Asian Games 2018, Cabang Atletik Menanti Zohri Effect

Selasa 31-07-2018,02:02 WIB
Reporter : Husain Ali
Editor : Husain Ali

CABANG olahraga atletik merupakan salah satu cabor yang memperebutkan medali berlimpah di ajang Asian Games 2018 kali ini. Khususnya di nomor track, Indonesia masih berharap kelanjutan prestasi yang dicapai Lalu Muhammad Zohri di Kejuaraan Dunia U-20 2018 belum lama ini. ===== DALAM sejarah atletik Indonesia, untuk pertama kalinya jejak kaki pelari Indonesia menapak di pentas dunia. Adalah Lalu Muhammad Zohri, pelari muda, 18 tahun asal Lombok Utara, Nusa Tenggara Barat yang memastikan diri sebagai juara dunia lari 100 meter putra di Kejuaraan Dunia Atleik U-20 2018 di Tampere, Finlandia. Catatan waktunya cukup impresif, 10,18 detik menjadi miliki pelari binaan PPLP NTB tersebut. Sebelumnya dia juga menjadi kampiun di Kejuaraan Atletik Asia U-20 di Gifu Nagaragawa, Jepang. Rentetan prestasi tersebut menyiratkan prestasi besar juga bakal muncul saat perhelatan Asian Games 2018. Hanya saja, dengan usia yang relatif muda, Lalu Zohri memang tidak perlu terlalu dibebani dengan segala macam pengharapan. Bahkan Eni Nuraini, pelatih kepala nomor sprint pelatnas atletik Indonesia enggan memberikan target apapun bagi Lalu Zohri. Alasannya jelas, secara pengalaman dan kamampuan, Zohri masih butuh banyak belajar. Apalagi, Asian Games 2018 ini merupakan multievent pertama dia di level senior. “Bisa mempertahankan catatan waktu dia di Kejuaraan Dunia junior U-20 saja sudah bagus,” terangnya saat dikonfirmasi. Untuk level Asian Games, waktu 10,18 detik milik Lalu Zohri belum cukup ideal. Sebab, sprinter top Asia sudah menembus waktu 10 detik kecil. Femi Ogunode, peraih emas pada Asian Games Incheon empat tahun lalu masih menjadi pesaing terkuat bagi semua sprinter. Meskipun tidak setajam empat tahun lalu dengan catatan 9,93 detik, Femi yang merupakan atlet Qatar naturalisasi dari Nigeria masih cukup kompetitif dengan 10,13 detik. Capaian itu dia ciptakan pada salah satu Kejuaraan Qatar, di Doha, April 2017 silam. Selain di nomor 100 meter putra, Indonesia juga berpotensi untuk bersaing di nomor estafet 4x100 meter putra. Selain Lalu Zohri, masih ada Bayu Kartanegara, Eko Rimbawan dan dua pelari senior Fadlin, Yaspi Boby. Kelima sprinter itu hingga kini masih dirombak dan mencari komposisi terbaiknya. Sayangnya, capaian waktu mereka belum maksimal. Itu mengacu pada time trial yng dijalankan Jumat (27/7) pekan lalu, tim estafet 4x100 meter putra Indonesia hanya mengemas 39,54 detik. Capaian itu tidak lebih bagus dari best time mereka pada saat Test event Asian Games awal tahun ini. Saat itu Zohri dkk mencetak 39,07 detik dan mendulang emas di nomor estafet. Beberapa kendala seperti kurang mulusnya pengoperan tongkat, juga berubahnya formasi pelari yang kerap terjadi masih menjadi tantangan tersendiri. Lalu Zohri menyatakan belum puas dengan hasil yang mereka raih. “Karena masih 39 detik. Saya masih harus perbaiki teknik dan waktu juga. Kalau bisa ke depannya di angka 38 detik,” beber kelas siswa XII SMA Ragunan tersebut. Di sisa waktu yang ada, tim sprint Indonesia masih akan memaksimalkan latihan di Stadion Madya Senayan. Mereka juga akan menggelar time trial sekali lagi menjelang Asian Games 2018. Sementara itu, Tigor Tanjung, Sekjen PB PASI menjelaskan prestasi dari Zohri sudah cukup terlihat bisa memberikan dampak bagi atlet pelatnas lainnya. “Saya melihat positif, apalagi bonus juga mengalir dari banyak pihak, kami berharap bisa berlanjut di Asian Games,” ujarnya. Terpisah, masih ada sejumlah nomor lain yang menjadi harapan pendulang medali bagi Indonesia. Yakni 3.000 meter steeplechase putra via Atjong Tio Purwanto dan 100 meter hurdle putri dari Emilia Nova. Kedua atlet tersebut menjadi tulang punggung bagi Indonesia di SEA Games 2017 silam. Atjong menyatakan, kesempatan dia meraih gelar di Asian Games memang berat. Tetapi Atjong punya banyak motivasi untuk bisa menciptakan waktu terbaik, minimal bisa memecahkan rekor nasional di 3.000 meter halang rintang. (nap/feb)

Tags :
Kategori :

Terkait