Kisah Jemaah Haji yang Tersesat hingga ke Gunung Uhud di Arab Saudi

Kamis 26-07-2018,08:34 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Tidak semua jemaah haji siap menghadapi medan baru di Arab Saudi. Banyak di antara mereka yang tersesat hingga berkilo-kilometer dari pemondokan. Dibutuhkan kesabaran khusus untuk merayu mereka agar mau kembali ke rombongan kloter. FIRZAN SYAHRONI, Madinah SEORANG pria yang mengenakan batik khas jemaah haji Indonesia terlihat kebingungan di Jalan King Fahd, Madinah. Sesekali dia garuk-garuk kepala. Pandangan matanya mengarah ke Gunung Uhud yang berada jauh di depannya. Dia lalu melangkahkan kaki ke arah gunung itu. Tapi, hanya tiga langkah. Berhenti, lalu melangkah lagi, dan berhenti lagi. Gerak-geriknya yang mirip orang kebingungan diketahui empat petugas haji yang sedang melintas. Bambang Nurdiansyah, petugas haji dari PPIH Arab Saudi, mendatangi jemaah yang rambutnya sudah memutih itu. Dari perkenalan singkat, diketahui jemaah tersebut bernama Bapen Kiyam asal Lombok Barat. Dia tidak lancar berbahasa Indonesia. “Saya mau ketemu teman-teman. Mereka menunggu di gunung itu, mau panen padi,” ujar Bapen dengan bahasa Indonesia terbata-bata. Tangannya menunjuk ke arah Gunung Uhud. Jawaban tersebut mengejutkan Bambang. Sebab, tidak ada pemondokan haji di Gunung Uhud. Jarak gunung itu dengan area markaziyah (area pemondokan terdekat dengan Masjid Nabawi) sekitar 5 kilometer. Amril Amrullah, petugas haji yang lain, lantas mengajak Bapen kembali ke area pemondokan. Dia siap mengantar Bapen ke hotelnya. Di luar dugaan, Bapen malah marah-marah. Dia menolak pulang. Sambil mengomel tidak jelas, dia berlari menjauhi para petugas haji. Meski usianya sudah 80 tahun, langkah kaki Bapen ternyata kencang. Tak ingin terjadi hal yang tak diinginkan, para petugas haji mengejar. Amril lantas mendekap tubuh Bapen. Namun, Bapen makin marah. Dia meludah, memukul, dan mencakari wajah para petugas. Bibir seorang petugas bahkan bengkak terkena bogem mentah Bapen. Lepas dari dekapan petugas, Bapen kembali berlari sambil berteriak-teriak. “Penipu, penipu..!” serunya. Rupanya, dia menyangka para petugas haji itu penipu. Padahal, para petugas mengenakan seragam lengkap. Namun, petugas tetap bersabar. Mereka mengikuti Bapen dari belakang. Melihat petugas tak kunjung pergi, Bapen makin kalap. Mobil-mobil yang parkir di tepi jalan digedor. Dia mencoba membuka pintu mobil-mobil tersebut. Untung, semua mobil terkunci. Petugas akhirnya bertindak tegas. Bapen dipiting hingga tak berkutik. Seorang petugas haji lantas mendatangkan mobil untuk mengangkut Bapen secara paksa. Di dalam mobil, pria bertubuh kurus itu masih mengamuk. Dia ngotot ingin panen padi bersama teman-temannya di Gunung Uhud. Bapen lantas dibawa ke Klinik Kesehatan Haji Indonesia (KKHI) Madinah. Dia dimasukkan ke bagian psikiatri. Dokter Muhammad Yanuar, direktur KKHI Madinah, mengatakan bahwa beberapa jemaah, termasuk Bapen, memang mengalami gejala gangguan kejiwaan karena dehidrasi. “Jadi, seolah-olah seperti gangguan kejiwaan, ternyata dehidrasi. Setelah kami infus dan diberi obat, bisa pulang,” katanya. Lain lagi kisah Imang Tambur Nyidin, jemaah haji asal kloter 3 embarkasi Jakarta. Kamis malam lalu, sekitar pukul 20.00 waktu setempat, dia ditemukan sedang bersembunyi sambil memegang kayu besar di sebuah lubang di kebun kurma dekat Gunung Uhud. Ceritanya, malam itu petugas keamanan Arab Saudi menghubungi petugas haji Indonesia di Masjid Nabawi. Dia mengabarkan tentang seorang jemaah haji yang tersesat hingga ke kawasan Gunung Uhud. Nawa Syarif Djalaluddin, petugas haji Indonesia yang fasih berbahasa Arab, akhirnya ditugasi untuk menjemput Imang. Dia diantar mobil petugas keamanan Masjid Nabawi. Semula Nawa sempat curiga. Sebab, mobil tersebut masuk ke jalan-jalan kecil yang gelap di dekat Gunung Uhud. “Saat itu keadaan sangat sepi dan gelap. Jalan kecil yang kami lalui dipenuhi mobil-mobil yang tidak terawat,” cerita Nawa. Dia tidak yakin Imang yang berusia 76 tahun tersebut bisa tersesat sampai sejauh itu. Namun, petugas keamanan Nabawi meyakinkan pemuda 25 tahun itu bahwa Imang memang lari ke daerah tersebut. Setelah turun dari mobil, petugas keamanan Nabawi bersama beberapa polisi Saudi mengajak Nawa masuk ke kebun kurma yang gelap. Saat itulah Nawa melihat Imang berbaring di dalam lubang besar di dalam kebun. Dua tangannya mendekap kayu besar. “Polisi Saudi mengatakan bahwa Imang sempat melawan dan mau memukul polisi pakai kayu itu. Tapi, polisi Saudi tak mau melukai jemaah haji kita. Karena itu, mereka mengajak saya untuk membujuk Imang,” paparnya. Nawa lantas berusaha meminta Imang keluar dari lubang. Namun, Imang menolak. Dia mengancam memukul siapa saja yang mendekatinya. Karena upaya persuasif mentok, Nawa akhirnya meminta polisi Saudi merebut kayu di tangan Imang. Tiga polisi Saudi dan dua petugas keamanan Nabawi akhirnya melakukan upaya paksa. Tangan dan kaki Imang dibekuk, lantas digotong keluar dari lubang. Nawa terus berusaha menenangkan Imang yang makin mengamuk. Setelah dibawa keluar dari kebun, Imang mulai tenang. Namun, dia tetap mengumpat dan meminta polisi-polisi Saudi menjauh darinya. Setelah Imang lebih tenang, polisi-polisi Saudi membuatkan teh, membawakan air putih, kasur, dan bantal untuk Imang. Kepala Sektor Khusus Madinah Jasaruddin F. Makka akhirnya menuju tempat kejadian perkara. Dia lantas mengantar dan menyerahkan Imang ke kantor sektor 4. Di sana Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) memeriksa kondisi Imang. Namun, hingga Sabtu (21/7) Imang belum bisa berkomunikasi dengan baik. Omongannya masih ngelantur. (*/c10/tom)

Tags :
Kategori :

Terkait