnya. Idrus juga menegaskan anak-anak tersebut tidak berstatus tersangka kasus terorisme. Anak-anak ini juga tidak akan dilibatkan dalam persidangan, karena tidak tahu apa-apa. Idrus menjelaskan anak-anak ini adalah korban dari jaringan terorisme. Sayangnya awak media tidak bisa memantau secara langsung keberadaan anak-anak tersebut. Setelah mendarat, mereka dibawa ke ruang VIP bandara Halim Perdanakusuma sampai jam buka bersama. Kemudian sampai Idrus meninggalkan komplek bandara, anak-anak tersebut tidak tampak keluar dari gerbang akses keluar-masuk ruang VIP bandara. Sempat beredar kabar anak-anak tersebut dibawa ke Rumah Perlindungan Sosial Anak (RPSA) Panti Sosial Marsudi Putra (PSMP) Handayani, Bambu Apus, Jakarta Timur. Sebab saat memberikan keterangan media, Idrus didampingi Kepala PSMP Handayani Neneng Heryani. Saat dikonfirmasi Neneng bungkam terkait akan dibawa kemana anak-anak tersebut. Dia hanya mengatakan upaya rehabilitasi atau penanganan sosial anak-anak dari pelaku teroris ini, bukan yang pertama dilakukan oleh Kemensos. Sudah ada lebih dari 80 anak dari pelaku teroris yang sudah mendapatkan pendampingan dari Kemensos. Sementara itu, kemarin pagi penyerahan secara simbolis dilakukan di Mapolda Jatim. Kapolda Jatim Irjen Machfud Arifin menyerahkan ketujuh anak tersebut untuk diasuh Kemensos. Setelah ada assesment lanjutan, baru bisa diptuskan apakah ketujuh anak tersebut akan dikembalikan kepada keluarga masing-masing atau dicarikan keluarga baru. Mereka Terdiri dari Ais (8) putri pelaku teror bom Mapolrestabes Surabaya Tri Murtiono. Kemudian, AR (15), FP (11), dan GHA (10), anak-anak Anton Febrianto, terduga teroris di Rusunawa Wonocolo, Sidoarjo. Sisanya, DNS (14), AISP (10), dan HA (6), anak-anak Dedy Sulistianto, terduga teroris yang tewas dalam operasi di Manukan, Surabaya. Machfud menuturkan, sejauh ini dari berbagai aspek, baik medis maupun psikis, ketujuh anak itu sudah dalam kondisi yang relatif stabil. “Mereka sudah ceria, cuma kami ingin ada pemahaman-pemahaman yang lebih baik lagi,” terangnya. Bagaimanapun, sebelumnya mereka sempat terpapar ideologi yang dibawa oleh orang tuanya. Direktur Rehabilitasi Sosial Kemensos Nahar menuturkan, sejak 2017 hingga penyerahan kemarin lalu pihaknya total menangani 97 anak yang orang tuanya diduga terkait dengan jaringan teror. Untuk mengasuh mereka hingga assesment berikutnya dilakukan, butuh waktu yang bervariasi. “Bisa satu sampai tiga bulan, tapi sangat tergantung kondisi psikologis anak maupun keluarganya,” lanjut Nahar. Kemensos akan mengasuh anak-anak tersebut sesuai dengan kondisi dan kebutuhan masing-masing. Bila memang diperlukan guru yang memahami agama secara mendalam, tentu akan disesiakan. Begitu pula dengan mempersiapkan mereka untuk kembali ke masyarakat. Jangan sampai kemudian mereka mendapatkan bullying. “Kalau misalnya lingkungannya masih menolak, atau ada pemberian stigma (dari masyarakat),” katanya. (wan/byu)

Tags :
Kategori :

Terkait