DH-BMX Indonesia Berpotensi Emas di Asian Games 2018, Begini Prediksinya

Jumat 27-07-2018,01:01 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

Balap Sepeda akan memperebutkan 20 medali emas pada Asian Games 2018 mendatang. Tetapi, Indonesia bakal mencoba mengamankan setidaknya satu medali emas dari beberapa nomor andalan mereka.  == TERAKHIR kali pembalap Indonesia mendulang medali di Asian Games yakni pada edisi Guangzhou, Tiongkok 2010 silam. Saat itu Santia Tri Kusuma, pembalap putri tanah air yang finis kedua di nomor road race putri. Saat itu, Santia menempuh 100 km dan finis kedua setelah Hsiao Mei-yu, pembalap Taiwan. Memori delapan tahun lalu itu menjadi penyemangat bagi 31 pembalap Indonesia yang ambil bagian dalam skuad Asian Games tahun ini. Persiapan secara efektif berlangsung awal Januari lalu. Kini para atlet menjalani persiapan akhir menuju hari perlombaan. Menarik untuk menakar kemampuan dan potensi Indonesia dalam mendulang medali emas di multievent olahraga Asia tahun ini. Sejauh ini, BMX dan downhill (DH) yang menjadi tumpuan Indonesia di ajang empat tahunan tersebut. BMX Indonesia sebagaimana diketahui menjadi juara Asia 2018. Saat itu Rio Akbar yang merupakan rider termuda di pelatnas BMX muncul sebagai juara. Sayangnya, menjelang penentuan akhir, prestasi Rio menurun. Ini setelah dia mengalami cedera di paha kiri. Alhasil yang turunnantinya yakni adalah I Gusti Bagus Saputra dan Toni Syarifudin. Sedangkan Rio akhirnya hanya sebagai cadangan pada Asian Games kali ini. “BMX itu faktor lucky unlucky-nya besar, jadi semua harus pintar mengupayakan kesempatan. Semua punya peluang, tidak hanya Bagus,” kata pelatih nasional BMX Priyo Susanto. Dia mengakui persaingan bakal sangat ketat di Asian Games nanti. Kontingen BMX dari Jepang dan Filipina akan jadi lawan terberat. Pembalap naturalisasi Filipina Daniel Caluag yang berhasil memenangkan medali emas di Asian BMX Cycling Championships di Singapura pada 2013 patut diwaspadai. Daniel juga merupakan juara Asian Games terakhir di Incheon. Tetapi pada SEA Games 2017 silam, dia kalah dari Bagus Saputra. Bagus meraih emas lalu Daniel di peringkat kedua. “Kami masih bisa mengatasi kalau Jepang. Yang menjadi pertanyaan adalah pemain naturalisasi itu. Kami belum bisa meraba kemampuannya sampai dimana,” ungkap pelatih asal Malang ini. Tetapi, optimisme tetap dikembangkan skuad BMX saat ini. Apalagi sejak Mei lalu, mereka sudah berlatih di arena BMX Pulomas, Jakarta. Di sisi lain, aspek psikologis Bagus dan Toni juga harus tetap diperhatikan agar tetap stabil hingga hari perlombaan nantinya. “Bekal saya di Asian Games nanti hanya mental bertanding dan mental sebagai tuan rumah. Cita-cita saya harus memberikan yang terbaik Apalagi nanti suporter dari Indonesia akan lebih meriah,” kata Bagus bersemangat. Tinggal 25 hari menjelang Asian Games, pelatnas BMX masih menemui kendala teknis, yakni tidak adanya bantuan untuk peralatan sepeda, seperti velg, wheel set, spare part, dan ban sepeda. “Minimal ada bantuan wheel set depan belakang untuk cadangan, karena BMX rentan sekali membutuhkan itu. Selama ini kami masih pakai biaya sendiri,” keluh Priyo. Tak hanya kendala teknis. Ada perubahan pada garis finis yang ditarik hingga 5 meter dari posisi sebelumnya, untuk pertandingan di Asian Games nanti. Keputusan ini diambil setelah Sekjen Federasi Balap Sepeda Asia (Asian Cycling Confederation) meninjau venue. Semula tiang finis berada bersebelahan dengan kamar mandi. Dengan adanya perubahan tersebut, tentu para pembalap lebih ekstra menghafalkan sirkuit. Sebelum diubah panjang garis finis, catatan waktu terbaik pembalap adalah 34,95 detik yang diraih oleh Toni Syarifudin. “Saat ini belum mencari best time terbaru. Kemarin percobaan masih sekitar 36 detik. Sasaran saya adalah 35 detik. Anak-anak pasti bisa mencapai itu,” ujarnya yakin. Sementara di sektor putri, pembalap andalan Indonesia Elga Kharisma terpaksa harus absen dari nomor BMX. Atlet asal Malang itu mengalami cedera pada tulang belakang. Ia tetap akan beraksi di Asian Games namun untuk tim sprint putri. Cupi Novianti dan Wiji Lestari adalah pembalap yang akan mewakili Indonesia. Meski masih berada di kelas junior dan masih kalah jam terbang, menurut Kabid Binpres PB ISSI Sugeng Trihartono, Wiji punya kans untuk meraih medali di Asian Games nanti. Seperti halnya BMX, downhill juga menjadi salah satu kuda hitam bagi kontingen balap sepeda Indonesia. Dalam dua bulan terakhir mereka sudah menjalani latihan di Khe Bun Hill, Subang, venue disiplin balap MTB nantinya. Popo Ario Sejati, salah satu rider downhill putra Indonesia mengaku tertantang untuk mewujudkan target besar tim balap sepeda. “Secara umum, kami sudah cukup paham jalurnya, hanya kami berharap pas lomba tidak turun hujan,” sebutnya. Menurut pembalap asal Malang itu kondisi jalur cukup licin. Dalam latihan sejauh ini, Popo mencetak waktu tercepat pada saat seleknas terakhir awal Juli lalu. “Best time saya di track Khe Bun Hill bisa 2 menit 15 detik,” bebernya. Persoalan yang muncul adalah, para atlet belum mendapatkan peralatan baru untuk lomba nantinya. Sejauh ini, Popo mengandalkan peralatan yang dia dapatkan dari sponsor pribadinya. Sementara itu, di nomor balap sepeda trek, mereka tidak memiliki target muluk-muluk di pesta olahraga se-Asia tersebut. Pelatih balap sepeda trek Nur Rochman realistis hanya berharap satu medali dari 12 nomor yang dipertandingkan. Peluang tersebut ada di nomor-nomor permainan. Yakni, nomor individu keirin dan omnium putra maupun putri. Meski berpeluang, lawan-lawan di nomor permainan juga tidak mudah. Keirin individu putra, misalnya. Jepang akan menjadi lawan terberat. Mereka memiliki peraih perak Kejuaraan Dunia Keirin 2018 Tomoyuki Kawabata. Di kawasan Asia Tenggara, Malaysia patut diwaspadai. Azizulhasni Awang akan menjadi andalan Negeri Jiran untuk merebut medali di multievent empat tahunan se-Asia itu. Awang tercatat sebagai pengoleksi medali perunggu Olimpiade 2016 dan Juara Dunia Sepeda Trek 2017. Namun, Indonesia bukannya tanpa harapan. Terry Yudha Kusuma, Ahmad Raditya, Puguh Ahmadi menjadi tumpuan tim untuk bersaing di pentas Asia. Di bagian putri, Hongkong menjadi ancaman serius. Lee Wai Sze baru saja meraih medali perak di Kejuaraan Dunia Keirin 2018. Merah Putih mengandalkan Crismonita Dwi Putri untuk setidaknya meraih medali perunggu. ”Keirin cukup berpeluang. Karena ini nomor permainan. Kami punya keuntungan lebih dulu berlatih di Velodrome. Praktis, atlet-atlet lebih menguasai medan pertandingan,” ungkap Rochman. Menilik prestasi di 2017, wajar jika Crismon –sapaan akrab Crismonita Dwi Putri- diplot sebagai andalan. Dia merupakan peraih 2 perak SEA Games 2017 di nomor 500 meter sprint dan tim sprint bersama kompatriotnya Elga Kharisma. Dara 20 tahun itu juga sukses menyabet perunggu di pentas Asian Indoor and Martial Arts nomor sprint 200 meter yang digelar di Turkmenistan, September tahun lalu. ”Berusaha mengejar target yang ditetapkan pelatih. Target pribadi inginnya emas,” ungkapnya. Nomor omnium putri, peluang medali datang dari Ayustina Delia Priatna. Kecepatannya tak perlu diragukan lagi di kategori jarak menengah. Ayu merupakan peraih medali emas nomor 3 km pursuit individu di turnamen Trek Asia Cup 2017. Tak berhenti di situ, dia juga sukses menyabet perunggu pada SEA Games 2017 di nomor road race putri. (feb/nap/han)

Tags :
Kategori :

Terkait