Sulap Eks Galian C Jadi Wisata Off Road, Perlu Investor

Sabtu 28-07-2018,21:32 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CIREBON - Dua potensi wisata kawasan Argasunya, perlu dikembangkan secara serius. Eko Wisata di Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Kopi Luhur dan Eks Galian C untuk wisata off road. Sebelum melangkah mencari investor, pemerintah kota butuh kajian matang. Termasuk melakukan studi penjajakan. Apakah dua konsep itu mungkin diterapkan? Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Penelitian dan Pengembangan Daerah (BP4D), M Arif Kurniawan ST menjelaskan, dua konsep yang dicoba untuk diwujudkan itu, sesuai dengan Peraturan Daerah (Perda) 8/2012 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW). Kelurahan Argasunya memang ditetapkan sebagai mix farming dan konservasi. “Sudah sejalan dari sisi perencanaan. Tapi kajiannya yang belum ada dan butuh investor juga,” ujar Arif, kepada Radar, Jumat (27/7). Ia mendukung TPA digunakan wisata dan edukasi persampahan. Sudah dua kota di Jawa Timur yang berhasil menata TPA sehingga jadi destinasi menarik. Kemudian pemanfaatan eks galian c juga membuka kemungkinan potensi lain. Masyarak nantinya bisa mendapatkan multiplier effect dari sektor wisata. Untuk melangkah pada realisasi dua konsep itu, Arif menyatakan, pekerjaan rumahnya adalah membuat TPA bisa nyaman dikunjungi. Tidak bau. Juga didatata sedemikian apik. Kalau ini tidak terwujud, sulit mengajak orang untuk datang berkunjung. Apalagi belajar mengenai persampahan. \"Itu dulu, kita menghilangakan kesan jelek TPA. Ini mungkin salah satu desitansi wisata yang belum ada di jawa barat,\" jelasnya. Arif mengaku, pernah mengunjungi eko wisata TPA yang berada di Kota Padang, Sumatera Barat. Di sana ada TPA yang juga digunakan untuk wisata edukasi. Ada pengelolaan sampah dengan peralatan teknologi yang sudah canggih. Termasuk juga ada gas alam dari TPA yang sudah disalurkan dan digunakan untuk pembangkit listrik. Kemudian dijual kepada masyarakat. \"Itu dikelola sama dinas, hanya untuk penyaluran listrik kerjasama dengan swasta juga,\" jelasnya. Untuk membangun sampai ke tahap itu, biaya investasinya cukup besar. Hanya untuk di Padang mereka dibantu oleh APBN. Melihat keberhasilan Padang, ia yakin itu juga bisa dilakukan Kota Cirebon. Syaratnya, DLH punya konsep itu, dan berani mewujudkannya. Mengenai eks galian c untuk wisata off road seperti yang ada di Gunung Merapi, hal ini juga pernah diungkapkan Arif dalam diskusi di Graha Pena Radar Cirebon. Tetapi, ini juga harus diperhitungkan. Termasuk alih profesi masyarakat yang masih hidup dari galian. Di off road Gunung Merapi, supir off road ini bisa dapat Rp300 ribu untuk 1-3 jam berkendara. Medannya, tak jauh beda dengan eks galian c di Kelurahan Argasunya. Arif menginginkan agar pemkot mengundang investor yang akan membangun wisata off road tersebut. Tapi, pengembangan potensi itu terkendala dengan akses masuk ke wilayah selatan. Akses angkutan umum tidak ada. Masyarakat harus pakai kendaraan pribadi. “Ini titik lemahnya,\" terangnya. Sementara itu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Drs H RM Abdullah Syukur MSi mengatakan bicara Argasunya, bukan hanya persoalan galian c. Di sana, kata Syukur, mencakup multidimensi, selain ada permasalahan lingkungan dengan adanya galian c, disana juga perlu ada lapangan pekerjaan masyarakat yang harus diperhatikan. \"Ini kan persoalan dilemma. Kita perlu membahas bersama Argasunya ke depan mau bagaimana, termasuk aktivitas galian C di sana,\" jelasnya. Sejauh ini, ada masukan untuk melakukan studi banding ke Desa Cibuntu. Hal ini lantaran di sana ada bekas galian C yang jadi kawasan wisata. Hal serupa juga bisa diterapkan di Argasunya. Terutama untuk menghidupkan kembali kawasan eks galian c. Berdasarkan Peraturan Walikota 16/2004 Galian C sudah tidak boleh lagi ada di Argasunya. Kalau pun ada yang manual sebetulnya juga tidak boleh. \"Harus bijaksana menyikapi, kita lakukan secara bertahap,\" ujarnya. Pemkot Cirebon sendiri, saat ini akan mengambil sikap untuk menghentikan eksplorasi galian c, dengan melakukan penataan. (jml)

Tags :
Kategori :

Terkait